Konflik Makin Panas, China Ogah Beli Babi dari Eropa

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
17 June 2024 19:50
Babi di kandang mereka di sebuah peternakan di pinggiran Chengdu di provinsi Sichuan barat daya China 02 Agustus 2005. China telah memerintahkan pemerintah daerah di seluruh negeri untuk memperketat pengawasan pasar babi dan peternakan babi untuk mencegah penyakit babi mematikan yang diidentifikasi sebagai bakteri streptococcus suis yang sejauh ini telah menewaskan 38 orang di provinsi itu agar tidak menyebar lebih jauh, kata media pemerintah. (File Foto - credit should read PETER PARKS/AFP via Getty Images)
Foto: Babi di kandang mereka di sebuah peternakan di pinggiran Chengdu di provinsi Sichuan barat daya China 02 Agustus 2005. (File Foto - AFP via Getty Images/PETER PARKS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri daging babi di Eropa kini tengah menghadapi goncangan. China dikabarkan akan membatas impor daging babi dari Uni Eropa. Hal ini makin meningkatkan ketegangan konflik perdagangan ekonomi di kedua negara tersebut.

Media China yang didukung pemerintah melaporkan pada Jumat kemarin, perusahaan China telah meminta penyelidikan antidumping atas impor daging babi dari Uni Eropa, hal ini meningkatkan ketegangan setelah blok itu memberlakukan bea antisubsidi pada kendaraan listrik buatan China.

Berdasarkan data bea cukai China, negara tersebut mengimpor daging babi senilai US$6 miliar, termasuk jeroan pada tahun 2023 dan lebih dari setengahnya berasal dari UE.

Jika China mengurangi impor daging babi dari UE, hal tersebut akan mengakibatkan kerugian besar bagi industri daging Eropa. Gangguan tersebut akan terasa di seluruh rantai pasokan daging babi di Eropa, yang mengakibatkan harga yang lebih rendah dan margin keuntungan pada stok yang tidak diinginkan yang diproduksi oleh para petani di wilayah tersebut.

Sebelumnya, industri daging babi Jerman telah mengalami larangan impor oleh China sejak 2020 setelah penyakit demam babi ditemukan di Jerman.

Pengolah daging terbesarnya, Toennies, memperkirakan harga daging babi akan turun jika eksportir seperti Spanyol mencari pasar baru untuk penjualan China yang hilang sehingga mengakibatkan kehilangan pendapatan.

Spanyol sendiri merupakan negara pengekspor daging babi terbesar ke China pada 2023. Kemudian disusul Brasil dan Amerika Serikat.

porkFoto: china customs data



Sebagai informasi, China merupakan produsen daging babi terbesar di dunia. Berdasarkan laporan Foreign Agricultural Service, negara tersebut menghasilkan daging babi sebanyak 36 juta ton. Selain itu, China juga memiliki angka konsumsi daging babi tertinggi dengan 41,52 juta metrik ton pada tahun lalu.

Selain China, di posisi kedua Uni Eropa yang menghasilkan daging babi mencapai 23,2 juta metik ton. Setelahnya ada Brazil dan Rusia dengan produksi daging babi masing-masing sebanyak 4,1 juta metrik ton dan 3,6 juta metrik ton.

Negara penghasil daging babi terbesar selanjutnya ada Vietnam, yakni 2,46 juta metrik ton. Kemudian, produksi daging babi di Kanada mencapai 2,1 juta metrik ton.

Dengan banyaknya babi yang menjadi korban di China maka negara lain bisa mengambil keuntungan untuk meningkatkan ekspor mereka. Terlebih, pasar ekspor babi dunia diperkirakan menyentuh 10,5 juta ton pada tahun ini.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation