10 Momen Bersejarah Warnai Perjalanan Jakarta Kini HUT ke-497

Revo M, CNBC Indonesia
22 June 2024 10:00
20 mei 1998 (dok. Reuters)
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari Ulang Tahun (HUT) Jakarta yang ke-497 kembali dirayakan hari ini, Sabtu (22/6/2024). Berbagai momen bersejarah Jakarta menjadi hal yang menarik untuk dicermati.

Jakarta telah melalui ratusan tahun hingga saat ini dan diserta berbagai peristiwa penting mulai dari perubahan nama hingga sentimen pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan.

Berikut sepuluh momen bersejarah yang menandai perjalanan Jakarta:

1. Sunda Kalapa menjadi Jayakarta (1527)

Pada tanggal 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah menyerbu pelabuhan Sunda Kalapa dan mengubah namanya menjadi Jayakarta. Peristiwa ini menandai titik awal dari transformasi Jakarta menjadi kota penting di kepulauan Nusantara. Bahkan, tanggal penyerangan itu hingga kini diperingati sebagai HUT Kota Jakarta.

Pada tanggal 4 Maret 1621, Belanda mendirikan pemerintahan kolonial di Jakarta dan menamainya Stad Batavia. Hal ini menandai awal dominasi Belanda atas kota ini, yang menjadi pusat perdagangan dan kekuasaan kolonial di Hindia Belanda.

Pada tanggal 8 Agustus 1942, pasukan Jepang tiba di Batavia dan mengubah namanya menjadi Jakarta Tokubetsu Shi. Penjajahan Jepang membawa perubahan besar dalam sejarah Jakarta, termasuk dalam pemberian nama yang masih digunakan hingga saat ini.

2. Jakarta sebagai Pusat Politik Indonesia (1945)

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang dilaksanakan di Jakarta, sekaligus menjadikan kota ini sebagai pusat politik dan pemerintahan nasional dengan nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta. Peristiwa ini menunjukkan peran penting Jakarta dalam memimpin perjuangan kemerdekaan bangsa.

3. Jakarta sebagai Daerah Otonom (1958)

Pada tanggal 18 Januari 1958, Jakarta menjadi daerah otonom dengan nama Kotamadya Djakarta Raya yang berada di bawah Provinsi Jawa Barat. Status otonom ini memberikan Jakarta lebih banyak kewenangan dalam mengelola urusan lokalnya sendiri.

4. Sumpah Pemuda (1928)

Sumpah Pemuda merupakan momen bersejarah bangsa Indonesia sebagai janji para pemuda Indonesia. Momen ini menjadi sejarah pemersatu pemuda Indonesia hingga mampu mengantarkan pada kemerdekaan. Bahkan, peristiwa ini ditetapkan menjadi hari bersejarah setiap tanggal 28 Oktober.

Pada 30 April hingga 2 Mei 1926, di Lapangan Banteng, Jakarta, digelar Kongres Pemuda, di mana para pemuda Indonesia dari berbagai daerah berkumpul untuk berdiskusi dalam skala nasional.

Kemudian, pada 27-28 Oktober 1928, diadakan Kongres Pemuda II yang terbagi menjadi beberapa sesi di tempat yang berbeda. Pada 27 Oktober 1928, Kongres Pemuda II diadakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Diskusi pada hari tersebut mencakup berbagai topik seperti sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan semangat persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.

Pada 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilanjutkan di Gedung Oost-Java Bioscoop, dengan fokus pada pembahasan pendidikan. Pada hari yang sama, namun di tempat yang berbeda, yaitu Gedung Indonesische Clubhuis Kramat, diskusi semakin terfokus pada isu-isu nasionalisme, demokrasi, dan penyusunan satu visi bersama.

5. Letusan Gunung Krakatau

Salah satu peristiwa alam penting yang melanda Jakarta yaitu meletusnya Gunung Krakatau. Dahsyatnya letusanGunung Krakatau terjadi pada 24 - 27 Agustus 1883. Gemuruh letusannya kala itu terdengar hingga 3.000 mil jauhnya. Lebih dari 30 ribu orang jadi korban.

"Banyak orang Eropa, termasuk sejumlah besar pejabat Belanda, dan beribu-ribu penduduk pribumi tewas tenggelam," lapor AP Cameron, yang ketika letusan terjadi menjadi Konsul Inggris di Jakarta, seperti dicatat Simon Winchester dalam Krakatau: Ketika Dunia Meledak, 27 Agustus 1883 (2003:301). Di distrik Ceringin setidaknya 10 ribu orang tewas karena letusan itu.

Di masa-masa meletusnya Krakatau, gelombang besar terjadi di sekitar Selat Sunda. Tidak hanya membuat hancur kapal barang dan penumpang, tapi juga mengganggu jalur pelayaran antara Hindia Belanda. Sebuah mercusuar, yang sangat penting di Anyer, bahkan hancur dan pemerintah kolonial harus merogoh kocek untuk membangunnya lagi.

Sekitar Banten dan Lampung, kala itu menurut catatan Cameron tertutupi oleh abu. Kondisi itu membuat rakyat dan hewan ternak mereka akan kesulitan mendapat makanan karena abu letusan Krakatau. Jakarta yang berlokasi berdekatan dengan lokasi terjadinya letusan krakatau tentu juga mengalami dampak yang signifikan sebagai pusat dari VOC kala itu.

6. Perkembangan Moda Transportasi Jakarta

Sebagai kota metropolitan dan ibu kota, Jakarta telah mengalami evolusi yang signifikan dalam hal transportasi. Dari jaringan kereta api hingga sistem bus modern, perjalanan transportasi Jakarta menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Pada awal abad ke-20, perkembangan transportasi di Jakarta semakin pesat. Pembangunan jaringan kereta api dimulai, menghubungkan Jakarta dengan daerah sekitarnya. Pembangunan jalan raya juga dimulai untuk mengakomodasi kendaraan bermotor yang semakin banyak.

Masuk ke era modern, Jakarta menghadapi tantangan mobilitas yang semakin kompleks. Kemacetan lalu lintas menjadi masalah utama, yang diatasi dengan proyek infrastruktur seperti jalan tol, transportasi massal seperti MRT, KRL, dan LRT, serta peningkatan sarana transportasi umum seperti bus rapid transit (BRT).

Kini, Jakarta memiliki berbagai pilihan transportasi umum modern seperti Mass Rapid Transit (MRT), Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line, dan Light Rail Transit (LRT).

7. Reformasi 1998

Memasuki bulan Mei 1998, kondisi ekonomi yang terus memburuk telah mengganggu stabilitas politik. Dari akar rumput, mahasiswa dan masyarakat melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut perbaikan ekonomi dan politik.

Cerita bermula pada 14 Mei 1998. Hari itu kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang terjadi sejak sehari sebelumnya tak kunjung usai. Harian Kompas (15 Mei 1998 dan 17 Mei 1998) menyebut Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi lumpuh karena aksi-aksi itu.

Asap hitam tebal membumbung tinggi di seluruh kota. Parahnya lagi, kebakaran itu tidak hanya menyasar bangunan, tetapi juga manusia di dalamnya. Dalam kasus itu, aparat keamanan dinilai gagal mengatasi emosi rakyat.

8. Jakarta Sepi Saat Pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia juga berdampak pada Indonesia. Salah satu kota yang paling terdampak adalah Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian.

Jakarta yang dikenal sebagai wilayah yang sangat padat dengan kemacetan dan para pekerja harus ikut 'mati' selama pandemi menghantam. Kebijakan mengharuskan masyarakat untuk berdiam diri di rumah, sebagai upaya mencegah penularan virus lebih lanjut. Hal ini menyebabkan banyak usaha harus dihentikan, masyarakat banyak kehilangan pekerjaan, dan berakhir dengan Jakarta ditinggalkan sementara oleh para pendatang.

9. Banjir Jakarta

Banjir Jakarta bukanlah kejadian baru, melainkan fenomena ini telah terjadi bahkan sejak masa sebelum Indonesia merdeka. Pada abad ke-17, saat Jan Pieterszoon Coen memegang jabatan sebagai Gubernur Jenderal VOC, Jakarta mengalami banjir yang disebabkan oleh luapan rawa dan sungai-sungai di Batavia ketika turun hujan deras.

Menurut data yang dihimpun dari buku "Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa" karya Restu Gunawan, dikutip dari situs Indonesia Baik, sejarah banjir besar di Jakarta sudah tercatat sejak tahun 1918.

Pada tahun itu, hujan turun selama 22 hari sejak Januari hingga Februari, menyebabkan genangan air di berbagai daerah termasuk Weltevreden, Tanah Tinggi, Kampung Lima, Kemayoran Belakang, dan Glodok. Bahkan, bendungan Sungai Grogol jebol, mengakibatkan perluasan dampak banjir hingga ke Batavia bagian barat.

Peristiwa banjir besar kembali terjadi pada tahun 1979, di mana sebanyak 714.861 orang terpaksa mengungsi dan 20 orang dilaporkan hilang akibat banjir yang melanda Jakarta. Bahkan, daerah yang biasanya aman seperti Jakarta Selatan juga terkena dampaknya, dengan Pondok Pinang tenggelam dan menjadi lokasi evakuasi.

Pada tahun 1996, banjir melanda Jakarta dengan tinggi air mencapai 7 meter, menyebabkan 20 jiwa melayang. Kemudian, pada tahun 2002, sekitar 24,25% wilayah Jakarta tergenang air dengan tinggi air mencapai 5 meter dan menelan korban sebanyak 21 orang. Banjir berikutnya yang signifikan terjadi pada tahun 2007, di mana 60% wilayah Jakarta terendam dan 80 orang kehilangan nyawa dalam waktu hanya 10 hari.

Periode 15 hingga 21 Januari 2013 mencatatkan 20 orang meninggal dunia akibat banjir, dan terakhir pada pergantian tahun 2019 ke 2020, tercatat sebanyak 24 orang meninggal dunia dengan lebih dari 31 ribu orang terpaksa mengungsi. Banjir tersebut juga menyebabkan pemadaman listrik di 724 wilayah serta penutupan beberapa ruas jalan dan titik di jalan tol.

10. Pengembangan Jakarta

Jakarta terus berkembang pada setiap era kepemimpinan presiden. Soekarno, yang dikenal sebagai proklamator, meninggalkan sejumlah bangunan dan monumen bersejarah selama masa pemerintahannya. Mulai dari pembangunan Masjid Istiqlal, Monas, hingga Gelora Bung Karno yang dilakukan pada era pemerintahannya.

Selain itu, terdapat juga patung 'Selamat Datang' di Bundaran HI, patung 'Dirgantara' di Pancoran, serta patung 'Pahlawan,' yang sering disebut sebagai patung 'Pak Tani,' di Jakarta Pusat.

Kepemimpinan dilanjut Presiden Soeharto berperan membawa Jakarta menjadi pusat perekonomian dengan semakin banyak gedung-gedung tinggi. Tidak hanya itu, Presiden Soeharto juga membangun TMII pada 1972 sebagai objek wisata bertema budaya Indonesia. Selain itu, Soeharto juga membangun bandara Soekarno Hatta yang

BJ Habibie berperan penting dalam mengembangkan transportasi Indonesia dengan mencetuskan kereta api Jakarta-Bandung hingga Jakarta-Surabaya. Selain itu, Habibie juga mengemukakan ide awal dari MRT saat menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi.

Berbagai pembangunan Jakarta juga dilakukan oleh Gus Dur, Megawati, dan SBY. Terakhir, Presiden Jokowi menetapkan kebijakan pemindahan ibu kota ke IKN.

Sebagai catatan, pemerintah tengah mengebut pembangunan proyek-proyek di IKN. Apalagi, rencananya Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menggelar Upacara Peringatan HUT- 79 Kemerdekaan RI di IKN.

Menurut Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, fasilitas akses langsung ke IKN sudah rampung pada akhir Juli. Dan dipastikan bakal dapat beroperasi fungsional sehingga tamu upacara nantinya tak harus ke Balikpapan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation