Ini Alasan Malaysia Mampu Jadi Raksasa Semikonduktor Di Asia Tenggara

Riset, CNBC Indonesia
12 May 2024 17:15
Tantang AS, China Siap Bangun Industri Semikonduktor
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara tetanga Indonesia diklaim tidak senang dengan rencana Indonesia memajukan industri semikonduktor, di mana hal ini diungkap oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Airlangga menjelaskan saat ini Amerika Serikat (AS) mau mempersiapkan Indonesia masuk dalam pembuatan komponen semikonduktor. Selain itu juga China berencana juga berminat pada bagian wafer semikonduktor.

"Dan kita akan buat terintegrasi di pulau Rempang dengan investasi US$ 12 miliar," kata Airlangga, dalam Seminar Ekonomi - Perspektif Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Menuju Indonesia Emas 2045, di Kolese Kanisius, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2024).

Namun menurut Airlangga hal ini membuat negara tetangga tidak senang. Sehingga sering mengganjal Indonesia dengan isu lingkungan.

"Dan Singapura, Malaysia tidak senang, makanya dibuat ribut terus sama NGO-NGO, supaya Indonesia tidak masuk di industri semikonduktor. jadi itu realitas," katanya.

Airlangga menjelaskan sebelumnya Indonesia pernah memproduksi komponen semikonduktor. Namun pada akhirnya investor pindah ke Malaysia akibat dari regulasi yang diterapkan.

"Dan hari ini ekspor ke Malaysia electronic based 40%, nah Indonesia harus menarik ulang. Semikonduktor Indonesia baru di hilir, di testing sama di assembling," katanya.

Selain itu, untuk mendukung pembangunan industri semikonduktor dibutuhkan engineer yang yang banyak pada bidang mikroelektronik.

"Karena kalau bicara semikonduktor itu bicara chip desain. Itu bahasa sederhananya adalah bikin sirkuit elektrik, sirkuit elektrik dibuat kecil," katanya.

Mengapa Malaysia dianggap mampu jadi rakasasa semikondutor di Asia Tenggara?

Malaysia muncul sebagai pusat pabrik semikonduktor ketika ketegangan AS-China mendorong perusahaan untuk melakukan diversifikasi operasi.

"Malaysia memiliki infrastruktur yang baik dengan pengalaman sekitar lima dekade di 'back end' proses manufaktur semikonduktor, khususnya dalam perakitan, pengujian, dan pengemasan," kata Kenddrick Chan, kepala proyek hubungan internasional digital di LSE IDEAS, pemikir kebijakan luar negeri dari London School of Economics and Political Science, dikutip dari CNBC International.

Semikonduktor, komponen penting yang ditemukan dalam segala hal mulai dari ponsel pintar hingga mobil, telah menjadi pusat perang teknologi antara AS dan China.

Bahkan, raksasa chip Amerika yakni Intel pada Desember 2021 mengatakan akan menginvestasikan lebih dari US$ 7 miliar untuk membangun pabrik pengemasan dan pengujian chip di Malaysia, dengan produksi diperkirakan akan dimulai pada tahun 2024.

"Keputusan kami untuk berinvestasi di Malaysia berakar pada sumber daya manusia yang beragam, infrastruktur yang mapan, dan rantai pasokan yang kuat," kata Aik Kean Chong, direktur pelaksana Intel Malaysia, kepada CNBC International.

Fasilitas produksi pertama Intel di luar negeri adalah lokasi perakitan di Penang yang diluncurkan pada tahun 1972 dengan investasi US$ 1,6 juta. Perusahaan kemudian menambah fasilitas pengujian penuh serta pusat pengembangan dan desain di Malaysia.

Tak hanya Intel saja, raksasa chip asal AS lainnya yakni GlobalFoundries juga tertarik untuk berinvestasi di Malaysia, di mana pada September 2023 telah membuka hub di Penang untuk mendukung operasi manufaktur global bersama dengan pabriknya di Singapura, AS, dan Eropa.

Selain itu, pembuat chip terkemuka asal Jerman yakni Infineon pada Juli 2022 mengatakan akan membangun modul fabrikasi wafer ketiga di Kulim sementara Neways, pemasok utama pembuat peralatan chip Belanda ASML, mengatakan bulan lalu pihaknya akan membangun fasilitas produksi baru di Klang.

Berdasarkan data dari Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia, negara tersebut menguasai 13% pasar global untuk layanan pengemasan, perakitan, dan pengujian chip. Ekspor perangkat semikonduktor dan sirkuit terpadu meningkat 0,03% menjadi 387,45 miliar ringgit Malaysia pada tahun 2023, di tengah lemahnya permintaan chip global.

Presiden Asosiasi Industri Semikonduktor Malaysia, Datuk Seri Wong Siew Hai mengatakan banyak perusahaan Tiongkok mendiversifikasi sebagian produksi mereka ke Malaysia, dan menyebut negara tersebut sebagai "plus satu" Tiongkok.

Rencana Induk Industri Baru Malaysia yang mendukung produksi semikonduktor

Rencana Induk Industri Baru (NIMP) Malaysia tahun 2030 menawarkan peta jalan untuk meningkatkan nilai tambah sektor manufaktur dengan memperluas cakupan produk yang diekspor.

Pemerintah Malaysia berharap NIMP 2030 dapat mendorong lebih banyak aktivitas front-end seperti manufaktur peralatan semikonduktor, fabrikasi wafer, dan desain sirkuit terpadu.

Baru-baru ini, Malaysia telah melihat investasi besar oleh Intel (US$ 7 miliar) dan Texas Instruments (US$ 3,1 miliar) untuk terlibat dalam aktivitas manufaktur yang lebih kompleks.

Ekspansi Intel senilai US$ 7 miliar akan mencakup pembangunan fasilitas pengemasan chip 3D yang canggih, fasilitas pengemasan chip 3D pertama Intel di luar negeri.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation