Orang Kaya Nahan Beli Louis Vuitton Cs, Harta Arnault Anjlok Triliunan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
26 July 2024 12:40
CEO of LVMH Bernard Arnault presents the group's 2019 results during a press conference, in Paris, Tuesday, Jan. 28, 2020. (AP Photo/Thibault Camus)
Foto: Bernard Arnault (AP/Thibault Camus)

Jakarta, CNBC Indonesia - Orang terkaya ketiga dunia sekaligus Chief of Executive (CEO) perusahaan tas dan fashion Louis Vuitton, Bernard Arnault,  tercatat mengalami penurunan pada harta kekayaannya.

Kekayaan bersih taipan Prancis Arnault anjlok pada tahun ini, bahkan lebih banyak dibandingkan miliarder lain manapun di dunia, berdasarkan Bloomberg Billionaires Index. Hal ini disebabkan karena permintaan barang mewah terus memburuk.

Arnault menguasai kerajaan bisnis di bawah brand Moet Hennessy Louis Vuitton (LVMH) yang mencakup 75 merek fashion dan kosmetik, termasuk Louis Vuitton dan Sephora. LVMH mengakuisisi perhiasan Amerika Tiffany & Co pada tahun 2021 dengan nilai $15,8 miliar, yang diyakini sebagai akuisisi merek mewah terbesar sepanjang masa.

Arnault sempat menjadi orang terkaya di dunia tetapi hartanya turun setelah penjualan brand yang dikuasainya melandai.

Terbukti dari S&P Global Luxury Index Net Total Return yang turun 5,75% di sepanjang tahun 2024 hingga perdagangan 24 Juli 2024 di level 5.271,97.

Bernard Arnault mengalami penurunan kekayaan sebesar US$20 miliar selama periode tersebut menjadi US$187 miliar atau setara dengan Rp3 kuardriliun (Rp16.245/US$1), menurut peringkat 500 orang terkaya di dunia. Setelah saham perusahaan LVMH terpukul akibat hasil yang mengecewakan pada minggu ini, kerugian Arnault melampaui US$18 miliar atau setara dengan Rp292,4 triliun (Rp16.245/US$1).

Sementara itu, Elon Musk, orang terkaya di dunia, mengalami penurunan lebih besar dalam satu hari, meskipun ia masih naik US$11,5 miliar atau setara dengan Rp186,8 triliun untuk tahun ini (Rp16.245/US$1). Kendati turun, Musk masih menjadi yang terkaya di dunia disusul dengan Jeff Bezos.

Padai Rabu (24/7/2024), kekayaan salah satu pendiri Tesla Inc anjlok US$21,7 miliar atau setara dengan Rp352,5 triliun (Rp16.245/US$1) setelah pembuat mobil listrik tersebut melaporkan hasil kuartalan yang mengecewakan, yang mendorong beberapa analis untuk memangkas target harga mereka dan membuat sahamnya turun 12%, yang merupakan penurunan terbesar dalam hampir empat tahun.

Kemerosotan satu hari Musk adalah penurunan terbesar kelima yang didorong pasar dalam sejarah 12 tahun indeks kekayaan Bloomberg, memangkas kekayaannya menjadi US$240,5 miliar atau setara dengan Rp3,9 kuardriliun (Rp16.245/US$1). Bahkan dengan penurunan tersebut, ia tetap unggul sekitar US$37 miliar atau setara dengan Rp601,1 triliun (Rp16.245/US$1) dari Jeff Bezos pemilik Amazon.com Inc. di tempat kedua.

Arnault yang berusia 75 tahun telah jatuh ke No. 3 dari orang terkaya di dunia bulan lalu, posisi yang ia capai setelah pandemi ketika permintaan global untuk barang-barang mewah melonjak.

Penurunan kekayaan Arnault berakar pada kelesuan ekonomi di China, pasar yang telah lama diandalkan oleh industri mewah. Penjualan LVMH di kawasan China anjlok 14% pada kuartal terakhir tahun lalu. Tanda-tanda bahwa bubble pada barang mewah yang juga mengenai merek ternama dari Burberry Group Plc dan pemilik merek perhiasan Cartier Richemont, yang dikendalikan oleh miliarder Afrika Selatan Johann Rupert. 

Penjualan fashion dan barang kulit LVMH tumbuh secara organic 2% (year on year/yoy) pada semester I-2024 menjadi €41,7 miliar. Kondisi berbanding terbalik pada tahun lalu. Pada Semester I-2023, penjualan LVMH melesat 17% (yoy)

Saingannya dari Prancis, Kering SA, yang didirikan oleh Francois Pinault, 87 tahun, pada Rabu memperingatkan bahwa labanya diprediksi dapat turun sekitar 30% pada semester kedua tahun ini. Perusahaan mewah yang dijalankan oleh putra miliarder tersebut telah berjuang keras untuk membalikkan keadaan merek terbesarnya, Gucci, karena kekayaannya telah berkurang setengahnya selama tiga tahun terakhir.

Bagi Arnault, penurunan tersebut bertepatan dengan penempatan kelima anaknya pada posisi kunci di LVMH dan serangkaian transaksi melalui perusahaan ekuitas swasta, L Catterton, yang didukung oleh grup tersebut.

Turunnya permintaan barang mewah menjadi sinyal bahwa kini sebagian masyarakat dunia lebih menjaga konsumsi tinggi di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Menurut laporan Prospek Ekonomi Global terbaru Bank Dunia, perekonomian global diperkirakan akan stabil untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pada tahun 202, akan tetapi pada tingkat yang lemah menurut standar historis terkini.

Pertumbuhan global diproyeksikan akan tetap stabil di level 2,6% pada tahun 2024 sebelum naik ke rata-rata 2,7% pada 2025-2026. Angka tersebut jauh di bawah rata-rata 3,1% dalam satu dekade sebelum Covid-19.

Prakiraan tersebut menyiratkan bahwa selama tahun 2024-2026 negara-negara yang secara kolektif mencakup lebih dari 80% populasi dunia dan PDB global akan tetap tumbuh lebih lambat daripada yang terjadi pada satu dekade sebelum Covid-19.

Secara keseluruhan, ekonomi negara berkembang diproyeksikan tumbuh rata-rata 4% selama 2024-2025, sedikit lebih lambat dibandingkan tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi di negara berpendapatan rendah diperkirakan akan meningkat menjadi 5% pada tahun 2024 dari 3,8% pada tahun 2023.

Namun, perkiraan pertumbuhan ekonomi 2024 mencerminkan penurunan di tiga dari setiap empat ekonomi berpendapatan rendah sejak Januari. Di negara maju, pertumbuhan diperkirakan akan tetap stabil di angka 1,5% pada tahun 2024 sebelum naik menjadi 1,7% pada tahun 2025.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation