Usai Ambruk 6 Hari, Harga Batu Bara Akhirnya Bangkit dari Kubur

Revo M, CNBC Indonesia
13 February 2025 07:20
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terpantau naik setelah laporan dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan adanya potensi pertumbuhan konsumsi batu bara global ke depan.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 12 Februari 2025 tercatat sebesar US$107,4/ton atau naik 0,66% dibandingkan penutupan perdagangan 11 Februari 2025 yang sebesar US$106,7/ton.

Penguatan harga batu bara kali ini merupakan yang pertama kalinya setelah terkoreksi selama enam hari beruntun dengan pelemahan mencapai 10% lebih.

Dilansir dari cnbctv18.com, laporan terbaru IEA menunjukkan bahwa India siap memimpin pertumbuhan konsumsi batu bara global di tahun-tahun mendatang, meskipun negara-negara maju beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Kendati permintaan batu bara mengalami penurunan secara global, India, menurut laporan tersebut, "bersiap untuk mengalami peningkatan terbesar dalam permintaan batu bara hingga  2027."

Berdasarkan laporan tersebut, permintaan batubara India diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,6% per tahun, mencapai 1.421 Juta Ton (Mt) pada 2027. Hal ini berarti pertumbuhan lebih dari 150 Mt antara 2023 dan 2027.

Pada periode yang sama, permintaan batu bara di China akan meningkat kurang dari 50 Mt sementara di Uni Eropa akan turun sebesar 68 Mt, menurut laporan tersebut.

Dasbor Iklim & Energi NITI Aayog menunjukkan bahwa konsumsi batu bara India melebihi produksinya. Data yang tersedia hingga FY24 menunjukkan bahwa konsumsi batubara India mencapai 1,26 Bt, dengan impor lebih dari 260 Mt.

Berdasarkan laporan IEA, sekitar 75% total konsumsi batubara India digunakan untuk pembangkit listrik. Hingga Agustus 2024, pembangkit listrik tenaga batu bara berjumlah 218 GigaWatt (GW) dari total kapasitas listrik terpasang sebesar 451 GW.

Industri baja dan semen, yang menggunakan batubara termal non-listrik untuk berbagai proses, juga akan mendorong permintaan batubara di India. IEA memperkirakan konsumsi batubara non-listrik dapat mencapai 382 Mt pada tahun 2027, atau meningkat sebesar 18% hanya dalam waktu tiga tahun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation