
Indonesia: Raksasa Mangga yang Terlupakan Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia- Di panggung ekspor mangga dunia, Indonesia terlihat seperti penonton, hadir, tapi nyaris tak disapa. Padahal, secara volume produksi, Indonesia adalah produsen mangga terbesar kedua di dunia setelah India.
Data dari World Population Review 2025 menunjukkan bahwa Indonesia adalah produsen mangga terbesar kedua di dunia, hanya kalah dari India. Indonesia menghasilkan 4,1 juta ton mangga pada 2022, mengalahkan China, Pakistan, bahkan Meksiko yang justru lebih dikenal di pasar ekspor. Tapi anehnya, nama Indonesia nyaris tak disebut dalam laporan tentang eksportir mangga terbesar dunia.
Alih-alih muncul sebagai eksportir utama, melansir dari Lodhi Garden dominasi global dipegang oleh Meksiko (40-45% dari total ekspor), disusul India (15-18%), Peru (12-14%), Thailand, dan Ekuador.
Di sisi impor, Amerika Serikat berdiri sebagai pengimpor mangga terbesar, diikuti Belanda, UEA, Arab Saudi, dan Inggris. Negara-negara ini punya koneksi logistik dan strategi promosi matang, seperti National Mango Board (NMB) di AS yang giat mendorong konsumsi mangga lokal dan impor.
Ironi pun muncul Indonesia unggul di produksi, namun lemah dalam diplomasi pasar. Salah satu tantangan utamanya adalah rendahnya nilai tambah produk.
Sebagian besar mangga Indonesia dipasarkan dalam bentuk segar, tanpa diferensiasi varian premium, sertifikasi organik, atau inovasi produk olahan seperti puree, dried mango, atau jus siap minum.
Lebih lanjut, menurut BPS awal 2025 mencatat bahwa produksi mangga nasional stabil dalam lima tahun terakhir. Namun ekspor belum mampu melonjak signifikan karena masih terbatas pada pasar tradisional seperti Singapura dan Malaysia. Padahal, potensi pasar ke Jepang, Korea Selatan, atau bahkan Eropa sangat besar, apalagi dengan preferensi mereka pada produk berkelanjutan dan berkualitas tinggi.
Salah satu solusi strategis adalah memperkuat kemitraan distribusi, investasi di rantai pendingin (cold chain), serta promosi terarah di negara tujuan. Belajar dari Meksiko dan India, Indonesia perlu menciptakan branding mangga nasional-bukan sekadar menjual buah, tapi rasa, cerita, dan kebanggaan. Tanpa itu, Indonesia akan terus dikenal sebagai produsen mangga besar yang tak benar-benar hadir di meja makan dunia.
Sebagaimana buahnya yang manis tapi mudah memar jika tak ditangani dengan hati-hati, industri mangga Indonesia perlu sentuhan strategi yang lebih cermat dan berkelanjutan. Dunia sedang jatuh cinta pada mangga. Sayangnya, belum tentu pada yang tumbuh di tanah kita.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
