Newsletter

Danantara Diluncurkan Hari Ini, Akankah Disambut Senyum IHSG-Rupiah?

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
24 February 2025 06:15
Ilustrasi bearish market vs bullish market
Foto: Pixabay/gerd Altmann

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia mayoritas mengakhiri perdagangan di zona hijau pada akhir perdagangan pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah menguat. Namun, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) merangkak naik.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri pekan lalu di zona hijau, naik 0,2% ke level 6.803 pada Jumat (21/2/2025).

Meski demikian, secara mingguan IHSG turun 0,39% dan sepanjang Februari sudah melemah 4,43%. Perdagangan Jumat lalu berlangsung sepi dengan nilai transaksi Rp 9,34 triliun, melibatkan 14,22 miliar saham dalam 1,08 juta transaksi.

Lima sektor menjadi penopang IHSG, yakni teknologi (2,85%), properti (1,91%), utilitas (1,17%), bahan baku (0,87%), dan kesehatan (0,11%).

Saham DCI Indonesia (DCII) menjadi pendorong utama setelah melesat 20% dan mencetak auto reject atas (ARA) selama tiga hari berturut-turut, memberikan kontribusi 17,73 indeks poin.

Tekanan bagi IHSG masih berasal dari derasnya arus keluar dana asing. Hingga 19 Februari, asing hanya mencatatkan net buy dalam dua hari, selebihnya terus melakukan aksi jual.

Indeks MSCI juga mengurangi porsi saham RI, dengan jumlah konstituen yang masuk MSCI Global Standards menyusut dari 28 perusahaan pada 2019 menjadi 17 pada Maret 2025, yang berdampak pada penurunan bobot saham Indonesia dari 2,2% menjadi 1,5% pada akhir 2024.

Rupiah Perkasa di Akhir Pekan, Dolar AS Tertekan ke Rp16.300

Sementara itu, pada akhir pekan kemarin, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis data transaksi berjalan yang membaik.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,15% ke Rp16.300/US$ pada Jumat (21/02/2025), setelah sempat menyentuh Rp16.260/US$ di awal perdagangan. Namun, secara mingguan, rupiah masih melemah 0,28%.

Penguatan rupiah didorong oleh laporan Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan defisit transaksi berjalan kuartal IV-2024 turun menjadi US$1,1 miliar (0,32% PDB), lebih rendah dibandingkan US$2 miliar (0,56% PDB) pada kuartal sebelumnya. Perbaikan ini berasal dari peningkatan surplus neraca perdagangan barang, terutama ekspor nonmigas yang naik seiring lonjakan harga komoditas utama.

Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 10 tahun menguat tipis ke 6,79% pada Jumat lalu dari 6,77% pada hari sebelumnya. Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang naik menandai SBN tengah dijual investor sehingga harganya jatuh.


Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street ambruk berjamaah paad perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (21/2/2025).

Indeks jatuh karena data ekonomi baru AS memicu kekhawatiran di kalangan investor mengenai melambatnya perekonomian dan inflasi yang terus tinggi. Kondisi ini membuat mereka mencari aset yang lebih aman.

Kerugian semakin meningkat menjelang penutupan pasar karena para pedagang khawatir untuk tetap bertahan di posisi beli menjelang akhir pekan. Terlebih, ada kekhawatiran mengenai rencana Presiden Donald Trump yang mengusulkan serangkaian tarif dan perubahan kebijakan lainnya yang dapat memengaruhi pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average ambruk 748 poin, atau 1,69% ke 43.428,02. Penurunan Jumat kemarin merupakan yang terbesar di tahun ini. Indeks S&P 500 turun 1,71% ke 6.013,13 sementara indeks Nasdaq jatuh 2,2% ke 19.524,01.

Dalam sepekan, S&P 500 turun sekitar 1,6%, sementara Dow dan Nasdaq masing-masing ambruk 2,5% dan 2,4%.

Serangkaian data ekonomi membuat investor beralih ke obligasi yang menyebabkan imbal hasil turun tajam. Langkah ini diambil investor setelah keluarnya data baru ekonomi AS.

Indeks sentimen konsumen University of Michigan turun ke 64,7 pada Januari, penurunan 10% dan lebih tajam dari yang diperkirakan. Penurunan ini menunjukkan konsumen khawatir tentang inflasi yang lebih tinggi akibat kemungkinan tarif baru.

Proyeksi inflasi lima tahun dalam survei tersebut adalah 3,5%, tertinggi sejak 1995. Selain itu, penjualan rumah yang ada di AS turun lebih dari yang diperkirakan bulan lalu menjadi 4,08 juta unit. Indeks manajer pembelian sektor jasa AS juga turun ke wilayah kontraksi untuk bulan Februari, menurut S&P Global.

Pelemahan daya beli warga AS semakin kencang setelah Walmart memberikan proyeksi yang buruk mengenai penjualan mereka ke depan.

Saham-saham favorit investor seperti Nvidia dan Palantir mengalami kerugian tajam pada Jumat lalu karena para investor beralih ke aset yang lebih aman secara tradisional. Procter & Gamble naik lebih dari 1%, sementara General Mills dan Kraft Heinz masing-masing naik lebih dari 2%.

"20 saham dengan kinerja terbaik di S&P 500 hari ini semuanya berasal dari sektor defensif: barang konsumen pokok, utilitas, dan kesehatan. Investor sering berputar ke sektor-sektor yang disebut defensif ini ketika kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi muncul," kata Larry Tentarelli, kepala strategi teknikal dan pendiri Blue Chip Daily Trend Report, kepada CNBC Indonesia.

Pekan ini, pasar keuangan global akan dihadapkan pada berbagai rilis data ekonomi penting yang dapat mempengaruhi arah kebijakan moneter. Dari dalam negeri, perhatian tertuju pada data uang beredar (M2) Januari 2025, yang dapat memberikan gambaran tentang likuiditas perekonomian Indonesia.Sementara dari Amerika Serikat (AS), data inflasi pengeluaran konsumen AS atau PCE kuartalan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024, serta data tenaga kerja akan menjadi faktor utama yang menentukan ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan suku bunga The Fed.

Satu hal paling ditunggu investor hari ini adalah peresmian Danantara. Badan

Uang Beredar dan Peresmian Danantara

Pada hari ini, Senin (24/02/2025) dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan merilis data M2 Money Supply Januari 2025, di mana sebelumnya uang beredar tumbuh 4,4% (secara tahunan/year on year). Data ini penting dalam menentukan arah kebijakan BI terkait likuiditas dan stabilitas moneter.

Uang beredar pada Januari kemungkinan besar akan turun karena masyarakat mulai mengerem konsumsi setelah menghabiskan banyak uang selama Libur Natal dan Tahun Baru.

Satu hal paling ditunggu investor hari ini adalah peresmian Danantara.
Presiden RI Prabowo Subianto dijadwalkan akan meresmikan Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada hari ini Senin (24/2/2025), di Halaman Tengah Istana Kepresidenan, Jakarta.
"Peluncuran Danantara akan diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto," terang Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana, Minggu (23/2/2025).

Yusuf menyatakan, bahwa peluncuran Danantara menandai era baru dalam transformasi pengelolaan investasi strategis negara.
Sebelumnya, Presiden Prabowo mengungkapkan bahwa initial funding atau pendanaan awal Danantara diproyeksi mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp326 triliun.

"Saya rasa ini akan menjadi langkah yang transformatif. Kami berencana untuk memulai sekitar 15 hingga 20 proyek bernilai miliaran dolar, yang akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi negara kami," kata Prabowo Subianto dalam forum internasional World Government Summit pada Kamis (13/2/2025) lalu.

Dengan demikian, lanjut Prabowo, Danantara akan menjadi pendorong perekonomian Indonesia lebih cepat dari sebelumnya. Termasuk untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 8%. Hasil awal evaluasi awal menunjukkan nilai dana yang akan dikelola atau aset under manajement (AUM) oleh Danantara hampir sebesar US$ 980 miliar atau Rp 15.974 triliun (kurs Rp 16.300).

"Danantara, yang akan diluncurkan pada tanggal 24 Februari bulan ini, akan menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara kita ke dalam proyek-proyek yang berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lain-lain," kata Prabowo.

Danantara diharapkan berfungsi serupa dengan Temasek di Singapura yang bertugas sebagai entitas yang mengoptimalkan investasi dan aset BUMN secara profesional. Tugas Danantara di antaranya adalah mengelola dividen BUMN hingga mengatur penyertaan modal.

Sementara itu, dari AS, Dallas Fed Manufacturing Index Februari akan menjadi perhatian. Sebelumnya, indeks ini tercatat di 14,1, dengan ekspektasi turun ke 18. Indeks ini menjadi indikator awal aktivitas manufaktur di Texas dan dapat memberikan gambaran tentang permintaan industri di AS.

Sentimen Satu Pekan ke Depan

Berlanjut ke hari Selasa, investor global akan mencermati data CB Consumer Confidence Februari dari AS. Sebelumnya, indeks ini berada di 104,1, dengan proyeksi turun ke 103. Jika angka yang dirilis lebih rendah dari perkiraan, pasar bisa bereaksi negatif karena mencerminkan pelemahan daya beli konsumen.

Selain itu, data S&P/Case-Shiller Home Price Index Desember akan dirilis, memberikan gambaran tentang kondisi pasar properti AS yang bisa berdampak pada kebijakan suku bunga The Fed.

Sementara di hari Rabu, data New Home Sales Januari akan menjadi sorotan. Sebelumnya, penjualan rumah baru tercatat 698 ribu unit. Jika angka ini lebih rendah dari ekspektasi, bisa menjadi indikasi pelemahan sektor properti AS.

Selain itu, data API Crude Oil Stock Change akan memberikan gambaran tentang stok minyak mentah di AS. Sebelumnya, stok minyak naik 3,34 juta barel, yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak global.

Lalu pada Kamis (27/02/2025) AS akan merilis estimasi kedua pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024, di mana sebelumnya PDB AS tumbuh 3,1%. Jika angka terbaru lebih rendah, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed bisa semakin meningkat.

Selain itu, data Initial Jobless Claims untuk pekan yang berakhir 22 Februari 2025 akan dirilis. Sebelumnya, klaim pengangguran berada di 219 ribu, dengan proyeksi 225 ribu. Jika angka ini lebih tinggi dari perkiraan, pasar tenaga kerja AS bisa mendapat tekanan lebih lanjut.

Fokus utama lainnya  pasar pekan ini adalah data PCE Price Index untuk periode kuartal IV-2024 pada Jumat. PCE merupakan pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan. Estimasi awal menunjukkan inflasi PCE ada di 2,3% (kuartal to kuartal/qtq) pada kuartal IV-2024 dan inflasi inti PCE ada di 2,5% (qtq) . Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed semakin terbatas.

Selain itu, data neraca perdagangan AS untuk Januari akan diumumkan. Defisit perdagangan sebelumnya tercatat US$122,1 miliar, dan jika defisit melebar, bisa menjadi sinyal tekanan bagi ekonomi AS.

Dengan berbagai rilis data ekonomi penting, pekan ini akan menjadi periode yang menentukan bagi pasar keuangan global dan domestik. Dari dalam negeri, data uang beredar akan memberikan petunjuk tentang arah kebijakan moneter BI, sementara dari AS, inflasi PCE dan data tenaga kerja akan menjadi kunci bagi ekspektasi suku bunga The Fed. Investor perlu mencermati perkembangan ini untuk melihat dampaknya terhadap pergerakan pasar keuangan dalam beberapa bulan ke depan.

Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Perkembangan Uang Beredar Januari 2025

  • Indeks Manufaktur Dallas Fed Februari

  • Lelang Surat Utang Negara 3 Bulan Amerika Serikat

  • Lelang Surat Utang Negara 6 Bulan Amerika Serikat

  • Presiden Prabowo akan meluncurkan Badan Pengelola Indonesia Daya Anagata Nusantara di halaman tengah Istana Kepresidenan Jakarta Pusat (10.00 WIB)

  • Anugerah Lingkungan Proper di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Turut hadir Menteri Lingkungan Hidup(14.00 WIB).

  • Menteri Perdagangan dan Menteri BUMN akan melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Perdagangan dengan Kementerian BUMN tentang Sinergi Pengembangan dan Pemberdayaan UMKM Siap Ekspor di Ruang Auditorium Kemendag, Jakarta Pusat (14.30 WIB).

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Warrant FUTR

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC Indonesia Research

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(emb/emb) Next Article Hari Penentuan! BI Umumkan Keputusan Genting Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular