Biden Mundur dari Pilpres AS: Sektor Ini Cuan Besar Jika Trump Menang

Revo M, CNBC Indonesia
22 July 2024 16:25
Calon presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump mengacungkan tinjunya pada Hari 1 Konvensi Nasional Partai Republik (RNC) di Fiserv Forum di Milwaukee, Wisconsin, AS, 15 Juli 2024. (REUTERS/Andrew Kelly)
Foto: Calon presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump mengacungkan tinjunya pada Hari 1 Konvensi Nasional Partai Republik (RNC) di Fiserv Forum di Milwaukee, Wisconsin, AS, 15 Juli 2024. (REUTERS/Andrew Kelly)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar mengejutkan datang dari pemilihan umum (pemilu) 2024 Amerika Serikat (AS). Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengumumkan mundur dalam pencalonan sebagai calon presiden di Pilpres AS pada November mendatang.

Sebelum Biden mengundurkan diri, posisi Biden sebagai calon presiden selalu diguncang oleh lawannya, Trump. Di internal dari Partai Demokrat, Biden dicemooh atas penampilan debatnya pada 27 Juni lalu. Elektabilitasnya juga semakin anjok pasca persitiwa penembakkan yang dialami Trump saat dia berkampanye.

Peluang Trump diperkirakan semakin besar pada pemilihan November 2024 nanti setelah Biden mundur.

Investor pun mencoba mencari aset investasi yang dapat mendulang profit jika Trump menjadi presiden AS.

Dikutip dari Nasdaq.com, menurut jajak pendapat terbaru oleh Nationwide Retirement Institute, 76% responden merasa cemas mengenai pemilihan presiden yang akan datang, dan 32% berencana untuk melakukan perubahan pada alokasi portofolio mereka tergantung pada hasilnya pada bulan November.

Investor menilai siapa pun yang akan menjadi pemimpin AS nanti, presiden akan memiliki kemampuan untuk memengaruhi banyak hal di negara ini, termasuk ekonomi.

Untuk diketahui, selama masa jabatan sebelumnya sebagai presiden, Trump menurunkan tarif pajak korporasi dari 35% menjadi 21%. Jika Trump terpilih lagi, kemungkinan dia akan melakukan hal yang sama selama masa jabatannya yang kedua. Perusahaan-perusahaan yang akan mendapatkan keuntungan dari pemotongan pajak lebih lanjut mungkin akan menjadi incaran para investor.

Dikutip dari Bipartisan Policy Center, Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Pekerjaan (TCJA) tahun 2017 membuat tarif pajak korporasi turun ke angka 21%, yang merupakan perubahan terbesar dalam kode pajak federal dalam beberapa dekade.

Perubahan TCJA terhadap pajak bisnis diperkirakan akan mengurangi penerimaan (dan meningkatkan defisit) sebesar US$919 miliar dari FY2018-2027.

TCJA membuat delapan perubahan besar terhadap pajak bisnis. Menurunkan tarif pajak penghasilan korporasi menjadi 21% memberikan dampak terhadap penghasilan paling besar yakni sebesar US$1,3 triliun atau sekitar Rp20.995 triliun (untuk FY2018-2027).

Investasi pada Saham Perbankan dan Layanan Keuangan

Selama masa jabatan sebelumnya sebagai presiden, Trump melonggarkan regulasi keuangan yang diberlakukan setelah krisis keuangan tahun 2008. Jika terpilih untuk masa jabatan kedua, kemungkinan besar dia akan terus berupaya untuk mengurangi pengawasan terhadap bank-bank dan Wall Street. Hal ini akan menguntungkan bank-bank besar. Namun, penurunan regulasi juga dapat meningkatkan risiko di seluruh sektor.

Investasi pada Properti

Trump dikenal karena bisnis propertinya. Itulah tempat dia menghasilkan sebagian besar kekayaannya. Karena ini, kebijakan-kebijakannya umumnya mendukung industri properti. Jika Trump menang, real estate investment trusts (REITs) atau investasi langsung dalam properti dapat dipertimbangkan menjadi pilihan yang baik.

"Saya berencana untuk memanfaatkan pemotongan pajak dengan berinvestasi dalam properti komersial yang menghasilkan pendapatan," kata Joe Stance, pendiri Stance Commercial Real Estate.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation