Insentif Mobil Listrik Berlanjut, Sektor Ini Bakal Pesta Cuan

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
09 January 2025 16:10
Pengunjung memadati Ji Expo Kemayoran dalam pembukaan pameran kendaraan listrik Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) pada (17/5/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pengunjung memadati Ji Expo Kemayoran dalam pembukaan pameran kendaraan listrik Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) pada (17/5/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten akan diuntungkan dari perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kendaraan listrik pada 2025.

Adapun sektor yang akan berdampak positif adalah keuangan, terutama multifinance. Sebab akan mendorong pendapatan dari penyaluran kredit mobil pribadi listrik.

Berikut daftar saham multifinance:

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperpanjang pemberian insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPNBM) Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar 100% untuk mobil listrik untuk 2025.

Insentif pada 2025 disahkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor (PMK) 135 Tahun 2024 tentang PPNBM DTP 2025. Aturan ini diundangkan pada 31 Desember 2024 dan berlaku untuk masa pajak Januari 2025 sampai Desember 2025.

Mobil listrik sendiri sudah mendapatkan sejumlah insentif sejak 2024. Pertama PPN DTP kendaraan listrik. Kendaraan listrik tertentu mendapat insentif PPN ditanggung pemerintah seperti tahun 2024. Mobil listrik yang seharusnya dikenakan PPN 11%, dengan adanya insentif maka PPN mobil listrik jadi 1%.

Insentif tersebut diharapkan dapat menjadi pemantik pembelian mobil listrik pada 2025.

Kebijakan PPNBM DTP untuk 2025 juga berlaku buat mobil listrik Completely Build Up (CBU) dan Completely Knock Down (CKD).

Pada 2024, penjualan mobil listrik terpantau turun. Berdasarkan data Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil listrik pada periode Januari-November 2024 tercatat 162.320 unit, turun 28.552 unit atau melemah 15% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara penjualan ke ritel tercatat 163.533 unit, turun 17.475 unit atau 10% dari tahun sebelumnya.

Ada beberapa faktor yang membuat penjualan mobil menurun, meskipun ada insentif dari pemerintah. Paling besar adalah pengaruh dari daya beli masyarakat yang turun pada 2024, terutama konsumen terbesar yakni kalangan menengah.

Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengungkapkan alasan penurunan penjualan mobil listrik karena alasan pembaruan fitur.

"Selain itu, penantian konsumen terhadap peluncuran berbagai model EV (electric vehicle) baru dengan harga semakin mendekati LCGC, juga turut berkontribusi terhadap penurunan penjualan. Ditambah lagi siklus pembelian yang cenderung fluktuatif," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (14/8/2024).

"Sekarang ini hal yang semakin kuat adalah, pada September-Oktober ini semakin banyak EV baru royal fitur baru dan teknologi dengan harga yang terjangkau dan setara LCGC produksi Jepang. Dan memberikan garansi baterai sampai dengan 8 tahun, tenor panjang, layanan 3S semakin bagus dan banyak," papar Yannes.

Meskipun pada 2024 lesu, para analis memperkirakan penjualan mobil listrik pada 2025 akan bangkit. S&P Global Mobility memproyeksikan penjualan global untuk mobil listrik mencapai 15,1 juta unit pada tahun 2025, naik 30% dibandingkan 2024.

Meskipun demikian, S&P Global Mobility memperkirakan masih ada banyak tantangan ke depan yang perlu menjadi perhatian.

"Jika melihat ke masa depan setelah tahun 2025, masih banyak ketidakpastian terkait laju elektrifikasi, terutama terkait infrastruktur pengisian daya, daya jaringan, rantai pasokan baterai, tren sumber global, hambatan perdagangan tarif, laju kemajuan teknologi, dan tingkat dukungan yang diperlukan dari para pembuat kebijakan untuk memfasilitasi peralihan dari bahan bakar fosil ke alternatif listrik," mengutip S&P Global Mobility.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation