
Ridwan Kamil Maju Pilgub Jakarta, Ini Sepak Terjangnya di Jawa Barat

Jakarta, CNBC Indonesia - Ridwan Kamil akan maju sebagai bakal calon Gubernur (Cagub) dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) JaKarta 2024-2029. Kang Emil- panggilan Ridwan Kamil- merupakan mantan Gubernur Jawa Barat periode September 2018- September 2023.
Kang Emil akan diusung oleh Partai Golongan Karya (Golkar). Selain Golkar, sejumlah petinggi partai anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) seperti Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Amanat Nasional (PAN) pun secara lisan sudah memastikan akan mendukung Ridwan Kamil dalam pilkada mendatang.
Selama lima tahun memimpin Jawa Barat, salah satu pencapaian terbaik Kang Emil adalah menarik investor.
Dari sisi investasi, Jawa Barat menjadi destinasi favorit investor sepanjang Januari hingga September 2023, dengan realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) sebesar US$ 6,3 miliar.
Selama periode 2018-2023, Jawa Barat terus menjadi destinasi favorit investor asing. Hanya pada 2022 yang kalah dengan Sulawesi Tengah, di mana saat itu PMA Jawa Barat mencapai US$ 6,5 miliar.
![]() Tren Lokasi PMA (Dok: Kementerian Investasi/BKPM) |
Sementara untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), Jawa Barat hanya kalah dengan DKI Jakarta. Sepanjang Januari hingga September 2023, PMDN Jawa Barat mencapai Rp 59,8 triliun. Namun di 2021, Jawa Barat sempat menjadi juaranya dengan PMDN mencapai Rp 59,9 triliun.
![]() Tren Lokasi PMDN (Dok: Kementerian Investasi/BKPM) |
Ekonomi Jawa Barat
Dari segi pertumbuhan ekonominya, Jawa Barat pada periode 2018-2023 tumbuh di kisaran 5%, kecuali pada 2020 dan 2021 yang berada di bawah 5%.
Pada 2020, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat kontraksi 2,52%. Sedangkan di 2021 sudah membaik meski masih di bawah 5%, yakni tumbuh 3,74%. Ekonomi Jawa Barat yang lesu di 2020 dan 2021 terjadi karena efek pandemi Covid-19.
Selama periode 2018-2023, ekonomi Jawa Barat hampir selalu tumbuh di atas nasional. Pengecualian terjadi pada 2023.
Kemiskinan dan Pengangguran Jawa Barat Masih Di bawah Rata-rata Nasional
Meski Jawa Barat sempat menjadi daya tarik investasi daerah tetapi tingkat penganggurannya masih berada di atas rata-rata nasional. Sedangkan kemiskinannya berada di bawah rata-rata nasional.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Jawa Barat per Agustus 2023 mencapai 7,52%. Angka ini berada di atas rata-rata nasional yang mencapai 5,32%.
Sejatinya, TPT Jawa Barat sempat naik tinggi hingga lebih dari 10% pada 2020, karena efek dari pandemi Covid-19. Namun dalam periode 2018-2023, trennya cenderung menurun.
Namun, angka kemiskinan di Jawa Barat berada di bawah rata-rata nasional. Per Maret 2023 lalu, angka kemiskinan di Jawa Barat mencapai 7,62%, di bawah rata-rata nasional yang mencapai 9,36% di periode yang sama.
Angka kemiskinan Jawa Barat juga mengalami penurunan dalam kurun waktu 2018-2023, meski sempat melonjak di 2020-2021 karena pandemi Covid-19.
Transportasi Umum Jawa Barat di Era Ridwan Kamil
Dari sisi transportasi umum, ketika Kang Emil menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, perkembangan transportasi umum terutama di kota-kota besar cenderung tak berkembang.
Persoalan transportasi bahkan menjadi salah satu yang disorot netizen terkait prestasi Kang Emil di Jawa Barat. Jakarta sebagai pusat bisnis Indonesia jelas membutuhkan sarana transportasi yang layak. Kemampuan cagub Jakarta dalam menangani persoalan transportasi pun sangat diperlukan.
Di ibukota Jawa Barat yakni Bandung, transportasi umum pada masa gubernur Kang Emil, seakan tidak berkembang banyak. Bahkan, Pakar transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sonny Wibowo, mengatakan jika situasinya tidak berubah dalam sepuluh tahun ke depan, "Bandung bakal kolaps" dari sisi kemacetan dan menjadi kota yang tidak nyaman dihuni.
Kang Emil sempat mendapat kritik dari masyarakat karena dinilai gagal mengembangkan transportasi umum. Pembangunan Masjid Al Jabar menjadi penyebab banyaknya kritik yang bermunculan terhadap Kang Emil.
Ironisnya, ketika Masjid Al Jabar selesai dibangun, lalu lintas disekitarnya justru tambah macet, membuat masyarakat sekitar masjid tersebut seakan resah karena kemacetannya makin parah.
Kang Emil menjawab bahwa penggunaan dana negara itu adalah kesepakatan bersama, dibahas dengan musyawarah bersama rakyat lewat forum Musyawarag Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas).
Namun sejumlah pengguna media sosial di Twitter menilai kebijakan untuk transportasi publik, banjir, dan kemacetan harus menjadi prioritas.
Sonny Wibowo, mengatakan transportasi publik Kota Bandung "tertinggal jauh" dari kota metropolitan lain seperti Jakarta.
Ini karena transportasi massal yang sekarang beroperasi disebut "tidak ada kemajuan bahkan tidak dikelola dengan baik" sehingga ditinggalkan penumpang dan akhirnya banyak yang beralih menggunakan kendaraan pribadi.
Transportasi massal di kota Bandung masih didominasi angkutan kota (angkot) berwarna-warni. Selain angkot, ada sejumlah bus serta kereta rel diesel (KRD) yang menghubungkan wilayah kota dengan kabupaten.
Sonny mencontohkan Trans Metro Bandung yang dioperasikan sejak tahun 2011/2012. Konsepnya mirip TransJakarta. Sayangnya, kata dia, jumlah bus dan rute yang dilayangi bus ini kian menyusut.
Kemudian ada Trans Metro Pasundan yang melayani wilayah Bandung Raya. Namun, menurutnya, transportasi ini pun tak terlalu banyak kemajuan sebab beberapa koridor dihentikan karena ditolak sopir angkot.
Sementara itu, jumlah angkot di Kota Bandung saat ini hanya tersisa 2.000-an dari sebelumnya ada 5.000-an.
Kondisi yang sama juga terjadi pada Boseh atau penyewaan sepeda. Sejak diluncurkan pada tahun 2017, kualitasnya makin lama makin turun.
Dilansir dari data Kota Bandung Dalam Angka BPS pada 2021, jumlah kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat sudah mencapai 1,5 juta unit.
Bandung pun pernah dinobatkan sebagai kota termacet di Indonesia dalam survei Asian Development Bank (ADB). Menurut Sonny, penyebabnya karena kepala daerahnya tidak pernah memulai langkah untuk menata angkutan umumnya.
Apalagi, janji-janji terkait transportasi umum yang dilontarkan oleh Kang Emil sewaktu masih menjabat Walikota Bandung dan masih menjadi calon gubernur Jawa Barat pun tidak ada satupun yang terwujud kala Kang Emil sudah menjabat gubernur Jawa Barat, membuat masyarakat terutama di Bandung semakin marah.
Kang Emil pernah menjanjikan akan membangun kereta gantung, metro kapsul, kereta ringan atau LRT di Bandung. Namun hingga akhir masa jabatannya, janji tersebut hanya sebatas angan-angan saja.
Tak hanya di Bandung, transportasi di kota-kota besar di Jawa Barat, terutama di Bogor, Depok, dan Bekasi pun juga tak berkembang pesat.
Bahkan Kang Emil pernah berjanji akan mereaktivasi kembali jalur kereta api yang sudah nonaktif di Selatan Jawa Barat, seperti jalur Banjar-Pangandaran, Bandung-Ciwidey, dan Garut hingga membuat jalur kereta api melingkari Selatan Jawa Barat. Namun yang terealisasi hanya jalur Garut saja.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)