Newsletter

Pekan Ini: IPO Jumbo Bikin Bursa "Panas", Tapi Data Ekonomi Buat Cemas

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
30 June 2025 06:15
Rupiah & IHSG Jeblok
Foto: Infografis / Rupiah & IHSG Jeblok / Aristya Rahadian K
  • Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan terakhir pekan lalu
  • Wall Street pesta pora, S&P dan Nasdq cetak rekor
  • IPO jumbo, data ekonomi nasional dan luar negeri serta pidato The Fed akan menjadi penggerak sentimen pasar pekan ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia mengakhiri perdagangan di zona hijau pada akhir pekan lalu. Laju positif tersebut diharapkan bisa berlanjut pada pekan ini.

Selengkapnya mengenai sentimen pasar pekan ini dan proyeksinya bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan terakhir pekan lalu, pada Kamis (26/6/2025) jelang libur panjang.

Pada penutupan perdagangan Kamis , IHSG menguat 0,96% ke posisi 6.887,40. Sepanjang hari IHSG bergerak di zona penguatan sekitar 0,50% sebelum akhirnya mampu menguat pesat di menit-menit terakhir sebelum closing.

Sayangnya, meskipun IHSG ditutup hijau, dalam sepekan indeks seluruh saham RI ini masih harus rela bertengger di zona merah secara mingguan sebesar 1,02%.

 

Semua sektor kecuali transportasi yang turun 1,61%, mengalami kenaikan pada penutupan pekan lalu. Paling kencang terjadi di sektor basic industri dan finance, masing-masing secara berurutan naik 1,42% dan 1,27%.

Berikutnya diikuti sektor infrastruktur 0,91%, sektor kesehatan 0,84%, sektor consumer non cyclical 0,74%, sektor properti 0,70%, sektor energi 0,30%, sektor cyclical 0,18%, dan sektor teknologi hanya menguat tipis 0,04%.

Beralih ke pasar valuta asing, nilai rupiah pada Kamis (26/6/2025) lalu ditutup menguat terhadap dollar AS.

Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (26/6/2025) ditutup menguat ke posisi Rp16.200/US$ atau naik 0,53%. Sebagai catatan, kenaikan rupiah hari Kamis lalu menandai level terkuat rupiah sejak 27 Mei 2025, atau terkuat dalam satu bulan.

Penguatan rupiah sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY), yang mengalami penurunan sebesar 0,46% ke level 97,22.

Dalam seminggu yang lalu Dolar AS mengalami pelemahan terhadap rupiah sebesar 1,10%. 

Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil  Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun menurun drastis ke 6,64% pada Kamis dibandingkan sebelumnya 6,69% pada Rabu. 
Imbal hasil yang melandai menandai naiknya harga obligasi karena tengah diburu investor.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pesta pora pada perdagangan terakhir pekan kemarin, Jumat (27/6/2025). Indeks S&P 500 bahkan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.

Lonjakan kenaikan saham ditopang optimisme terhadap kesepakatan dagang, Di sisi lain, data ekonomi memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga.

Indeks S&P terbang 0,52% dan ditutup pada rekor 6.173,07. Sebelumnya, S&P 500 sempat naik hingga 0,76% ke level tertinggi 6.187,68, melampaui rekor sebelumnya di 6.147,43.

Indeks Nasdaq Composite juga mencetak rekor tertinggi baru dan ditutup naik 0,52% di 20.273,46. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melonjak 432,43 poin atau naik 1% dan berakhir di 43.819,27.

Kenaikan indeks pasar secara luas ini menandai pemulihan tajam dari titik terendah yang terjadi pada April di tengah memuncaknya ketegangan kebijakan perdagangan.

Saham-saham sempat ambruk dari level tertingginya setelah Trump menyatakan di Truth Social bahwa pembicaraan perdagangan antara AS dan Kanada telah dihentikan.

Sebelumnya, investor sempat mendorong kenaikan saham setelah Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan bahwa kerangka kerja dagang antara China dan AS telah disepakati. Lutnick juga menambahkan bahwa pemerintahan Trump memperkirakan akan segera mencapai kesepakatan dengan 10 mitra dagang utama lainnya.

Pergerakan tajam pada Jumat ini menjadi episode terbaru di mana Wall Street harus menavigasi lanskap perdagangan global yang terus berubah.

Setelah naik ke level tertinggi baru pada Februari 2025 berkat harapan terhadap kebijakan pro-bisnis dari Trump, pasar saham sempat anjlok ketika presiden memutuskan untuk memberlakukan tarif berat terlebih dahulu.

Pada titik terendahnya di April, S&P 500 turun hampir 18% sepanjang tahun 2025. Indeks acuan ini mulai bangkit kembali setelah Trump melunak terhadap tarif paling ketatnya dan AS memulai negosiasi untuk kesepakatan dagang.

