Harga Batu Bara Diam di Tempat Karena Sepinya Permintaan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
10 July 2024 07:35
FILE PHOTO: A worker walks past coal piles at a coal coking plant in Yuncheng, Shanxi province, China January 31, 2018. Picture taken January 31, 2018.  REUTERS/William Hong/File Photo
Foto: REUTERS/William Hong

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara stagnan dan tidak mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh proyeksinya menurunnya permintaan serta kebijakan Eropa yang terus berkomitmen beralih ke energi bersih dan perlahan meninggalkan energi fosil dan segera menghapuskan energi listrik dari batu bara.

Harga batu bara dunia pada Selasa (9/7/2024) tercatat tidak berubah atau stagnan di level US$136 per ton.

Undang-undang Jerman mengharuskan tenaga batu bara dihapuskan secara bertahap pada 2038, meskipun pemerintah saat ini telah mendorong untuk memajukan tanggal tersebut ke 2030, meskipun ada penolakan dari wilayah Jerman timur yang bergantung pada batu bara dan pertanyaan tentang apakah operasi hidrogen akan siap tepat waktu untuk mengganti hilangnya batu bara.

Menurut dokumen kementerian ekonomi, kapasitas listrik berbahan bakar batu bara dapat bertahan di pasar Jerman hingga 2038 untuk memberi negara tersebut waktu untuk mengoperasikan jaringan hidrogennya.

"Semakin cepat pembangkit listrik hidrogen yang baru dan modern ditambahkan, semakin cepat pula pembangkit listrik bertenaga batu bara di Jerman akan ditutup," menurut dokumen tersebut.

Menteri Ekonomi Robert Habeck menyampaikan pada Jumat pekan lalu untuk pembangunan 10,5 GW pembangkit listrik hidrogen dan untuk konversi 2 GW pembangkit listrik bertenaga gas yang ada menjadi operasi hidrogen, bagian dari strategi pembangkit listrik yang telah lama ditunggu-tunggu yang dibutuhkan negara untuk mencapai tujuannya menjadi nol bersih pada tahun 2045.

Untuk mengantisipasi pasar mekanisme kapasitas komprehensif yang akan beroperasi "pada tahun 2028," strategi pembangkit listrik sekarang diharapkan akan diimplementasikan menjadi undang-undang, menurut dokumen tersebut. Pasar kapasitas dipandang penting karena akan membayar produsen energi yang fleksibel untuk bersiap siaga saat produksi energi terbarukan gagal.

Subsidi awal untuk 5 GW pembangkit listrik siap pakai hidrogen, 2 GW perbaikan pembangkit listrik, dan 500 MW pembangkit listrik tenaga hidrogen sprinter baru, yang akan menggunakan hidrogen sejak awal, diharapkan berasal dari dana transformasi iklim. Sisa 5 GW akan dibiayai dengan pungutan konsumsi.

Habeck juga mengatakan bahwa menurutnya tender dapat dimulai sebelum akhir tahun. Namun, dokumen kementerian tersebut menyatakan awal tahun 2025 lebih mungkin terjadi, mirip dengan pernyataan terbaru dari regulator The Federal Network Agency (BNA).

Selain kabar dari Jerman, batu bara juga stagnan karena permintaan yang diproyeksi melemah dari India sejalan dengan datangnya musim hujan.

Dikutip dari Business Standard, impor batu bara India meningkat 5,3% menjadi 52,29 juta ton pada April-Mei 2024. Namun, impor batu bara pada Mei turun sedikit menjadi 26,19 juta ton, dari 26,57 juta ton tahun sebelumnya.

Menurut MD dan CEO mjunction, Vinaya Varma, permintaan untuk impor diperkirakan tetap rendah dalam beberapa minggu mendatang akibat musim hujan, sementara pertumbuhan produksi di pasar domestik diperkirakan tetap sehat.

Melemahnya harga batu bara juga disebabkan oleh turunnya permintaan dari Eropa dan India karena musim hujan di India hingga penggunaan sumber energi alternatif.

Dikutip dari Montel News menggunakan data Kpler menunjukkan pengiriman batu bara termal ke Eropa diperkirakan hanya mencapai 10,5 juta ton pada Januari-Juni 2024. Jumlah tersebut anjlok 60% atau lebih dari 16 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation