Mampukah Emas Bangkit dari Keterpurukan?

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
23 August 2024 19:20
Emas
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga emas merangkak naik setelah ambruk dua hari beruntun. Namun, harga emas tetap berada di dekat level tertinggi sepanjang masa.

Berdasarkan data dari Refinitiv, pada Jumat (23/8/2024) pukul 18.20 WIB, harga emas tercatat di posisi US$ 2.498,72 per troy ons, naik 0,62% dibandingkan penutupan sebelumnya di US$ 2.483,29 per troy ons.

Harga emas sebelumnya anjlok dalam dua hari beruntun. Pada perdagangan kemarin, Kamis (22/8/2024) harga emas ambruk 1,14% ke angka US$2.483,29 per troy ons. Pelemahan ini membuat emas mencetak tiga catatan sekaligus.

Pertama, harga penutupan kemarin merupakan yang terendah sejak 15 Agustus 2024 atau lima hari terakhir. Kedua, pelemahan sebesar 1,14% adalah yang terdalam sejak 5 Agustus 2024 atau 15 hari terakhir.
Ketiga, pelemahan menyeret emas ke bawah level US$ 2.500 untuk pertama kalinya dalam empat hari terakhir.

Harga emas melandai dari rekor tertinggi di US$ 2.513,74 per troy ons pada 20 Agustus 2024, hingga mencapai US$ 2.483,29 pada 22 Agustus 2024. Namun, meskipun harga emas bergerak fluktuatif dalam beberapa hari terakhir, tren jangka panjang tetap mengindikasikan adanya potensi kenaikan lebih lanjut.

Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi bahwa faktor-faktor makroekonomi, seperti kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) dan ketidakpastian ekonomi global, akan terus memberikan dukungan terhadap harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.

Pelaku emas tengah menunggu simposium bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Fokus pasar sekarang beralih ke pidato Chairman The Fed Jerome Powell pada Jumat di Simposium Ekonomi Jackson Hole.

Simposium tahunan The Fed diadakan oleh Federal Reserve (The Fed) wilayah Kansas City di wilayah Jackson Hole, Wyoming. Acara tersebut dihadiri oleh pimpinan bank sentral, menteri keuangan, pembuat kebijakan, akademisi, ekonom, hingga praktisi pasar finansial dari berbagai negara.

Simposium Jackson Hole ke 47 tahun ini mengusung tema ""Reassessing the Effectiveness and Transmission of Monetary Policy." Dalam simposium tersebut, para peserta yang hadir akan membahas isu-isu perekonomian dunia saat ini. The Fed diharapkan bisa memberi sinyal kebijakan yang lebih jelas kepada pelaku pasar, terutama kebijakan pemangkasan suku bunga.

Tim Waterer mengungkapkan kepada analis pasar di KCM Trade bahwa Penurunan harga emas di bawah US$ 2.500 kemungkinan bersifat sementara karena fundamental  masih mendukung logam mulia ini.

Setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa di US$ 2.531,60 pada Selasa, harga emas turun hampir 1% minggu ini, tertekan oleh penguatan indeks dolar dan imbal hasil obligasi AS 10-tahun. 

Pelaku pasar telah sepenuhnya memperhitungkan adanya pemangkasan suku bunga bulan depan. CME FedWatch menunjukkan peluang 76% untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin. Lingkungan suku bunga rendah cenderung meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation