Fenomena Istiwa A'zam Matahari Tepat di Atas Ka'bah: Kapan Terjadi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena Istiwa A'zam atau matahari melintas tepat di atas Ka'bah akan terjadi pada 15 dan 16 Juli 2024. Kementerian Agama (Kemenag) pun mengimbau umat Muslim Indonesia untuk mengecek arah kiblat.
Secara harfiah, Istiwa A'zam adalah fenomena matahari tepat di atas Ka'bah sehingga bayangan semua benda yang tegak lurus akan menghadap ke kiblat atau Ka'bah.
Fenomena tersebut terjadi ketika posisi matahari senilai lintang Ka'bah, yakni 21º25' LU. Peristiwa ini terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada 27-28 Mei dan 15-16 Juli
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kemenag, Adib menjelaskan Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat akan terjadi pada Senin dan Selasa, 15 dan 16 Juli 2024 bertepatan dengan 9 dan 10 Muharam 1446 H pada pukul 16:18 WIB atau 17:18 WITA.
"Saat itu, matahari akan melintas tepat di atas Ka'bah," kata Adib dikutip dari website resmi Kementerian Agama.
Dia menambahkan berdasarkan tinjauan astronomi ilmu falak, terdapat sejumlah teknik yang dapat digunakan untuk memverifikasi arah kiblat. Teknik tersebut di antaranya menggunakan kompas dan theodolite.
Fenomena Istiwa A'zam menjadi momentum bagi umat Muslim dapat melakukan pengukuran atau kalibrasi arah kiblat tanpa menggunakan alat atau keterampilan khusus.
"Di saat Istiwa' A'zam, siapa saja, tanpa perlu memiliki keahlian atau perangkat teknologi khusus, bisa 'meluruskan' arah kiblatnya sendiri," imbuh Adib.
![]() Matahari di atas kiblat |
Selama acara Istiwa A'zam, orang dapat menentukan arah Ka'bah secara manual dengan akurasi yang mirip dengan aplikasi ponsel cerdas. Dengan menempatkan tongkat kayu secara vertikal di tanah pada pukul 12:26 waktu Riyadh, kiblat akan berada di arah yang berlawanan dengan bayangan tongkat tersebut, karena posisi matahari yang langsung di atas Ka'bah.
Ada beberapa cara untuk melakukan pengecekan arah kiblat pada momen Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat:
1. Pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau menggunakan Lot/Bandul.
2. Permukaan dasar harus datar dan rata.
3. Jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom.
![]() Matahari di atas kiblat |
Mengenal Fenomena Istiwa A'zam
Fenomena langit yang disebut Istiwa A'zamatau matahari melintas tepat di atas Ka'bah atau "bayangan nol" terjadi dua kali setiap tahun di Masjidil Haram karena lokasinya antara khatulistiwa dan Garis balik utara (Tropic of Cancer).
Peristiwa ini terjadi saat matahari melintasi meridian, mencapai ketinggian matahari sekitar 90 derajat, yaitu zenitnya, sekitar waktu salat Dzuhur di Masjidil Haram.
Fenomena ini terjadi karena sumbu Bumi yang miring, membuat matahari bergerak pada sudut 23,5 derajat, menghasilkan transisi tahunan antara Garis balik utara (Tropic of Cancer) di utara dan Garis balik selatan (Tropic of Capricorn) di selatan saat Bumi berputar mengelilingi matahari.
Negara-negara yang berada di lintang di bawah 23,5 derajat utara atau selatan mengalami fenomena ini dua kali setahun, tetapi pada waktu yang berbeda tergantung pada lintang spesifik mereka.
Fenomena ini umumnya diamati di wilayah-wilayah yang terletak antara khatulistiwa dan Tropika Cancer serta Capricorn.
Selama acara "bayangan nol," orang dapat menentukan arah Ka'bah atau kiblat secara manual dengan akurasi yang mirip dengan aplikasi ponsel cerdas.
Kiblat merupakan arah yang dihadapkan umat Islam saat mereka melaksanakan shalat. Semua Muslim di seluruh dunia menghadap Ka'bah saat melaksanakan.
Menghadap kiblat adalah salah satu persyaratan dasar dalam melaksanakan shalat, yang merupakan salah satu dari rukun Islam.
Namun, kiblat pertama umat Islam bukan lah Ka'bah melainkan Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di Yerusalem. Pada tahun kedua hijrah, turun perintah dari Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk mengubah arah kiblat atau 16-17 bulan usai hijrah dari Makkah ke Madinah.
(mae/mae)