Harga Nikel Pecah Rekor, RI Ketiban Rezeki Nomplok Rp100 Triliun

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
17 May 2024 18:45
INFOGRAFIS, Larangan Ekspor Biji Nikel
Foto: Infografis/Larangan Ekspor Biji Nikel/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel menembus rekor tertinggi pada tahun ini membuat RI mendulang cuan dari ekspor nikel mencapai lebih dari Rp100 triliun sejak awal tahun.

Menurut data London Metal Exchange, pada penutupan perdagangan Kamis (16/4/2024) harga nikel kontrak 3 bulan berada di harga US$ 20.054 per ton, melonjak 2,50% dalam sehari dan menandai penguatan dua hari beruntun.

Selama sebulan terakhir harga nikel kokoh dalam tren penguatan nyaris 10%. Saat ini harganya sudah mencapai level tertinggi 2024 dan mendekati posisi tertingginya yang pernah diuji pada pertengahan September 2023.

Harga Nikel Kontrak 3 Bulan LMEFoto: Tradingeconomics
Harga Nikel Kontrak 3 Bulan LME

Seiring dengan kenaikan harga nikel pada tahun ini, RI ternyata meraup keuntungan luar biasa dari ekspor komoditas ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai akumulasi ekspor dari segmen bijih nikel, feronikel, dan barang daripadanya mencapai US$ 6,34 miliar atau setara Rp101,44 triliun (Asumsi kurs Rp16.000/US$) pada sepanjang Januari - April 2024.

Selama empat bulan berjalan tahun ini, total ekspor nikel sudah setara dengan 28,7% capaian ekspor pada 2023 senilai US$ 22,10 miliar atau setara Rp353,69 triliun.

Industri nikel terbilang sudah tumbuh pesat, apalagi sejak 2020 lalu, ketika pemerintah secara tegas menetapkan larangan ekspor mineral mentah, khususnya bijih nikel guna mendorong hilirisasi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada saat itu mengakui bahwa kebijakan larangan ekspor mineral mentah memang terasa pahit bagi perusahaan pengekspor mineral mentah. Namun, Ia meyakini program hilirisasi ini pada akhirnya akan berbuah manis.

Tiga tahun lebih berlalu, buah manis pun terasa. Hal ini terlihat pada perkembangan ekspor nikel yang cukup pesat. Terutama untuk produk yang sudah diolah menjadi Feronikel dan barang turunannya.

Terlihat jelas pada tabel berikut, di mana pada 2019 ekspor bijih nikel mencapai US$ 1,1 miliar, menyusut drastis menjadi US$ 117 saja pada 2020. ekspor bijih nikel paling rendah terjadi pada 2022 hanya senilai US$ 29.

Penyusutan drastis ekspor bijih nikel, membuat hal kontras terjadi pada produk olahan nikel yakni feronikel dan barang turunan nikel lainnya yang kemudian berhasil melejit.

Dalam lima tahun, ekspor feronikel bisa meroket hampri 600%, dari US$ 2,59 miliar menjadi US$ 15,29 miliar. Begitu pula untuk segmen nikel dan turunannya melejit lebih dari tujuh kali lipat menjadi US$ 6,81 miliar.

Ekspor nikel pada 2023 juga terbilang menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu kurang lebih satu dekade, lantaran meroket 10 kali lipat.

Perkembangan pesat dalam ekspor ini menjadi salah satu harta karun RI sekaligus berharga di mata global. Oleh karena itu, proyek hilirisasi harus terus digencarkan agar produk olahan nikel dalam negeri memiliki nilai yang lebih tinggi.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation