Ramai Tutup ATM & Kantor Cabang, Ini Bukti Kerja di Bank Makin Sulit

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
12 June 2024 13:40
Warga melakukan transaksi penarikan uang di salah satu ATM di Jakarta, Kamis (30/3/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Warga melakukan transaksi penarikan uang di salah satu ATM di Jakarta, Kamis (30/3/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Era digitalisasi di sektor perbankan kini sudah makin meluas dan terus berkembang. Tren perkembangan teknologi yang kini digunakan di sektor perbankan pun mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi.

Namun berkembangnya teknologi di sektor perbankan justru menjadi efek negatif bagi nasib para pekerja di Indonesia. Hadirnya teknologi di sektor perbankan dengan memunculkan aplikasi-aplikasi pembayaran membuat sektor perbankan mulai mengurangi mesin ATM hingga kantor cabang bank.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total jumlah bank umum di tanah air yang mencapai lebih dari ratusan bank dengan total jaringan kantor puluhan ribu unit kini sudah menurun drastis.

Sejak tahun 2020, jumlah kantor cabang bank yang ada di seluruh Indonesia telah mengalami penurunan sebesar 5,3% hingga Maret 2024.

Penurunan jumlah kantor cabang bank, didorong dari tingkah laku konsumen yang kini sudah bisa melakukan transaksinya melalui smart gadget.

Apalagi, konsumen kini sudah banyak terbantu dengan keberadaan sejumlah alat pembayaran berbasis digital yang sudah banyak yang beredar di masyarakat, seperti GoPay, Ovo, LinkAja, Doku atau Dana, dan banyak lagi. Pemain perbankan konvensional juga sudah masuk ke layanan digital. Sebut saja, E-money Mandiri, Brizzi BRI, Tap Cash BNI, dan Flazz BCA.

Selain sejumlah alat pembayaran tersebut di atas, Bank Indonesia (BI) juga menyediakan alat pembayaran berbasis digital bernama Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Bahkan, kini semua perbankan wajib menyediakan layanan alat pembayaran tersebut.

Sejak Bank Indonesia pertama kali meluncurkan QRIS pada 17 Agustus 2019, proses transaksi dengan alat pembayaran jenis semakin meluas, mudah dan efektif.

Bahkan, di fasilitas ibadah seperti masjid, fasilitas QRIS pun kini disediakan. Artinya, jemaah masjid bila mau beramal tidak perlu menggunakan uang cash, cukup tempelkan gadget-nya ke tanda QRIS, tulis nominal yang mau disumbangkan, maka tertunaikanlah sudah niat untuk beramal ke masjid tersebut.
Tidak dipungkiri, fasilitas QRIS kini cukup mudah ditemukan di mana-mana. Wajar bila BI berani memasang target pengguna alat pembayaran itu cukup tinggi.

Bank Indonesia (BI) mencatat, hingga April 2024 transaksi QRIS tumbuh 194,06% secara tahunan (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan jumlah merchant 31,86 juta yang sebagian besar adalah merchant UMKM.

Sementara, berbanding terbalik dengan pembayaran menggunakan kartu ATM/Debit, yang tercatat turun sebesar 12,49% (yoy) atau mencapai Rp 619,19 triliun.

Nominal transaksi digital banking tercatat Rp 5.340,92 triliun atau tumbuh 19,08% (yoy) dan nominal transaksi uang elektronik (UE) meningkat 33,99% yoy sehingga mencapai Rp 90,44 triliun.

Meningkatnya transaksi digital banking dapat memberikan efek berkurangnya peran manusia dalam menjalankan transaksi manual di kantor cabang bank.

Jumlah mesin ATM milik perbankan di Indonesia kian berkurang. Ini tercermin dari Laporan Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) di seluruh Indonesia tersisa 115.539 per triwulan IV-2023, berkurang 4.676 unit.

Jaringan kantor terbanyak masih didominasi oleh terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) sebanyak 91.412 unit. Jumlah itu menyusut 1.417 unit dari setahun sebelumnya 92.829 unit dari tiga bulan sebelumnya.

Banyaknya ATM dan kantor cabang yang tutup serta meningkatnya transaksi dengan menggunakan internet berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor perbankan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan jumlah tenaga kerja di sektor keuangan dan asuransi menurun 7,8% pada per Agustus 2023 dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 atau Agustus 2019.

Setelah pandemi usai, penambahan tenaga kerja pada sektor tersebut juga sangat lambat yakni hanya naik 0,65% dalam setahun terakhir.


Data serupa juga tercermin dari Laporan Tahunan empat bank besar yakni PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, PT Bank Central Asia (BCA), dan PT Bank Negara Indonesia (BNI).

Dalam rentang waktu lima tahun terakhir (2019-2023), jumlah pegawai BRI berkurang drastis 18,4%, penambahan karyawan Bank Mandiri hanya 1,15%, dan BNI hanya 1,32%. Hanya BCA yang menambah karyawan cukup besar yakni 8,58%.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation