Big Stories 2024

Ternyata Ini Hari Baik & Paling Buruk di Perdagangan Saham RI 2024

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
31 December 2024 10:45
Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (6/8/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (6/8/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham tanah air menutup akhir tahun dengan sumringah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil berakhir di zona hijau pada akhir perdagangan tutup tahun dengan melesat 0,62% di level 7.079,90 pada Senin (30/12/2024).

Meskipun IHSG ditutup menguat pada penutupan perdagangan akhir tahun, akan tetapi dalam sepanjang 2024 IHSG masih mencatatkan penurunan sebesar 2,65%.

Harapan window dressing yang sirna di sepanjang Desember pun menutup harapan para investor untuk mendapatkan cuan besar.

Kinerja pergerakan IHSG di sepanjang 2024 terbalik banding dengan kinerja pergerakan IHSG pada 2023 yang justru melonjak 6,16% dengan di tutup di level 7.272,79 pada 29 Desember 2023.

Melihat dari track record pergerakan IHSG sepanjang 2024, terdapat lima hari terbaik kinerja IHSG dengan kenaikan tertinggi hingga mencapai 2% lebih. Kenaikan di dominasi pada bulan-bulan menjelang akhir tahun.

Selain itu terdapat pula lima hari terburuk kinerja IHSG dengan penurunan paling tajam mencapai lebih dari 3% yang terjadi pada periode Agustus.

Dari sisi nilai kapitalisasi pasar. Nilai kapitalisasi pasar IHSG sepanjang 2024 meningkat tipis sebesar 4,27% (yoy) menjadi Rp12.207,94 triliun. Sementara pada 2023 nilai kapitalisasi pasar IHSG mencapai Rp11.708 trilliun.

Pada akhir tahun 2024, terpantau Sembilan sektor menguat dan satu sektor melemah.

Dibalik loyonya performa IHSG di sepanjang 2024 didorong oleh data-data ekonomi yang tidak mendukung kinerja beberapa sektoral di sepanjang tahun. Di antaranya adalah melemahnya ekonomi Indonesia hingga pelonggaran kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang tak sejalan dengan ekspektasi pasar.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi tanah air, Produk Domestik Bruto (PDB) RI hanya tumbuh 4,95% (yoy) pada kuartal III 2024.

Selain itu, sentimen dari global juga memperparah kondisi IHSG.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) The federal Reserve (The Fed) pada akhirnya menutup tahun ini dengan kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps). Namun, The Fed mengisyaratkan hanya akan memangkas suku bunga dua kali pada 2025.

The Fed mengumumkan bahwa suku bunga acuan menjadi berada di angka 4,25-4,50% atau turun 25 bps pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonsia (19/12/2024). Ini merupakan pemangkasan ketiga kalinya di tahun ini secara berturut-turut.

Pelonggaran yang tak sejalan dengan ekspektasi pasar ini membuat banyak investor menarik modal dari Emerging Markets seperti Indonesia dan membawa modalnya kembali ke AS. Akibatnya outflow mengalir deras.

Keputusan ini pada dasarnya sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar yang tercermin pada CME FedWatch Tool yakni proyeksi cut rate sebesar 25 bps yang diyakini oleh sebagian besar pelaku pasar (97,99%).

Namun, The Fed menunjukkan bahwa mereka mungkin hanya akan menurunkan dua kali lagi pada 2025.Ekspektasi tersebut tercermin dari dot plot terbaru Desember ini. Dot plot merupakan matriks ekspektasi dan pandangan suku bunga masa depan dari masing-masing anggota Federal Open Market Committee (FOMC).

Dot plot terbaru ini lebih pesimis dibandingkan sebelumnya.

Merujuk dot plot terbaru, dua pemotongan yang diekspektasikan pada 2025 ini hanya setengah dari target komite ketika plot tersebut terakhir diperbarui pada September dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 100 bps pada 2025.

Lebih lanjut, pejabat Fed menunjukkan dua pemotongan lagi pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite memandang suku bunga "netral" berada pada 3%, 0,1 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pembaruan September, karena tingkat ini secara perlahan meningkat sepanjang tahun ini (3% vs 2,9%).

Kabar pemangkasan suku bunga yang tak sesuai harapan pasar sebesar empat kali pemotongan pada 2025 pun mendorong beberapa pasar saham di emerging market bergejolak termasuk IHSG.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Most Popular
Recommendation