Dunia Kini Bertanya-tanya: Kapan Emas Kembali Perkasa?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
30 June 2025 06:50
emas
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia makin mengkhawatirkan bahkan terburuk dalam sebulan terakhir. Meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China mendorong harga emas makin merosot. Harga emas diperkirakan masih sulut melonjak selama konflik geopolitik masih adem.

Pada perdagangan hari ini Senin (30/6/2025) hingga pukul 06.370 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,16% di posisi US$3.267,79 per troy ons.
Harga emas hari ini menyentuh posisi terendahnya sejak 19 Mei 2025 atau lebih dari sebulan terakhir.

Sementara pada perdagangan sebelumnya Jumat (27/6/2025), harga emas dunia anjlok 1,65% di level US$3.272,99 per troy ons. Pada minggu lalu, harga emas jeblok 2,82% sepekan.

Emas turun nyaris 2% pada hari Jumat, mencapai level terendah dalam satu bulan, setelah perjanjian perdagangan AS dengan China meningkatkan selera risiko dan mengurangi daya tarik emas batangan sebagai aset safe haven.

"Perlambatan geopolitik telah memberikan peluang bagi investor untuk mulai mengambil untung karena prospek yang berwawasan ke depan dari semacam perang kinetik dengan China dan perkembangan di Timur Tengah," ujar Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Perjanjian perdagangan antara AS dan China pada  Kamis tentang cara mempercepat pengiriman tanah jarang ke AS dipandang oleh pasar sebagai tanda positif. Setelah ini, saham global menguat.

Di Timur Tengah, perjanjian gencatan senjata antara Iran dan Israel terus berlanjut setelah beberapa pertikaian di awal.

Terkait data, belanja konsumen AS secara tak terduga turun pada bulan Mei karena dorongan dari pembelian barang-barang pre-emptif seperti kendaraan bermotor sebelum tarif memudar, sementara kenaikan inflasi bulanan tetap moderat.

Para pelaku pasar juga menambahkan taruhan bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan biaya pinjaman jangka pendek sebesar 75 basis poin pada tahun 2025, kemungkinan besar dimulai pada bulan September, setelah data tersebut.

Namun, data tersebut tidak menggerakkan pergerakan emas karena emas mengalami aksi jual akibat geopolitik, imbuh Pavilonis.

Lingkungan geopolitik dan ekonomi yang stabil mengurangi daya tarik emas sebagai aset yang aman sehingga mendorong investor beralih ke aset yang lebih berisiko, sementara suku bunga yang tinggi membuat emas kurang diminati karena sifatnya yang tidak memberikan imbal hasil.

India Mulai Obral Emas

Harga emas juga melemah karena permintaan emas fisik di India lesu meskipun harga tengah turun. Pembeli menunggu penurunan harga yang lebih dalam sehingga permintaan tak juga naik.

Di India, para pedagang menawarkan diskon hingga $18 per troy ons dibandingkan harga domestik resmi (sudah termasuk bea impor 6% dan pajak penjualan 3%), lebih rendah dari diskon minggu lalu yang mencapai US$27.

"Pembeli ritel masih menunggu di pinggir karena musim permintaan sedang sepi dan mereka berharap harga turun lebih jauh," ujar seorang penjual perhiasan di Kolkata, dikutip Reuters.

Harga emas domestik India diperdagangkan di kisaran INR 96.100 per 10 gram pada Jumat, setelah sempat mencapai rekor tertinggi INR 101.078 awal bulan ini.

Menurut seorang pedagang logam mulia di Mumbai, permintaan dari peritel banyak dipenuhi dengan menukar perhiasan lama, sehingga toko-toko perhiasan tidak banyak membeli emas baru dari bank.

Harga Emas Tertekan: Risiko Teknis dan Sentimen Bearish Meningkat

Penurunan harga emas semakin dalam setelah menembus level kunci $3.300, yang telah bertahan sejak akhir Mei. Penjualan berbasis momentum meningkat ketika harga jatuh melewati retracement Fibonacci 50% dan channel tren naik.

Titik support emas kini ada di US$3.250. Jika tekanan jual berlanjut, penurunan bisa berlanjut hingga mendekati US$3.166, yang merupakan koreksi 50% dari kisaran perdagangan US$2.956,56 hingga US$3.500,20.

Penurunan tajam pekan lalu menunjukkan bahwa lonjakan harga emas awal tahun banyak didorong oleh premi risiko geopolitik yang kini mulai menguap. Dengan sikap The Fed yang tetap hawkish, data inflasi yang menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga, serta kerusakan teknikal yang memperkuat sentimen negatif, emas masih berada di bawah tekanan dalam jangka pendek.

Pemulihan harga kemungkinan hanya terjadi jika ketegangan geopolitik meningkat kembali dan inflasi AS melonjak hingga memaksa perubahan kebijakan The Fed.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation