
Harga Emas Kembali Terbang, Kapan Tembus US$ 3.000?

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai kejatuhan dalam, harga emas mencoba kembali merangkak ke atas. Pelemahan dolar berhasil membuat harga emas kembali naik meskipun belum dapat kembali ke level psikologis US$2.900 per troy ons, di tengah ancaman tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Harga emas juga masih akan dipengaruhi risalah rapat FOMC (federal Open Market Committee) dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang keluar pekan ini.
Pada perdagangan Senin (17/2/2025), harga emas dunia di pasar spot menguat 0,50% % di level US$2.897,65 per troy ons. Penguatan terjadi usai penurunan tajam emas di atas 1% pada Jumat pekan lalu.
Pada perdagangan hari ini Selasa (18/2/2025) hingga pukul 06.24 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah tipis 0,01% di posisi US$2.897,69 per troy ons.
Harga emas kembali naik meskipun belum berhasil bertahan di level US$2.900 per troy ons. Emas kembali menguat didukung oleh dolar yang melemah dan kekhawatiran akan perang dagang karena Presiden AS Donald Trump mengancam tarif timbal balik hingga jelang keluarnya rilis rapat FOMC pada Rabu (19/2/2025).
Dolar AS bertahan di dekat level terendah dalam dua bulan, membuat emas batangan lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Emas masih diuntungkan oleh investor yang mencari aset safe haven di tengah kekhawatiran tarif dan perang dagang," menurut analis UBS Giovanni Staunovo, kepada Reuters.
"Kami terus melihat kenaikan harga emas, dengan logam mulia tersebut diperkirakan naik hingga US$3.000 per troy ons, yang juga diuntungkan oleh permintaan bank sentral yang terus berlanjut." imbuhnya
Kenaikan emas salah satunya ditopang rencana tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dia tetap pada ancaman tarifnya, dengan mengatakan pengenaan tarif pada mobil akan segera diberlakukan pada 2 April. Itu merupakan kabar terbaru dalam serangkaian tindakan perdagangan yang telah ia ungkapkan sejak menjabat untuk kedua kalinya.
Namun, perdamaian Rusia-Ukraina bisa menekan emas.
Pembicaraan damai Ukraina muncul sebagai fokus utama pasar. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan pada hari Minggu bahwa Kyiv dan Eropa akan menjadi bagian dari "negosiasi nyata" untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.
"Kami tetap waspada terhadap kemungkinan permintaan bank sentral yang lebih rendah (untuk emas) yang mungkin timbul jika terjadi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina," menurut catatan Morgan Stanley.
Emas batangan dipandang sebagai nilai lindung terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik, tetapi suku bunga yang lebih tinggi melemahkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Sementara itu, beberapa pejabat The Fed akan berpidato akhir minggu ini, dan pelaku pasar akan mencermati petunjuk apa pun mengenai arah suku bunga AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
