Pola Konsumsi Warga RI Berubah Karena Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi Fast Moving Consumer Goods (FMCG) ataur barang konsumsi cepat telah mengalami penurunan pasca Covid-19 dan gencarnya aksi boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel-Amerika Serikat (AS).
Indonesia memiliki salah satu pasar barang konsumsi cepat (FMCG) terbesar dan dengan pertumbuhan tercepat, diantara negara-negara Asia Tenggara lainnya. Bahkan dengan inflasi global yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir, pasar ini masih relatif kuat.
Peningkatan permintaan dan perubahan gaya hidup disebut-sebut sebagai beberapa pendorong utama pertumbuhan pasar Indonesia, terutama setelah merebaknya Covid-19, ketika 78% konsumen Indonesia mengakui bahwa kebiasaan dan perilaku pembelian mereka telah berubah.
Namun, sejak aksi boikot dimulai sekitar akhir Oktober 2023, perilaku dan pola pembelian masyarakat juga ikut terdampak, bahkan hingga saat ini. Meskipun boikot jarang menyebabkan kerugian ekonomi jangka panjang, boikot terbukti berhasil merusak reputasi dan citra merek perusahaan yang menjadi sasaran.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Snapcart pada periode Mei 2024 mengenai tren pasar FMCG setelah krisis Covid-19 berakhir dan selama aksi boikot pada 2024, telah terjadi penurunan tren.
Di Indonesia, 63% perempuan, 67% laki-laki usia 30 tahun, dan 66% anak muda (Gen Z dan Milenial usia 28-29 tahun) menyatakan bahwa mereka membeli produk FMCG secara rutin, sedangkan sisanya menyatakan bahwa mereka hanya membeli barang kebutuhan sehari-hari tersebut ketika mereka membutuhkannya saja.
Jika melihat data seberapa sering masyarakat Indonesia berbelanja produk FMCG, pada 2024 masyarakat lebih banyak melakukan belanja dalam rentan harian hingga mingguan.
Sementara itu, dari tempat kebiasaan masyarakat Indonesia dalam berbelanja produk FMCG pada 2024 masyarakat Indonesia lebih suka mengunjungi ke tempat langsung, dimana terjadi peningkatan persentase pada belanja ke minimarket menjadi 23%, pasar tradisional 25%, supermarket 19% dan toserba 10%.
Sejak Covid-19 berakhir, masyarakat Indonesia sudah mulai mengurangi berbelanja secara online dimana persentase online platform berkurang dari 26% menjadi 10% pada tahun 2024.
Selain itu, kebiasaan belanja dari sisi jenis produk juga berbeda.
Pada 2024, masyarakat Indonesia telah melupakan masker sebagai alat pelindung Kesehatan. Kini masyarakat Indonesia lebih memilih makanan cepat saji, yang tidak dapat dibeli langsung saat masa pandemic Covid-19.
Kemudian budget ataupun anggaran masyarakat Indonesia dalam berbelanja juga terjadi penurunan di level anggaran tertentu.
Pada rentan anggaran belanja Rp100.000-Rp300.000 dan Rp400.000-Rp600.000 terjadi penurunan 1%. Sementara untuk rentan anggaran belanja Rp700.000-Rp1.000.000 terjadi kenaikan 2%
Kemudian, setelah masa pandemic Covid-19 mulai meredup, muncul tantangan baru bagi produk FMCG yakni dimana terjadi aksi boikot terhadap beberapa produk FMCG yang terafiliasi dengan Israel-Amerika Serikat (AS).
Menurut data dari Snapcart, terdapat tiga aksi boikot dari sebagian masyarakat Indonesia.
Ke depannya produsen produk FMCG masih akan menghadapi tantangan dari aksi boikot selama perang Palestina-Israel belum berhenti.
CNBC Indonesia Research