Bukti Baru Boikot Produk Israel di RI Ampuh, Ibu-Ibu Paling Militan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
26 June 2024 12:10
Sejumlah massa aksi membawa replika jenazah anak-anak saat melakukan unjuk rasa di depan Kedubes Amerika Serikat (AS), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Minggu (17/12/2023). (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Foto: Sejumlah massa aksi membawa replika jenazah anak-anak saat melakukan unjuk rasa di depan Kedubes Amerika Serikat (AS), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Minggu (17/12/2023). (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi penyerangan Israel terhadap Palestina terus dilakukan bertubi-tubi, termasuk di Rafah. Serangan yang bertubi-tubi membuat dunia memprotes keras melalui media sosial dengan tag 'All Eyes on Rafah".

Israel melancarkan serangan ke Rafah pada 26 Mei 2024. padahal. Rafah adalah area perbatasan di jalur Gaza pada 26 Mei 2024 yang sebelumnya ditetapkan sebagai 'zona aman' untuk mengungsi bagi jutaan warga Palestina

Serangan udara pasukan Israel kala itu menewaskan 45 orang dan memicu reaksi keras dari negara-negara dunia. PBB menyatakan serangan itu adalah yang paling kejam, sebab Rafah juga berperan sebagai area penyaluran bantuan bagi warga Palestina.

Penyerangan Israel ke Rafah membuat warga Palestina terjebak dan tak bisa melindungi diri dari bombardir bertubi-tubi.

Dengan krisis yang kian masif, jutaan orang dari seluruh dunia menunjukkan dukungan untuk warga Palestina dengan membagikan foto buatan AI bertuliskan 'All Eyes on Rafah'.

Aksi gerakan 'All Eyes on Rafah' pun kembali mendorong aksi boikot produk-produk yang berhubungan dengan Israel, termasuk salah satu produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yakni perawatan dan kecantikan.

Melihat kampanye yang berpotensi memberikan dampak besar bagi pasar Fast Moving Consumer Goods (FMCG) e-commerce, Compas.co.id sebagai Shopping Recommendation Engine and Price Comparison dari Indonesia, bergerak secara cepat dan cermat untuk memonitor keadaan pasar saat kampanye tersebut viral pada 19 Mei - 15 Juni 2024 di platform Shopee dan Tokopedia.

Pada periode ini Compas.co.id menemukan total jumlah produk terjual (sales quantity) dari 206 brand yang disinyalir terafiliasi Israel turun 3% dibanding 2 minggu sebelumnya, dari 6.884.802 jumlah produk terjual ke 6.673.745 produk.

Dilihat lebih detail, penurunan lebih terasa dari tanggal 1 hingga 7 Juni 2024, dimana sektor FMCG di E-commerce turun 7% dari 2.407.460 ke 2.223.273 produk.

Compas.co.idFoto: Compas.co.id

Hanindia Narendrata selaku Co-founder & CEO Compas.co.id mengatakan, "Penurunan jumlah produk terjual ini sejatinya memang dikarenakan brand-brand yang terdampak dari aksi boikot pasca viralnya "Eyes on Rafah".

Berdasarkan data dashboard Compas.co.id, pada periode 2 - 15 Juni 2024 dari 37 kategori produk ibu & bayi yang masuk list boikot, 92% diantaranya mengalami penurunan penjualan, sementara pada brand kesehatan dari 29 brand yang masuk ke list, 74% diantaranya turun dibandingkan dengan 2 minggu sebelumnya.

Begitu pula pada kategori makanan & minuman, dimana 74% dari 75 brand yang diboikot jumlah produk terjualnya turun, sementara 85 brand di kategori perawatan & kecantikan, 62% diantaranya turun, lanjut Hanindia.

Kemudian, berdasarkan riset yang dilakukan, Narendrata menjelaskan bahwa Compas.co.id mendapatkan temuan menarik. Konsumen yang mengikuti aksi boikot cenderung mengganti produk dengan brand lain yang tidak terafiliasi Israel, dan lebih memilih brand lokal sebagai substitusi produk.

Compas.co.idFoto: Compas.co.id

Berdasarkan studi kasus data Compas.co.id di kategori perawatan dan kecantikan. Sebut saja terdapat manufaktur A, manufaktur B, dan manufaktur C sebagai brand global yang terdampak boikot mengalami penurunan jumlah produk terjual masing-masing 5,5%, 3,6% & 1,5%.

Di saat yang sama Wings Group sebagai salah satu perusahaan nasional mengalami peningkatan jumlah produk terjual hingga 21,8%, diikuti oleh manufaktur lainnya seperti Paragon Technology and Innovation yang meningkat 5,7%, Kinocare Era Kosmetindo 5,0%, dan Tempo Scan 3,1%.

Pada kategori perawatan kecantikan masih ditemukan brand global yang mengalami kenaikan pada periode campaign ini, yaitu KAO sebanyak 6,5%, dan 2 manufaktur yang brandnya masuk ke dalam list boikot namun masih bertumbuh masing-masing 4,2% dan 2%.

Compas.co.idFoto: Compas.co.id

Hal serupa juga terjadi di kategori makanan dan minuman dimana brand A, B, C, D & E sebagai manufaktur brand global mengalami penurunan jumlah produk terjual masing-masing sebanyak 14,9%, 13,36% (untuk B & C), 7,8%, dan 5,3%, sementara beberapa manufaktur nasional mengalami pertumbuhan yang signifikan. Sebut saja Mayora yang mengalami peningkatan jumlah produk terjual sebanyak 9%, disusul oleh Wings Group 4,7%, Gunung Slamet Slawi 1,7% (GSS), dan Frisian Flag 0,7%.

Compas.co.idFoto: Compas.co.id

Sedikit perbedaan terjadi di kategori kesehatan, dimana manufaktur yang disinyalir terafiliasi dengan Israel turun hingga 15,4%, namun tetap terdapat global brand seperti Bayer yang dapat tumbuh dengan pesat di periode ini, dimana jumlah produk terjualnya naik 25,9%. Meskipun meningkat cukup tinggi, brand nasional masih menjadi jawara yang mengalami peningkatan paling Tinggi.

Wings Group tetap menjadi brand yang mengalami peningkatan paling signifikan di kategori ini, dimana jumlah produk terjualnya meningkat 28,9%, yang kemudian disusul oleh Tempo Scan Group yang naik 0,9%.

Compas.co.idFoto: Compas.co.id

Perubahan dari brand global ke brand lokal di kategori ibu & bayi yang paling terlihat jika dibandingkan dengan kategori FMCG lainnya. Dimana pada kategori ini manufaktur global mengalami penurunan jumlah produk terjual hingga mencapai angka 18,3%.

Di sisi lain, manufaktur nasional seperti Wings Group Jumlah Produk Terjualnya meroket 38,5%, diikuti oleh Tempo Scan Group 12,6%, dan Inovasi Teknologi Untung Berkah mengalami peningkatan sebanyak 11,1%. Jika dilihat berdasarkan data manufaktur, kategori ibu dan bayi menjadi yang paling terdampak jika dibandingkan kategori lain di FMCG.

"Melihat pantauan terkini melalui sosial media, diperkirakan gerakan boikot masih akan berlanjut. Kami juga akan terus menyediakan informasi updatenya melalui kanal sosial media Compas.co.id. Sebagai #1 E-commerce Market Insight for FMCG Brands, Compas.co.id berupaya untuk terus memberikan insight teraktual bagi para pelaku bisnis E-commerce di sektor FMCG. Kami berharap publikasi ini dapat menjadi actionable insight yang dapat membantu membangun strategi bisnis dan mengambil keputusan terbaik berdasarkan pada data," tutup Hanindia Narendrata selaku Co-founder & CEO Compas.co.id.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation