
Dari Bali, Indonesia Pimpin Dunia untuk Atasi Persoalan Besar

Jakarta, CNBC Indonesia - Tantangan global yang semakin kompleks membuat banyak negara bergerak bersama untuk mencari solusi. Indonesia menjadi salah satu negara yang aktif mencari solusi tersebut, salah satunya dengan menjadi tuan rumah High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024.
Forum HLF MSP 2024 akan digelar pada 1-3 September 2024 di Bali dengan mengundang 1.000 peserta yang terdiri dari unsur kepala negara, pelaku bisnis internasional, akademisi dan organisasi lingkungan dari berbagai negara.
Melalui penyelenggaraan HLF MSP, para aktor pembangunan (pemerintah dan non-pemerintah) diharapkan dapat bertemu dan berdiskusi untuk menghasilkan solusi dan aksi kolektif untuk mengatasi tantangan-tantangan global tersebut.
Pejabat tinggi yang dijadwalkan akan hadir, di iantaranya adalah Perdana Menteri Timor Leste, Menteri Kepulauan Solomon, Menteri Rwanda, Wakil Perdana Menteri Republik Demokratik Kongo, National Secretary Ecuador, Wakil Menteri Afrika Selatan, Wakil Menteri Laos.
Jumlah pembicara yang terkonfirmasi hadir di acara ini mencapai 88 orang. Adapun jumlah total peserta yang teregistrasi mencapai 1.059 dari 20 negara, yang terdiri 690 perwakilan pemerintah, 38 akademisi, 94 organisasi internasional, 9 multilateral development bank, 96 Civil Society Organization (CSO), 8 lembaga filantropi, 117 perwakilan sektor swasta, dan 7 lembaga think tank.
Forum dibuka dengan welcoming dinner yang dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para menteri-menteri dari negara sahabat pada Minggu (1/9/2024).
Kemudian di hari kedua atau Senin (2/9/2024) akan dilanjutkan dengan kegiatan leader joint session. Dalam sesi yang tertutup ini, kepala negara dan utusan resmi pemerintah negara sahabat akan berbincang.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi high-level planery session. Pertemuan yang dihadiri oleh utusan pemerintah negara sahabat ini akan dibuka oleh Menteri PPN Suharso Monoarfa.
Forum Tingkat Tinggi ini akan menghadirkan berbagai sesi penting, antara lain:
1. Joint Session: Pembukaan resmi oleh Presiden Indonesia, diikuti dengan penyampaian National Statement dari para Kepala Negara/Pemerintahan.
2. High Level Plenary Session: Diskusi mengenai penguatan potensi Global South melalui kemitraan Multi-Pihak.
3. Thematic Parallel Session: 12 diskusi paralel yang mendalami setiap sub-tema.
4. Side Event: 16 sesi tambahan yang diselenggarakan oleh berbagai pemangku kepentingan.
5. Bilateral Meeting: Lebih dari 50 pertemuan bilateral antar negara peserta.
6. Exhibition: Promosi booth untuk perusahaan swasta, BUMN, dan mitra pembangunan.
7. Cultural Event: Promosi budaya dan kuliner Indonesia, serta kesempatan untuk berjejaring.
8. Gala Dinner: Acara makan malam yang akan dihadiri oleh para Kepala Negara/Pemerintahan.
Misi Besar HLF MSP 2024
Pertemuan HLF MSP 2024 mengusung tema "Strengthening Multi-Stakeholder Partnerships: Towards a Transformative Change". Forum ini diharapkan menjadi katalisator serta memberikan solusi dalam menghadapi tantangan global, serta memperkuat peran Indonesia sebagai pemimpin dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas, Bogat Widyatmoko menyampaikan forum HLF MSP hadir untuk mencari solusiatas tiga masalah global, yakni global polycrisis, melemahnya multilateralisme, dan dampak pandemi global.
Tiga hal yang akan menjadi pembahasan utama yakni Multi-Stakeholder Partnerships for Strengthening South-South and Triangular Cooperation, Enhancing Welfare and Sustainability through Sustainable Economy dan Advancing Development through Innovative Financing.
Direktur Politik Luar Negeri dan Kerja Sama Pembangunan Internasional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Hendra Wahanu Prabandani menjelaskan sebagai tua rumah, Indonesia, akan mendorong tiga poin penting.
1.Summary dan Rekomendasi Kebijakan
Hasil-hasil diskusi dan sesi paralel akan dirangkum dalam bentuk rekomendasi kebijakan yang konkret untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) pada 2030 dan mengimplementasikan kebijakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
2. Komitmen dan Inisiatif Baru dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk swasta, filantropi, dan organisasi masyarakat sipil, untuk berkolaborasi dalam proyek pembangunan yang berfokus pada inovasi dan solusi alternatif.
3. Kerangka Kerja Sama Multipihak
Peningkatan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil akan difasilitasi melalui pembentukan platform kerja sama baru untuk pertukaran pengetahuan dan sumber daya yang efektif.
HLF-MSP 2024 bertujuan untuk mendorong dialog kebijakan dan memperkuat komitmen dalam pembangunan global melalui Kemitraan Multi-Pihak, serta memastikan keberlanjutan pembiayaan pembangunan.
Skor SDGs Stagnan, Indonesia Tak Ingin Berpangku Tangan
Indonesia menargetkan bisa memimpin dunia melahirkan perumusan pembiayaan alternatif untuk tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) melaluiHLFMSP 2024.
HLF MSP 2024 akan menjadi ajang untuk memperkuat posisi Indonesia dalam konteks global dan mempromosikan kerja sama pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Sehingga, menegaskan kepemimpinan Indonesia di panggung internasional sekaligus mempercepat transformasi melalui kolaborasi antar berbagai pihak.
"Salah satu kendala dalam pencapaian SDGs adalah ketersediaan pembiayaan. Ini kita coba atasi bersama dengan merumuskan pembiayaan alternatif untuk membiayai berbagai macam upaya yang harus dilakukan dalam percepatan SDGs," kata Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas Bogat Widyatmoko saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Program pembangunan berkelanjutan yang disusun negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut memuat 17 tujuan SDGs. Ke-17 tujuan tersebut di antaranya:
1.No poverty (tanpa kemiskinan)
2. Zero hunger (tanpa kelaparan)
3. Good health and well-being (kehidupan sehat dan sejahtera)
4. Quality education (pendidikan berkualitas)
5. Gender equality (kesetaraan gender)
6. Clean water and sanitation (air bersih dan sanitasi)
7. Affordable and clean energy energi bersih dan terjangkau)
8. Decent work and economic growth (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi)
9. Industry, innovation, and infrastructure (industri, inovasi, dan infrastruktur)
10. Reduced inequalities (kesenjangan yang berkurang)
11. Sustainable cities and communities (kota dan permukiman yang berkelanjutan)
12. Responsible consumption dan production (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab)
13.Climate action (penanganan perubahan iklim)
14. Life below water (ekosistem kelautan)
15. Life on land ( ekosistem daratan)
16. Peace, justice, and strong institutions (perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh)
17. Partnerships for the goals (Kemitraan untuk mencapai tujuan)
![]() Dashboard pencapaian SDGs Global 2024 |
Sustainable Development Report 2024 menunjukkan secara global, kemajuan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) telah mengalami kemunduran sejak 2020. Kemajuan global terhadap SDGs sudah sangat lambat bahkan sebelum pandemi Covid-19 dan krisis lainnya melanda.
Berdasarkan laju kemajuan sejak SDGs diadopsi oleh komunitas internasional pada 2015, tidak ada satu pun dari 17 SDGs yang akan tercapai pada 2030. Perbedaan dalam kinerja SDGs antar negara tetap lebar, dengan skor berkisar dari lebih dari 80 di negara-negara dengan kinerja terbaik hingga di bawah 50 di negara-negara yang menghadapi tantangan signifikan dalam implementasi SDGs.
![]() Bayi Palestina Melawan Kelaparan |
"Negara-negara miskin dan negara-negara dengan kerentanan struktural mungkin sangat terpengaruh oleh krisis ganda dan simultan, serta oleh dampak perubahan iklim," demikian tulis laporan tersebut.
Berdasarkan Indeks SDG, hanya sekitar 16% dari target SDG yang berada di jalur untuk tercapai pada 20230. Sisanya 84% menunjukkan kemajuan terbatas (tidak cukup untuk mencapai target pada 2030) atau bahkan kemunduran dalam kemajuan. Mayoritas target yang sangat off-track terkait dengan sistem pangan, keanekaragaman hayati, penggunaan lahan yang berkelanjutan, atau perdamaian dan lembaga yang kuat.
SDG 2 (Tanpa Kelaparan) adalah satu-satunya tujuan yang tidak tercapai atau tidak berada di jalur untuk tercapai oleh negara-negara anggota PBB yang berjumlah 193.
Secara global, 600 juta orang masih akan menderita kelaparan pada tahun 2030, obesitas semakin meningkat. dan emisi gas rumah kaca dari pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya terus meningkat.
Bagaimana Posisi Indonesia?
Implementasi SDGs yang terdiri dari 17 tujuan, 169 target, dan 289 indikator dikoordinasikan dalam empat pilar menjelang 2030. Di antaranya pilar pembangunan sosial, pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan, dan pembangunan hukum dan tata kelola.
![]() Dashboard pencapaian SDGs Indonesia |
Menurut Sustainable Development Report 2024, Indonesia berada di peringkat ke-78 dari 167 negara di dunia. Kenaikan ini menunjukkan hasil positif jika dibandingkan lima tahun sebelumnya yakni peringkat ke-102.
Skor Indonesia mengalami peningkatan dari 64,2 pada 2019 menjadi 69,4 pada 2024. Indonesia dinilai sangat baik untuk peningkatan indikator No Poverty dan Quality Education. Namun, tujuh indikator lain masih stagnan seperti Life on Land dan partnership from the Goals.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)