Sejak mencapai titik terendah pada 8 April, S&P 500 telah naik lebih dari 20% dan kini mencatat kenaikan hampir 5% sepanjang tahun berjalan. Selama periode ini, investor tetap membeli saham meskipun harga minyak melonjak akibat konflik Israel-Iran dan imbal hasil obligasi melonjak karena kekhawatiran defisit fiskal.

Pemulihan saham-saham teknologi yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI) yang dipimpin oleh Nvidia dan Microsoft juga turut mendorong reli pasar.

"Saya bisa melihat di mana letak risikonya - jika kemajuan perdagangan ini hanyalah sensasi dari Gedung Putih dan tidak ada kesepakatan nyata yang terjadi, maka pasar ini bisa saja berbalik arah," ujar Thierry Wizman, ahli strategi global FX dan suku bunga di Macquarie Group, kepada CNBC International.

"Pada akhirnya, semua ini akan kembali pada pertumbuhan ekonomi AS dan pertumbuhan laba perusahaan." Ujarnya.

Laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) dari Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa pendapatan dan belanja konsumen secara tak terduga mengalami kontraksi pada Mei. Dan meskipun tarif belum berdampak pada pertumbuhan harga, inflasi tetap berada di atas target tahunan 2% milik The Fed.

Laporan terpisah dari University of Michigan mengonfirmasi bahwa sentimen konsumen mengalami perbaikan pada bulan ini, meskipun masih jauh di bawah lonjakan yang terjadi pasca pemilu pada bulan Desember.

Pasar keuangan kini memperkirakan peluang sebesar 76% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini pada bulan September.

Sementara itu, kemungkinan pemangkasan suku bunga terjadi secepatnya pada Juli hanya sebesar 19%, menurut alat FedWatch dari CME.

"Pasar ini cukup Tangguh. Investor sedang menunggangi momentum dan mencari peluang breakout. Mereka tidak ingin terjebak di sisi yang salah. Banyak investor sudah ketinggalan. Dan sekarang S&P mulai menggoda dengan rekor tertingginya." kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services di Hammond, Indiana, kepada Reuters.

Washington dan Beijing telah mencapai kesepakatan untuk mempercepat pengiriman logam tanah jarang (rare earth) dari China ke AS, menurut seorang pejabat News Story.

Kesepakatan ini dicapai jauh sebelum tenggat 9 Juli, yang menandai akhir dari masa penangguhan 90 hari terhadap tarif "resiprokal" yang diterapkan Presiden Donald Trump.

Selain itu, Menteri Keuangan AS (menurut laporan News Story) menyatakan bahwa kesepakatan dagang dengan 18 mitra dagang utama AS bisa selesai sebelum libur Hari Buruh pada 1 September.

Pasar keuangan menyambut awal pekan dengan tensi geopolitik yang masih membara dan daftar antrean penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) yang makin padat.

Dari krisis nuklir hingga lonjakan perang drone, dunia luar kembali menguji nyali pelaku pasar global. Sementara itu, dari dalam negeri, investor tengah bersiap menyambut delapan emiten baru yang akan meramaikan lantai bursa. Data inflasi dan PMI Manufaktur serta neraca perdagangan juga menjadi salah satu penggerak sentimen pasar sepanjang pekan ini.

Namun, laju kencang Wall Street dan bursa dunia bisa menjadi katalis positif bagi bursa saham Indonesia serta rupiah.

Dengan begitu banyak dinamika yang saling bersilangan, berikut rangkuman sentimen utama yang berpotensi memengaruhi arah pasar hari ini dan sepanjang pekan.

Inflasi Juni dan Neraca Perdagangan Mei 2025
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Juni 2025 pada Selasa (1/7/2025). IHK diperkirakan akan mengalami kenaikan secara bulanan (month to month/mtm) atau mengalami inflasi. Hal ini berbanding terbalik dengan deflasi sebesar 0,37% (mtm) pada Mei 2025.

Sebagai catatan, IHK pada Mei 2025 mengalami deflasi sebesar 0,37% (mtm) tetapi masih naik atau mencatat inflasi sebesar 1,6% (year on year/yoy). 


Pada hari yang sama, BPS juga akan mengumumkan data neraca perdagangan Mei 2025. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya sudah mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia tetap mengalami surplus US$ 4,9 miliar pada Mei 2025. Adapun, data bulan Mei ini belum dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Surplus pada bulan Mei ini lebih tinggi dari bulan April sebesar US$ 160 juta.

Kendati surplus, Sri Mulyani memberikan peringatan akan risiko kondisi global yang dapat mempengaruhi kinerja neraca dagang Indonesia.

Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 5 tahun berturut-turut. Tepatnya, surplus neraca perdagangan 60 bulan beruntun. Menurut Sri Mulyani, kondisi global dapat menekan ekspor dan impor Indonesia.

PMI Manufaktur Juni
S&P Global akan mengumumkan data Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia untuk Juni 2025 pada Selasa pekan ini (1/7/2025). 

Aktivitas manufaktur Indonesia kembali mengalami kontraksi pada Mei 2025. Kontraksi memperpanjang tren negatif menjadi dua bulan beruntun,

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 47,4 atau mengalami kontraksi pada Mei 2025. Ini adalah kedua kali dalam dua bulan beruntun PMI mencatat kontraksi.

PMI memang lebih baik dibandingkan pada April 2025 yakni 46,7.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

S&P Global menjelaskan aktivitas produksi dan pesanan baru kembali melemah, dengan penurunan pesanan baru yang bahkan lebih tajam dibanding April. Penurunan pesanan bahkan menjadi yang terdalam sejak Agustus 2021.

IPO Jumbo

Investor lokal bersiap menjaga likuiditas karena sepanjang Juli akan dihiasi parade IPO besar. Total ada delapan  emiten yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Dari perusahaan afiliasi taipan hingga sektor kripto, semuanya menanti respons pasar.

Big Player: CDIA

PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu, siap menggalang dana hingga Rp2,37 triliun, menjadikannya IPO terbesar tahun ini. Emiten ini menawarkan 12,48 miliar saham dan menggandeng 6 underwriter besar. Proyeksi valuasi mencapai Rp23 triliun.

Kripto Masuk Bursa: COIN

PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) akan menjadi bursa kripto pertama yang listing di BEI. Dengan melepas 2,2 miliar saham, emiten ini menargetkan dana Rp231 miliar. Mayoritas dana akan dipakai untuk memperkuat modal anak usaha di sektor aset digital.

Lainnya Juga Tak Kalah Ramai

Enam emiten lain juga siap unjuk gigi:

  • PMUI (produsen XL Smart): Target dana hingga Rp208 miliar.

  • PSAT (pengiriman laut): Bidik Rp200 miliar, sebagian besar untuk anak usaha.

  • BLOG (logistik): Incar Rp152 miliar untuk ekspansi gudang dan armada.

  • MERI (edukasi milik Merry Riana): Target Rp39 miliar, dengan ESA untuk karyawan.

  • ASPR (kemasan plastik): Bidik Rp100 miliar lebih untuk pembelian mesin & bahan baku.

  • CHEK (alat kesehatan): Targetkan hingga Rp114 miliar untuk modal kerja.

Dengan rencana IPO jumbo seperti CDIA dan potensi listing sektor baru seperti COIN, minat investor ritel akan diuji dalam beberapa pekan ke depan. Sementara itu, geopolitik yang terus memanas bisa menjadi sentimen global yang membayangi. Pastikan strategi portofolio tetap adaptif, baik terhadap risiko eksternal maupun peluang domestik.

Sentimen Luar Negeri

Pada hari ini, Senin (30/6/2025), S&P akan merilis data aktivitas manufaktur China pada periode Juni 2025 menurut data NBS.
Berdasarkan konsensus Trading Economics, PMI manufaktur China pada Juni akan tetap berada di zona kontraksi yakni 49,7 pada Juni 2025.

Sementara dari Amerika Serikat ada pidato penting dari Chairman The Federal Reserve atau The Fed Jerome Powell pada Selasa (1/7/2025). Powell akan bicara dalam pembuka di acara peringatan 75 tahun Divisi Keuangan Internasional di The Federal Reserve Board, Washington, D.C.

Patut diperhatikan karena bisa jadi ada petunjuk mengenai nasib kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Terutama setelah tenggat negosiasi tarif resiprokal Trump mulai berakhir pada bulan ini.

Pasalnya pada 30 Juli 2025 akan diadakan rapat untuk menentukan suku bunga The Fed. Berdasarkan data Fedwatch Tools, diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,50%.

Selanjutnya adalah data pembukaan lowongan pekerjaan oleh JOLTs pada Mei 2025 yang diperkirakan meningkat 7,45 juta dari bulan sebelumnya hanya 7,39 juta.

Kemudian pada Kamis (3/7/2025) ada dua data penting yakni penggajian selain pertanian (NPF) dan tingkat pengangguran. Dua indikator penting dalam membaca kondisi ekonomi Paman Sam dan pertimbangan bagi suku bunga The Fed.

Berdasarkan data Trading Economics, data NPF pada Juni 2025 diperkirakan akan turun menjadi 129 ribu dari bulan sebelumnya 139 ribu. Sementara tingkat pengangguran tetap di 4,2% pada Juni 2025.

Trump Bantah Deal Rp486 T, Tapi Iran Masih Diintai

Presiden AS Donald Trump membantah keras kabar adanya rencana paket insentif ekonomi senilai US$30 miliar (setara Rp486 triliun) untuk Iran. Isu ini sempat mencuat sebagai manuver diplomatik AS untuk menahan ambisi nuklir Teheran. Namun dalam unggahan Truth Social, Trump menyebut wacana itu sebagai "hoax" belaka, bahkan menegaskan belum pernah mendiskusikannya.

Meski begitu, ancaman sanksi dan negosiasi tetap jadi alat diplomasi utama, terutama setelah Pemimpin Tertinggi Iran menyatakan "kemenangan atas Israel" dalam perang terbaru. Tensi ini bisa memicu volatilitas harga minyak dan aset berisiko, terutama jika konflik meluas ke kawasan produsen energi lainnya.

Putin Kirim 110 Ribu Pasukan, Ukraina Minta Patriot Tambahan

Rusia dilaporkan mengerahkan lebih dari 110 ribu pasukan ke wilayah timur Ukraina, menjadikan ini pergerakan militer terbesar sejak awal invasi. Presiden Vladimir Putin menyebut Ukraina sebagai "wilayah yang sah" bagi Rusia, sementara Ukraina membalas lewat serangan drone yang menargetkan pangkalan udara strategis Rusia di Krimea.

Pertempuran kini makin kompleks dengan maraknya penggunaan drone kamikaze. Rusia bahkan disebut menggunakan hingga 500 unit drone Shahed per malam untuk melemahkan pertahanan udara Ukraina. Sementara itu, Ukraina kembali meminta sistem pertahanan Patriot dari negara Barat, bahkan siap membelinya langsung menggunakan dana kerja sama mineral dengan AS.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • NBS China akan merilis data PMI manufaktur China

  • Konferensi pers bersama Deregulasi Kebijakan Impor dan Deregulasi Kemudahan Berusaha di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Perdagangan.

  • Kementerian Pertanian akan menyelenggarakan "Transformasi Penyuluh Pertanian dan Pengembangan SDM Pertanian Mendukung Swasembada Pangan" di Lapangan Upacara Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.

  • Rapat kerja Komisi V DPR RI dengan Menteri Perhubungan terkait permasalahan transportasi berbasis aplikasi/online di ruang rapat Komisi V DPR, Senayan, Jakarta Pusat.

  • Peluncuran Prasasti Center for Policy Studies di The Ballroom Djakarta Theatre XXI, Jakarta Pusat. Turut hadir antara lain Burhanuddin Abdullah dan Hashim Djojohadikusumo.

  • Townhall Danantara Indonesia yang akan dilaksanakan di Auditorium Wisma Danantara, Jakarta Selatan.

  • Rapat kerja Komisi XI DPR dengan Ketua DK OJK terkait kebijakan co-payment industri asuransi di ruang rapat Komisi XI DPR, Senayan, Jakarta Pusat.

  • Peluncuran inovasi terbaru Lenovo Copilot PC dengan AMD Ryzen™ AI 300 Series yang akan dilaksanakan Greyhound Cafe Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

  • "The Martti Ahtisaari Legacy Seminar in Jakarta" di Auditorium Prof. Dr. Hasjim Djalal, FPCI Secretariat, Mayapada Tower 1, Jakarta Selatan. Turut hadir CEO CMI - Martti Ahtisaari Peace Foundation, Dino Patti Djalal dan Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia (2004-2009 & 2014-2019)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Dividen: JSPT, BIRD, SIMP, LSIP, MREI, DLTA, INPP, BBMD, INCI, CLPI, SMIL, TALF, NCKL, SOLA, DVLA, MPIX, PDPP, RDTC, IPCM, TOOL
  • RUPS: BHIT, SMLE, KJEN, SPTO, WGSH, FILM, PEHA, WINR, WIFI, DEWA, ENAK, PGLI, GIAA, MAYA, CUAN, ADMF, BNBR, ZINC, BMTR, REAL IKAI, HAJJ, PART, MAPI, POLY, ANDI, SMDR, AGAR, GRIA, LABS,PANS, PACK, KPIG, URBN, SSTM, OCAP, MFIN, GGRP, CHEM, BKSL, GPRA, MTPS, MAPA, PGJO
  • Public Expose: AGAR, ANDI, ELIT, FILM, GPRA, GRIA, HDTX, LABS, MAPA, MAPB, MAPI, MAYA, MTPSOCAP, PANS, PART, PEHA, PGJO, PGLI, SMDR, URBN, WINR, ZINC

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(emb/emb) Next Article Pekan Sebelum Lebaran: Pengurus Danantara Diumumkan, Ada RUPS Himbara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular