Era Kelam Tiba: Batu Bara Bisa Jadi 'Aset Beracun' Hingga 2028

mae, CNBC Indonesia
27 June 2025 07:30
Batu bara, Kalimantan
Foto: Istimewa

Jakarta, CNBC Indonesia - Cobaan pada batu bara terus berlanjut. Setelah harga jatuh dalam tiga hari terakhir, kinerjanya juga diramal memburuk ke depan.

Merujuk data Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (26/6/2025) ad di posisi US$ 106,15 per ton. Harganya ambruk 2,7%.

Penurunan ini memperpanjang derita batu bara. Dalam tiga hari terakhir, harga bat bara sudah ambruk 6%.

Penurunan ini diperkirakan akan bertahan lama.

Lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat (AS), Fitch Ratings, memperkirakan penurunan tajam harga batubara yang sudah terjadi sejak 2024 akan terus berlanjut selama tiga tahun ke depan, seiring adanya pergeseran struktural dalam permintaan.

Kondisi ini telah memberikan tekanan terhadap peringkat kredit beberapa produsen batubara di Asia (di luar Tiongkok), meskipun Fitch memperkirakan beberapa perusahaan masih akan menunjukkan ketahanan dalam profil kredit mereka.

Fitch memperkirakan harga batubara termal akan terus menurun pada paruh kedua tahun 2025. Prospek permintaan tampak lemah, khususnya di pasar ekspor utama seperti China dan India, yang saat ini memiliki pasokan melimpah.

Fitch memperkirakan harga akan cenderung turun dalam tiga tahun mendatang, seiring tekanan permintaan akibat transisi menuju sumber energi rendah karbon, terutama di China.

Fitch juga memperkirakan harga batubara kokas akan tetap lemah dalam tiga tahun ke depan. Hal ini sebagian disebabkan oleh lemahnya permintaan dari sektor baja China, yang masih tertekan akibat lesunya sektor konstruksi.

Permintaan baru dari tanur sembur di India dan Asia Tenggara hanya akan memberikan dukungan terbatas. Tantangan terhadap pertumbuhan global akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) juga menambah risiko terhadap prospek harga batubara termal dan kokas.

Pada April lalu, Fitch menurunkan peringkat Issuer Default Rating (IDR) PT Indika Energy Tbk, produsen batubara termal asal Indonesia, dari 'BB-' menjadi 'B+', dengan Outlook Stabil, sebagian akibat harga batubara yang rendah dan biaya produksi yang tinggi. 

Sementara itu, pada Mei, Fitch juga merevisi Outlook peringkat IDR 'B+' Golden Energy and Resources Pte. Ltd. (produsen batubara kokas asal Australia) menjadi Negatif dari Stabil, akibat tingkat utang yang tinggi pasca akuisisi dan tekanan dari harga batubara kokas yang lebih rendah. Dinamika ini membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menurunkan rasio utang bersih (net leverage).

Fitch juga telah beberapa kali menurunkan peringkat Coronado Global Resources (CRN) Inc., produsen batubara kokas asal Australia, hingga ke level 'CCC-'.

Fitch melihat adanya risiko perusahaan kehabisan kas pada paruh pertama 2026, kecuali jika mereka mampu mendapatkan pendanaan tambahan.

Dampak dari lemahnya harga batubara kokas terhadap arus kas perusahaan diperburuk oleh tingginya biaya aset serta kinerja operasional yang terus mengecewakan. Perusahaan masih memiliki opsi untuk meningkatkan likuiditas dalam 6-9 bulan ke depan, misalnya melalui penjualan aset.

CNBC INDONESIA RESEARCH
research @cnbcindonesi.com

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation