Sudah Tutup Pabrik dan PHK, Sepatu Bata Masih Rugi Rp131 M!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
29 November 2024 12:40
Suasana lengang Toko sepatu Bata di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2024), tetap beroperasi pascapenutupan pabrik sepatunya di Purwakarta, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana lengang Toko sepatu Bata di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2024), tetap beroperasi pascapenutupan pabrik sepatunya di Purwakarta, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen sepatu, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) masih menderita kerugian Rp131,27 miliar sampai kuartal III/2024. Kondisi ini semakin memberatkan keuangan perusahaan yang sebelumnya sudah menutup pabrik dan melakukan PHK masal.

Sebelumnya pada April lalu, BATA telah menutup pabriknya di Purwakarta yang berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 233 pekerja atau buruh langsung.

"Berdasarkan surat pelaporan penghentian aktivitas pabrik yang disampaikan oleh Bata kepada kami bahwa jumlah tenaga kerja yang ter-PHK itu sebanyak 233 orang," ungkap Ketua Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Disnakertrans Jawa Barat Firman Desa dalam Evening Up CNBC Indonesia, Selasa (7/5/2024).

"Berdasarkan surat dari manajemen Bata bahwa pabrik ini harus mengalami penutupan terjadi PHK untuk semua buruhnya. Iya betul 100% dari suratnya," tegas dia mengonfirmasi.

Sejak pandemi Covid-19 atau selama empat tahun terakhir, emiten produsen sepatu merk Bata ini menerima tantangan yang berat dari perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat.

Sayangnya, upaya perusahaan untuk pulih tidak optimal dan berujung menutup pabrik. Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko mengatakan sejak pandemi Covid-19, penjualan BATA lesu hingga mencatatkan rugi.

"Covid-19 merusak tatanan di BATA yang tadinya profit. Sekarang belum mencapai perbaikan yang diinginkan," ungkapnya dalam public expose pada Kamis (28/11/2024).

Penjualan masih loyo terasa sampai sekarang, data terbaru sampai September 2024 BATA masih membukukan rugi sebelum pajak sebesar Rp131,27 miliar.

Bahkan rugi tersebut membengkak lebih dari dua kali lipat atau 151% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp52,33 miliar.

Bengkaknya rugi terjadi seiring dengan penjualan yang turun 26% pada kuartal III/2024 menjadi Rp363,27 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp488,47 miliar.

Berdasarkan data perseroran, BATA juga telah menyelesaikan proses pemutusan kontrak kerja dan membayar pesangon kepada karyawan yang terkena dampaknya sebesar Rp16,7 miliar hingga Mei 2024.

Adapun imbas dari penutupan pabrik, BATA saat ini menjalankan bisnis dengan mengandalkan 100% produksi dari suplier lokal.

"Jalan keluarnya, kita kerja sama dengan suplier lokal agar perbaiki posisi keuangan," ungkap Hatta.

Pusat distribusi kemudian dipindah dari Purwakarta ke Jakarta. BATA juga berkerja sama dengan perusahaan logistik dalam mengelola barang di warehouse yang kemudian disalurkan ke toko-toko Sepatu Bata.

Meski begitu, manajemen BATA mengatakan optimistis mampu mencatatkan perbaikan kinerja keuangan ke depannya dan kerugian diproyeksi berhenti pada 2025 mendatang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation