Bukti Nyata Keramik China Banjiri RI, Impor Tembus Rp 600 M Lebih

Jakarta,CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan (Kemendag) berencana melakukan penyelidikan Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) terkait banjirnya impor dari China, terutama keramik.
Jika penyelidikan itu selesai maka bisa ditetapkan pajak atau bea masuk melalui Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) yang tinggi.
Terkait apakah pengenaan pajak akan sampai 200%, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Budi Santoso, mengatakan tidak menutup kemungkinan besaran pajak tersebut.
"Memang sekarang lagi ada penyelidikan oleh KPPI, kalau prosesnya sudah selesai segera ditetapkan bea masuk melalui mekanisme BMTP," jelas dia.
Penyelidikan dilakukan setelah adanya dugaan serbuan impor keramik.
"Kementerian Perdagangan juga melakukan pada barang-barang impor keramik rumah tangga atau lainnya kita kasih tarif. Jadi nanti dikenakan pajak, kalau masuk dari luar harus memenuhi standar SNI, pajaknya tinggi sehingga tidak mengganggu industri keramik di dalam negeri," kata Zulhas saat menemui UMKM di Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (21/7/2024).
Zulhas mengatakan telah memusnahkan keramik-keramik dari China yang tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) di Surabaya. Total keramik yang tidak sesuai SNI itu 4,7 juta keramik dan nilainya Rp 80 miliar.
Indonesia menjadi sasaran karena penjualan di negara lain tengah lesu, utamanya pasar tradisional yang selama ini menjadi pasar penjualan China. Bahkan ada campur tangan pemerintah negara asal dalam menyebarnya keramik impor di Indonesia.
Praktek Dumping akibat overcapacity dan oversupply produk keramik China serta pengalihan pasar export utama Tiongkok yang selama ini ditujukan untuk negara Uni Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, dan Amerika Utara telah dialihkan ke Indonesia pasca negara-negara tersebut menerapkan anti dumping terhadap produk dari China.
Akibatnya dampak kerugian terhadap industri keramik nasional jelas terbukti dengan penurunan tingkat utilisasi produksi, dan yang paling disayangkan adalah defisit transaksi ekspor impor produk Keramik senilai lebih dari US$1,3 miliar dalam kurun waktu lima terakhir. Padahal permintaan Keramik Nasional baik dari sisi volume kebutuhan dan jenis keramik semua bisa terpenuhi oleh industri keramik nasional.
Melihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak akhir tahun 2023 terjadi penurunan impor produk keramik dari China. Tercatat sejak Desember 2023 hingga April 2024 impor keramik China turun 32% menjadi US$37,3 juta atau setara dengan Rp612,6 miliar.
Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) memproyeksikan bahwa kinerja industri keramik dalam negeri akan tumbuh positif di tahun 2024. Dengan target produksi keramik di tahun 2024 mencapai 445 juta meter persegi (m²) atau naik sekitar 6,4% jika dibandingkan realisasi produksi tahun 2023 sebesar 418 juta m².
Adapun, penjualan proyek keramik nasional bisa meningkat, sejalan dengan pembangunan Ibukota Nusantara (IKN) dan insentif PPN yang ditanggung pemerintah untuk sektor properti.
CNBC Indonesia Research