Asing Soroti Banyak Pabrik RI Tak Perpanjang Kontrak Karyawan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
02 August 2024 14:17
Gawat! 4 bank Raksasa Dunia diguncang  ‘Tsunami ‘PHK
Foto: Infografis/Gawat! 4 bank Raksasa Dunia diguncang ‘Tsunami ‘PHK / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan pengangguran tengah meningkat saat ini. Persoalan tersebut bahkan secara khusus disorot oleh S&P Global dalam laporan PMI Manufaktur terbaru yang terbit Kamis (1/8/2024).

S&P Global dalam laporannya S&P Global Indonesia Manufacturing PMI: Operating conditions worsen in July tidak hanya menyoroti ambruknya aktivitas manufaktur Indonesia tetapi juga banyaknya PHK di Indonesia.

Lembaga riset Amerika Serikat (AS) tersebut mencatat aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi pada Juli 2024. Periode tersebut merupakan terburuk dan menjadi kontraksi pertama sejak Agustus 2021 atau hampir tiga tahun terakhir.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Kamis (1/8/2024) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia jatuh dan terkontraksi ke 49,3 pada Juli 2024. PMI Manufaktur Indonesia terus memburuk dan turun selama empat bulan terakhir. PMI anjlok dari 54,2 pada Maret 2024 menjadi 49,3 pada Juli 2024.

Laporan S&P Global tersebut menunjukkan tekanan tengah dihadapi oleh para pengusaha di Indonesia sehingga terjadinya terjadi penutupan usaha yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terutama di kalangan karyawan tidak tetap atau buruh kontrak.

Data S&P menunjukkan perusahaan memilih untuk mengurangi jumlah staf untuk ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir.

"Produsen memilih untuk mengurangi aktivitas pembelian mereka pada Juli. Kondisi ini adalah yang pertama sejak Agustus 2021. Jumlah pekerja juga dipangkas dengan angka pengurangan yang terbesar dalam hampir tiga tahun. Ada banyak laporan tentang tidak diperpanjangnya kontrak karyawan yang sudah habis masa berlakunya," ujar S&P dalam laporannya.

Persoalan PHK memang tengah menjadi persoalan di Indonesia.

Berdasarkan data kementerian ketenagakerjaan (kemnaker), pada periode Januari-Juni 2024 terdapat 32.064 orang tenaga kerja yang terkena PHK. Angka tersebut naik 21,4% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 26.400 orang.

Dimana Provinsi DKI Jakarta memimpin dengan jumlah tenaga kerja ter-PHK paling tinggi sebesar 7.469 tenaga kerja. Jumlah pekerja di PHK di Jakarta melonjak 994% atau hampir 1.000% atau dibandingkan Januari-Juni 2023 yang hanya tercatat 683 orang.

Badai PHK menghantam berbagai perusahaan Indonesia yang bergerak di Industri tekstil. Akibatnya lebih dari belasan ribu karyawan harus kehilangan pekerjaan. Bahkan masih banyak di antara mereka yang pesangonnya masih belum mendapatkan kejelasan.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengatakan sejak Januari hingga awal Juni 2024 ini, setidaknya terdapat 10 perusahaan yang telah melakukan PHK massal. Enam di antaranya karena penutupan pabrik, sedangkan empat sisanya karena efisiensi jumlah pegawai.

Total karyawan yang ter-PHK dari 10 perusahaan itu setidaknya ada 13.800an orang. Namun menurutnya jumlah ini mungkin lebih sedikit daripada kondisi di lapangan, mengingat tidak semua perusahaan mau terbuka atas langkah PHK massal ini.

Gelombang PHK bjuga menghantam perusahaan rintisan berbasis teknologi (startup) di Indonesia. Fenomena pemberhentian massal pekerja sebagai bagian dari kondisi suram atau tech winter itu telah berlangsung sejak pandemi Covid-19, akibat kondisi ekonomi yang terus memburuk.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation