Harga Batu Bara Jatuh 3% Lebih, Semua Karena Salah China?

Revo M, CNBC Indonesia
23 August 2024 07:20
batu bara kapal tongkang
Foto: Detikcom

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali melanjutkan depresiasi tiga hari beruntun bersamaan dengan China yang secara perlahan mengurangi kebutuhannya akan batu bara.

Dilansir dari Refinitiv, harga kontrak batu bara September acuan ICE Newcastle pada perdagangan Kamis (22/8/2024) kembali turun 0,1% di level US$146 per ton. Posisi ini selaras dengan penurunan sebelumnya yakni 21 Agustus 2024 sebesar 2,08%. Pelemahan kemarin juga memperpanjang pelemahan batu bara menjadi tiga hari beruntun sebesar 3,47%.

Posisi harga batu bara kali ini juga merupakan yang terendah sejak 5 Agustus 2024 atau sekitar tiga pekan terakhir. 

Pelemahan batu bara, utamanya dipicu oleh China yang merupakan konsumen terbesar di dunia. 

Dikutip dari Oilprice.com, persetujuan kapasitas batu bara baru di China tahun ini telah jauh lebih sedikit dibandingkan tahun lalu, menurut laporan dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) yang berbasis di Finlandia. Ini menunjukkan tekad negara tersebut untuk lebih banyak mengandalkan energi angin dan matahari.
Dengan semakin besarnya porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) maka permintaan akan batu bara berkurang sehingga akan menekan harga.

"Dengan pembangunan energi terbarukan baru sekarang mampu memenuhi seluruh permintaan daya tambahan di China, kebutuhan untuk batu bara baru semakin menurun, dan ada tanda-tanda bahwa pemerintah pusat mungkin menerima perubahan ini," kata Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) seperti yang dikutip oleh Reuters.

Laporan Greenpeace East Asia yang dirilis awal minggu ini menemukan bahwa persetujuan kapasitas batu bara baru telah menurun hampir 80% pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Jumlah kapasitas baru yang disetujui selama periode tersebut mencapai 10,3 GW, kata laporan tersebut.

Sementara itu, kapasitas energi angin dan matahari telah menyumbang sebagian terbesar dari penambahan baru, menurut laporan Greenpeace, yang juga mencatat bahwa total kapasitas terpasang dari kedua sumber energi alternatif tersebut telah melampaui total kapasitas terpasang batu bara di China, yakni 11,8 TW dibandingkan dengan 11,7 TW untuk batu bara.

"Kekuatan ekonomi ini telah mengubah energi bersih dari komponen kebijakan iklim menjadi landasan strategi energi dan ekonomi China yang lebih luas," kata CREA.

Kendati demikian, bagian batu bara dalam campuran energi China masih yang terbesar, yakni 71% pada 2023. Ini adalah penurunan moderat dari 73% sepuluh tahun lalu, dan tahun ini terdapat penurunan lebih lanjut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation