Tersengat Efek Suku Bunga, Harga Batu Bara Menggila Naik 3% Sepekan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
07 July 2024 10:15
Labourers load coal on trucks at Bari Brahamina in Jammu May 20, 2010. REUTERS/Mukesh Gupta/Files
Foto: REUTERS/Mukesh Gupta/Files

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga batu bara dalam sepekan ini tercatat positif yang didukung oleh harapan penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) pada awal September.

Harga batu bara dunia pada Jumat (5/7/2024) tercatat US$137,45 per ton, melemah tipis 0,33% dibandingkan harga penutupan hari sebelumnya. Akan tetapi dalam sepekan harga batu bara mencatatkan lonjakan 3,19%.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga terkait kondisi ekonomi. Jika suku bunga yang tinggi dipangkas, ekonomi bisa kembali terakselerasi.

Hal itu akan meningkatkan permintaan energi, termasuk batu bara. Meskipun dalam jangka panjang batu bara akan tergeser oleh energi terbarukan, namun dalam jangka pendek tetap jadi sumber energi utama.

Menurut data perangkat Fedwatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%.

Harapan pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini setelah laporan aktivitas jasa AS yang lemah dan ketenagakerjaan ADP menggambarkan perlambatan ekonomi AS.

Sementara itu, data terbaru dari AS, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat, ekonomi AS kembali menambah sedikit lebih banyak pekerjaan dari yang diharapkan pada bulan Juni meskipun tingkat pengangguran meningkat.

Penggajian nonpertanian meningkat sebesar 206.000 untuk bulan tersebut, lebih baik dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000 meskipun lebih rendah dari kenaikan yang direvisi turun sebesar 218.000 pada bulan Mei, yang dipotong tajam dari perkiraan awal sebesar 272.000.

Tingkat pengangguran secara tak terduga naik menjadi 4,1%, yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2021 dan memberikan tanda yang bertentangan bagi pejabat Federal Reserve yang mempertimbangkan langkah mereka selanjutnya pada kebijakan moneter. Perkiraan sebelumnya adalah tingkat pengangguran akan tetap stabil pada 4%.

Meskipun demikian, The Fed masih memerlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga untuk memastikan bahwa inflasi yang lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa yang terjadi pada tekanan harga.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation