Kiamat Batu Bara Makin Nyata, Harga Jeblok ke Level Terendah 3,5 Tahun

Revo M, CNBC Indonesia
11 February 2025 07:25
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus mengalami penurunan sejalan dengan melemahnya permintaan dari China dan India.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 10 Februari 2025 tercatat sebesar US$108,75/ton atau turun 1,81% dibandingkan penutupan perdagangan 07 Februari 2025 yang sebesar US$110,75/ton.

Posisi harga batu bara kali ini merupakan yang terendah sejak Mei 2021 atau sekitar 3,5 tahun terakhir (US$ 107,9 per ton).

Dilansir dari gmk.center, ekspor batu bara coking Australia pada Januari 2025 mengalami penurunan signifikan sebesar 23%, turun menjadi 11,33 juta ton dari 14,73 juta ton pada Desember 2024, menurut laporan BigMint.

Faktor Penyebab Penurunan:

  • Permintaan yang melemah, terutama dari negara-negara besar seperti India dan China.
  • Perubahan aliran perdagangan global akibat dinamika pasar dan kebijakan perdagangan.

India dan China, importir utama batubara kokas Australia, mengalami penurunan pasokan yang signifikan. Pengiriman ke India turun sebesar 23% (month to month/mtm) menjadi 2,52 juta ton, dan ke China turun sebesar 53% mtm menjadi 0,84 juta ton.

Pengiriman ke Jepang juga turun 47% menjadi 1,94 juta ton. Pada saat yang sama, Korea Selatan merupakan pengecualian, meningkatkan impor sebesar 25% mtm menjadi 1,78 juta ton.

Penurunan ekspor tercermin pada kinerja pelabuhan-pelabuhan utama Australia. Terminal Batubara Teluk Dalrymple (DBCT) mencatat penurunan pengiriman sebesar 14%, sementara Pelabuhan Gladstone sebesar 13%.

Pelabuhan Hay Point dan Abbot Point mengalami penurunan yang lebih besar masing-masing sebesar 41% dan 31%. Pelabuhan Kembla dan Newcastle mengurangi pengiriman sebesar 26% dan 18%.

Harga rata-rata batubara kokas Australia pada Januari turun sebesar $7/ton. menjadi $193/t FOB. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan baja dan kehati-hatian para importir besar.

Kendati terdapat kesulitan saat ini, permintaan jangka panjang atas batubara kokas Australia tetap stabil. Para analis memperkirakan ekspor akan pulih dalam beberapa bulan mendatang, tergantung pada tren industri baja, kebijakan perdagangan, dan potensi gangguan pasokan dari pesaing.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation