Harga Emas Mulai Bangkit Setelah Babak Belur, Peluang Rekor Masih Ada?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
17 February 2025 06:35
10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, ternyata Ada Indonesia
Foto: Infografis/10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, ternyata Ada Indonesia/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas masih mulai menanjak setelah hancur lebur akhir pekan lalu. Harga emas pekan ini diperkirakan relatif lebih tenang karena tidak ada data ekonomi besar yang keluar pekan ini, kecuali risalah Federal Open Market Committee (FOMC).

Pada perdagangan hari ini Senin (17/2/2025) hingga pukul 06.15 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,33% ke US$2.892,94 per troy ons.

Sementara pada perdagangan sebelumnya Jumat (14/2/2025), harga emas dunia di pasar spot jeblok 1,57% di level US$2.883,18 per troy ons.


Harga emas anjlok lebih dari 1% pada perdagangan Jumat karena aksi taking profit, meskipun masih bersiap untuk kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut, didorong oleh kekhawatiran akan perang dagang global setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendorong tarif timbal balik.

"Ada beberapa faktor teknis yang berperan seperti ketidakmampuan untuk mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada hari Selasa (11/2/2025), meninggalkan potensi double top, dan kami melihat beberapa aksi taking profit menjelang akhir pekan," ujar Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, dikutip dari Reuters.

Alex Ebkarian, kepala operasi di Allegiance Gold,mengatakan masih ada tren bullish pada emas yang didorong oleh beberapa faktor seperti ketidakpastian akibat perang tariff dan dolar AS yang lebih lemah,  serta peralihan yang semakin besar dari emas kertas ke emas fisik.

Pada hari Kamis (13/2/2025), Trump mengarahkan tim ekonominya untuk merumuskan rencana tarif timbal balik pada setiap negara yang mengenakan pajak atas impor AS. Langkah yang berpotensi inflasi ini dapat mendorong permintaan safe haven lebih lanjut untuk emas, nilai lindung terhadap kenaikan harga dan ketidakpastian geopolitik.

Pelaku pasar kini menunggu risalah FOMC bank sentral Amerika Serikat A(S)  The Federal Reserve (The Fed) yang akan keluar pada Kamis pekan ini. Risalah FOMC ini merupakan hasil keputusan The Fed pada Januari lalu yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga.

Risalah ini akan menjadi pegangan bagi trader emas dalam mencari arah kebijakan The Fed ke depan serta pengaruhnya ke emas. Jika pelonggaran makin sulit maka emas akan tertekan begitu sebaliknya.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation