
Isi Kantong Warga RI Makin Cekak Tapi Jualan Rokok Tetap Ngebul

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi rokok Indonesia melesat pada Juli tahun ini. Produksi rokok Januari-Juli juga menjadi yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan produksi rokok pada Juli 2024 mencapai 28,58 miliar atau melonjak 11,6% dibandingkan Juni ini (month to month/mtm). Produksi juga naik 2,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Produksi Juli juga menjadi tertinggi kedua tahun ini atau setelah April 2024. Produksi rokok melesat setelah liburan panjang pasca Lebaran Idul Fitri Mei lalu berakhir.
Secara keseluruhan, produksi rokok Januari-Juli 2024 mencapai 174,84 miliar batang. Produksi ini merupakan yang tertinggi sejak 2022 atau dalam tiga tahun terakhir.
Sebagai catatan, jumlah produksi rokok pada Januari-Juli 2023 sebanyak 167,21 miliar batang dan Januari-Juli 2022 sebanyak 173,44 miliar batang.
Meningkatnya produksi rokok pada Januari-Juli tahun ini juga tercermin dalam penjualan ritel untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan makanan, minuman & tembakau terus meningkat secara tahunan (year on year/yoy) dari 2,6% pada Mei meningkat menjadi 3,5% pada Juni dan melonjak 6,4% pada Juli 2024.
Kenaikan produksi rokok dan penjualan kelompok makanan, minuman & tembakau ini juga akan menguntungkan bagi perusahaan rokok seperti PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam, dan PT Djarum.
Kenaikan produksi rokok juga terjadi di tengah kekhawatiran melemahnya daya beli.
Sejumlah indikator menunjukkan daya beli Indonesia dalam tekanan, mulai dari deflasi tiga bulan beruntun (month to month/mtm), menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen, hingga kredit mobil yang melambat.
Sebagai catatan, Indonesia mencatat deflasi (mtm) pada Mei, Juni, dan Juli 2024. Deflasi tiga bulan beruntun ini hanya terjadi tiga kali dalam kurun waktu 38 tahun terakhir yakni pada 1999, 2020, dan 2024.
Indeks keyakinan konsumen kini berada di kisaran 123 pada Juni-Juli 2024, melambat dibandingkan awal tahun yang ada di kisaran 125. Secara kumulatif, penjualan wholesales mobil dalam negeri pada Januari-Juni 2024 sebanyak 408.012 unit. Angka tersebut anjlok 19,43%.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat dengan pengeluraan Rp 1-2 juta turun ke 109,2 pada Juni 2024 padahal pada Mei 2024 masih 114,9. Level tersebut mendekati titik pesimis.
Data Mandiri Spending Index menunjukkan fenomena makan tabungan (mantab) sangat terasa di kalangan menengah bawah.
Tingkat belanja untuk kelompok bawah (konsumen dengan rata-rata tabungan < Rp1 juta) cenderung mengalami kenaikan. Di saat yang bersamaan indeks tabungan mereka terkikis. Kondisi ini mencerminkan penggunaan tabungan sebagai bantalan konsumsi mereka.
Indeks Tabungan masyarakat kelas bawah anjlok dari kisaran 100 pada Januari 2023 menjadi hanya 41,8 pada Juni 2024. Sementara konsumsi mereka naik dari kisaran 90 pada Januari 2023 menjadi 109,1 pada Juni 2024.
Indeks tabungan kelas menengah sempat jeblok dari 100 pada Januari 2023 menjadi 96,6 pada Juni 2024. Sementara itu, konsumsi melonjak dari 120 pada Januari 2023 menjadi 122 pada Juni 2024.
Indeks tabungan dan konsumsi kelas menengah lebih stagnan dibandingkan kelas menengah.
"Konsumsi kelas menengah dan atas stagnan sejak 2022. Ini menunjukkan ada persepsi penurunan pendapatan pada 2024," tutur kepala ekonom Bank MandiriAndryAsmoro dalam analisanya.
![]() Gambaran indeks tabungan dan belanja masyarakat bawah-atas |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)