
AS Kasih Harapan Baik, Harga Batu Bara & Minyak Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dan minyak dunia cenderung mengalami penguatan tipis sepanjang pekan ini (13-17 Mei 2024).
Merujuk pada Refinitiv, pada perdagangan Jumat (17/5/2024) harga batu bara ICE Newcastle kontrak Juni ditutup turun 0,5% di level US$140,5 per ton. Dalam sepekan harga batu bara menguat dari awal perdagangan pekan ini yakni 13 Mei 2024 dari US$140,1 per ton menjadi US$140,5 per ton atau naik US$0,4 per ton.
Kenaikan harga emas hitam ini terjadi seiring dengan cuaca yang lebih hangat dari perkiraan. Alhasil permintaan konsumsi musiman secara global dan masalah pasokan. Hal ini diungkapkan oleh Zhi Xin Chong, Direktur Senior di S&P Global dan kepala pasar gas dan LNG Asia yang sedang berkembang.
Permintaan global diprediksi akan meningkat berkat gelombang panas yang sedang berlangsung di Asia serta pengisian kembali penyimpanan gas di Eropa. "Injeksi gas di Eropa dan permintaan tinggi musiman di Asia mendukung harga," kata Chongdikutip dariMontel News.
Analis dari ANZ Bank Australia juga menyatakan bahwa utilitas sedang meningkatkan stok sebagai antisipasi terhadap permintaan pendinginan yang kuat. "Suhu diperkirakan akan naik di atas rata-rata 10 tahun di Jepang, Korea Selatan, dan China dalam dua minggu ke depan," tambah mereka.
Apresiasi harga kali ini juga didukung proyeksi kenaikan permintaan dari China menjelang puncak musim panas. Rusia diperkirakan akan menjadi pemasok utama China.
Begitu pula dengan harga minyak dunia baik West Texas Intermediate (WTI) maupun Brent Oil. Pada akhir perdagangan pekan ini, WTI dan Brent Oil terpantau berada di atas level US$80 per barel.
Kenaikan harga minyak dunia tak lepas dari data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dibandingkan periode Maret 2024.
Data inflasi AS yang lebih lambat dari perkiraan pada bulan April juga memperkuat harapan pasar untuk penurunan suku bunga pada bulan September, yang dapat menekan kekuatan dolar dan membuat minyak berdenominasi dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lain.
Ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pun mengalami peningkatan dengan first cut rate diperkirakan terjadi pada September 2024 dan selanjutnya pada Desember 2024.
Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman bagi bisnis dan konsumen, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta permintaan minyak.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)