Ini Daftar Emiten yang Menangis dan Tertawa Karena Dolar Rp 16.000

Revo M, CNBC Indonesia
08 May 2024 12:26
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (8/4/2024).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,28% di level Rp16.085/US$. Depresiasi rupiah ini terjadi bersamaan dengan kenaikan indeks dolar AS (DXY) yang menguat 0,13% ke angka 105,55.

Rupiah sempat mengalami pelemahan hingga ke level Rp16.200/US$ pada 30 April 2024. Hal ini bagi sebagian sektor di pasar saham berdampak negatif, namun bagi sebagian sektor justru pelemahan rupiah ini memberikan dampak positif.

Bank DBS melalui laporan yang berjudul Capitalising on an early 'Sell in May' menyampaikan terdapat sembilan sektor yang terdampak akibat pelemahan rupiah dan secara umum, depresiasi rupiah ini memberikan dampak negatif bagi mayoritas sektor yang ada di Indonesia.

Terdapat enam sektor yang cenderung terdampak negatif dari penurunan rupiah yakni sektor otomotif, konsumer, kesehatan, unggas, properti, hingga retail.

Keenam sektor tersebut terdampak negatif karena kebergantungan terhadap impor untuk menjalankan bisnisnya. Alhasil, beban operasionalnya akan mengalami kenaikan dan berdampak pada bottom line yang akan tergerus jika rupiah terus berada di level yang tinggi.

Begitu pula untuk sektor properti yang beberapa perusahaannya memiliki obligasi dalam valas (dolar AS) serta beberapa bahannya juga masih diimpor dari luar negeri.

Sementara untuk sektor yang berorientasi ekspor seperti energi dan logam justru dapat diuntungkan.

Pendapatan perusahaan yang diperoleh melalui dolar AS akan menjadi keuntungan tersendiri di tengah DXY yang menguat dan rupiah yang melemah.

Perusahaan yang berbasis logam khususnya di tengah harga komoditas yang mengalami kenaikan juga menjadi angin segar, apalagi kontribusi ekspor terhadap pendapatan cukup tinggi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation