Bank RI Tiba-Tiba Kebanjiran Uang Usai Jokowi Ngamuk, Siapa Juaranya?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
27 May 2024 19:20
4 Bank Terbaik Penopang Ekonomi RI 2023
Foto: Infografis/4 Bank Terbaik Penopang Ekonomi RI 2023/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Likuiditas perbankan RI tampak mulai pulih, tercermin dari pertumbuhan akselerasi Dana Pihak Ketiga (DPK) sudah lebih atraktif dibandingkan penyaluran kredit saat ini.

Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 8,21% secara tahunan (yoy) per April 2024. CNBC Indonesia mencatat, angka pertumbuhan DPK ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2022.

Sebagai informasi, sepanjang 2023 DPK perbankan sempat melambat, dengan titik terendahnya pada Desember 2023 di mana DPK hanya tumbuh 3,8% yoy.

Seretnya likuiditas perbankan sempat disentil oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI). Satu pernyataan keras Jokowi adalah soal kondisi likuiditas di perbankan yang mulai kering.

Jokowi mulai mengkhawatirkan hal tersebut bisa mengganggu sektor riil, terutama dalam penyaluran kredit.

Namun, sekarang DPK sudah pulih, tercermin pertumbuhan secara akselerasi sudah lebih atraktif dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit. Pertumbuhan akselerasi ini merujuk pada perubahan yang terjadi tiap bulan-nya.

Jika melihat lebih dalam terhadap 10 bank dengan aset terbesar di RI, hal serupa juga terjadi pada mayoritas bank, di mana pertumbuhan akselerasi DPK melesat lebih tinggi dibandingkan kredit-nya.

Pada tabel berikut terlihat ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN) menunjukkan perubahan pertumbuhan DPK lebih tinggi dibandingkan perubahan kredit dari periode akhir tahun 2023 hingga kuartal I-2024.

Meski demikian, dengan pulihnya DPK yang memicu pertumbuhan akselerasi kredit lebih kecil ini juga perlu diperhatikan. Memang, di era suku bunga tinggi saat ini, banyak nasabah menyimpan cash lebih banyak atau minat kredit cenderung menurun.

Meski begitu, jangan sampai, pertumbuhan akselerasi kredit melambat ini berlarut-larut meski likuiditas sudah pulih. Momentum pertumbuhan dua digit dari penyaluran kredit ini harus bisa dipertahankan bank guna menjaga profitabilitas tetap solid.

Jokowi Sempat Marah Dana di Bank Kering

Presiden Joko Widodo atau Jokowi sempat menyatakan khawatir mengenai kondisi likuiditas di Indonesia. Dia menilai peredaran uang semakin kering meski pertumbuhan ekonomi di Tanah Air mencapai lebih dari 5%.

Menurut Jokowi, masalah tersebut muncul karena Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan BI menerbitkan terlalu banyak instrumen, yakni Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).

"Meskipun kalau kita lihat kadang-kadang di bawah tadi saya sampaikan ke Pak Gub, Pak Gubernur saya mendengar dari banyak pelaku usaha ini kelihatannya kok peredaran uangnnya makin kering," kata Jokowi pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023, 29 November 2023.

Sebagai informasi, sejak awal tahun dana pihak ketiga (DPK) melaju lebih lambat dibandingkan dengan tahun lalu. Pada Desember 2022, dana masyarakat yang disimpan di bank tumbuh 9,4% secara tahunan menjadi Rp 7.929,5 triliun.

Kemudian pada pertengahan tahun, gejala seretnya pertumbuhan DPK semakin terlihat. DPK per Juni 2023 hanya tumbuh 6,4% yoy. Puncaknya, pada akhir Desember 2023, DPK hanya naik 3,8% yoy menjadi Rp 8.234,2 triliun.

Lima bulan dari pernyataan Jokowi , DPK industri perbankan di Indonesia tiba-tiba melesat kencang. Bank Indonesia mencatat pertumbuhan DPK sebesar 8,21% yoy per April 2024. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2022.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation