
Simak! Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan, Awas Sabda Jerome Powell

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Juni usai, resmi sudah kita memasuki awal semester kedua tahun ini. Masuk bulan Juli, akan ada banyak sentimen yang menanti, baik dari global dan nasional yang mempengaruhi pergerakan pasar keuangan RI.
Berikut rincian sentimen dan rilis data ekonomi sepanjang pekan depan (1-5 Juli 2024) :
Ramai rilis PMI Manufaktur dan Inflasi Indonesia
Pada awal pekan depan, Senin (1/7/2024) akan ada rilis PMI Manufaktur dari berbagai negara, tetapi yang terpenting kita melihat data setidaknya dari tiga negara yakni datang dari Amerika Serikat (AS) dan China, serta Indonesia.
PMI Manufaktur Indonesia akan rilis terlebih dahulu pada pagi hari pukul 07.30 WIB dari S&P Global. Proyeksinya untuk PMI Manufaktur RI periode Juni 2024 akan berada di level 51, tetap di area ekspansif, meskipun cenderung melambat dibandingkan bulan sebelumnya di 52,1.
Kemudian, sekitar satu jam setelahnya, akan ada rilis PMI Manufaktur China oleh Caixin yang diperkirakan juga berada di level ekspansif di 51.2. Sementara PMI AS oleh ISM, akan rilis pada malam hari dengan proyeksi masih berada di level kontraksi sebesar 49 di bulan Juni, tetapi sedikit membaik dibandingkan sebelumnya yang kontraksi lebih dari di level 48,7.
Selain data manufaktur, dari dalam negeri juga ada data inflasi periode Juni 2024 yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan kembali naik atau mengalami inflasi pada Juni 2024 setelah mencatat deflasi pada Mei 2024. Kenaikan dipicu oleh biaya sekolah anak dan kenaikan harga cabai.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi Juni 2024 diperkirakan menembus 0,07% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Inflasi secara tahunan diperkirakan akan melandai menjadi 2,74% (year on year/yoy) pada Juni 2024 dan inflasi inti diproyeksi diperkirakan ada di angka 1,97% yoy.
Sebagai catatan, IHK turun atau mencatat deflasi pada Mei 2024 sebesar 0,03% (mtm) dan inflasi secara tahunan sebesar 2,84%.
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan inflasi pada Juni salah satunya dipicu oleh harga cabai rawit.
"Beberapa harga komoditas pangan tetap mencatat deflasi seperti beras, bawang merah, daging, dan ayam," tutur Andry, kepada CNBC Indonesia.
Secara historis, inflasi Juni biasanya cukup tinggi karena ada persiapan ajaran baru untuk Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Dalam lima tahun terakhir, inflasi pada Juni 2024 mencapai 0,26% (mtm).
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan rata-rata harga cabai rawit merah mencapai Rp 56.107 per kg pada Juni 2024 atau naik 6,8%. Harga beras turun 0,5% pada Juni 2024 menjadi Rp 15.335 per kg.
Update Pasar Tenaga Kerja AS - Pidato Jerome Powell
Berlanjut pada hari berikut, Selasa (2/7/2024) sentimen akan banyak datang dari AS, di mana ada rilis data pasar tenaga kerja terkait jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dan jumlah pekerja yang mengundurkan diri sukarela, serta pidato chairman the Fed, Jerome Powell.
Berbicara soal pasar tenaga kerja dulu, data yang rilis Selasa malam terkait JOLTs Job Opening periode Mei 2024 diperkirakan turun menjadi 7,85 juta pekerjaan, dari bulan sebelumnya sebesar 8,05 juta, menurut konsensus trading economic. Sementara untuk JOLTs Job Quit diperkirakan masih bertahan di 3,5 juta pada Mei 2024.
Sejauh ini, kondisi pasar tenaga kerja AS masih cukup ketat, sementara inflasi meskipun melandai tetap belum sesuai dengan target bank sentral.
Kondisi seperti ini kemungkinan besar akan dibahas lebih lanjut pada pidato Jerome Powell yang akan dilakukan pada hari yang sama, pada acara Diskusi Panel Kebijakan oleh Forum Bank Sentral Eropa (ECB) tentang Perbankan Sentral 2024 di Sintra, Portugal.
Cukup penting diperhatikan bagaimana komentar Jerome Powell terhadap kondisi ekonomi global terkini dan prospek kebijakan moneter the Fed mendatang, terutama kini memasuki semester II/2024 sudah semakin dekat dengan pemilu AS.
Neraca Dagang AS - Klaim Pengangguran - Pidato Pejabat The Fed
Beralih ke hari berikutnya pada tengah pekan, Rabu (3/7/2024) akan ada sejumlah rilis data lagi dari AS dan pidato pejabat the Fed, William.
Rilis data lebih banyak terkait neraca dagang AS untuk periode Juni 2024 yang diperkirakan mengalami pelebaran defisit menjadi US$ 76 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya yang defisit US$ 74,6 miliar.
Bagi Indonesia, AS terbilang menjadi negara partner dagang untuk ekspor terbesar kedua setelah China. Oleh karena itu, ini juga cukup penting diperhatikan.
Berikutnya, masih dari AS akan ada rilis lagi data terkait pasar tenaga kerja, namun kali ini tentang klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 29 Juni lalu. Konsensus pasar memproyeksi klaim pengangguran naik 2000 dari pekan sebelumnya menjadi 235.000.
FOMC Minutes : Penantian Risalah The Fed
Selanjutnya ke hari Kamis (4/7/2024) akan ada FOMC Minutes, ini patut dicermati oleh pelaku pasar lantaran akan ada pengumuman risalah the Fed yang berisi tentang gambaran ekonomi dan kebijakan moneter bank sentral AS ke depan.
Menjelang FOMC Minutes biasanya market juga akan cenderung lebih volatile, lantaran market menghadapi ketidakpastian lagi dari the Fed yang membuat pelaku pasar wait and see.
Sejauh ini, soal suku bunga the Fed, dot plot terkini menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan hanya memperkirakan satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini dan empat kali penurunan pada tahun 2025.
Data Pasar Tenaga Kerja AS Lagi : Non Farm Payroll (NFP) - Tingkat Pengangguran
Berikutnya pada akhir pekan, Jumat (5/7/2024) ada data penting lagi dari AS yang masih terkait dengan pasar tenaga kerja, yakni jumlah pekerjaan tercatat selain pertanian atau Non Farm Payroll (NFP) dan tingkat pengangguran.
Menurut penghimpun data Trading Economic, NFP diperkirakan bisa turun ke 180.000 pekerjaan periode Juni 2024 dari bulan sebelumnya sebesar 272.000 pekerjaan. Sementara untuk tingkat pengangguran di periode yang sama diproyeksikan akan bertahan di 4%.
Jika melihat banyaknya data pasar tenaga kerja yang akan rilis di awal pekan bulan Juli ini sesuai dengan ekspektasi, ini akan memberikan harapan pada kebijakan bank sentral AS yang lebih baik terhadap prospek suku bunga. Sebaliknya, jika pasar tenaga kerja masih lanjut tetap ketat, maka tren higher for longer masih tetap bertahan lama.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)