Rupiah Kembali Menguat, Mau Tinggalkan Level Psikologis Rp16.000/US$

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
04 May 2024 13:00
Penukaran uang di tempat penukaran uang atau Money Changer Tri Tunggal kawasan Blok M Plaza, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Penukaran uang di tempat penukaran uang atau Money Changer Tri Tunggal kawasan Blok M Plaza, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah kembali memperlihatkan kekuatan dengan mendekati level psikologis pentingnya, yakni Rp 15.900 per dolar Amerika Serikat (AS), pada perdagangan Jumat (3/5/2024) akhir pekan ini.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat sebesar 0,62% di angka Rp 16.080/US$, memperpanjang tren penguatan sejak Kamis kemarin. Dengan demikian, rupiah berhasil mencatatkan penguatan selama dua hari berturut-turut.

Dalam kurun waktu seminggu, rupiah berhasil menguat sebesar 0,15%. Meskipun demikian, penguatan rupiah pada pekan ini terasa lebih moderat jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya, di mana rupiah berhasil menguat sebesar 0,28%.

Penguatan rupiah terjadi di tengah perlambatan laju indeks dolar AS (DXY). Pada penutupan pasar kemarin pukul 15:03 WIB, indeks dolar turun tipis sebesar 0,04% menjadi 105,253.

Kembali menguatnya rupiah diiringi dengan keputusan bank sentral AS, Federal Reserve atau yang akrab disebut The Fed, untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25-5,5% pada Kamis (2/5/2024) dini hari waktu Indonesia.

Jerome Powell, Ketua The Fed, menegaskan bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini. Meski demikian, Powell juga menyatakan bahwa belum ada kemajuan yang signifikan dalam menurunkan laju inflasi, sehingga The Fed akan menunggu data lebih lanjut sebelum memutuskan untuk menyesuaikan suku bunga acuan.

"Saya rasa tidak mungkin kenaikan suku bunga ada dalam kebijakan ke depan. Saya tegaskan tidak mungkin," ujar Powell.

Optimisme yang ditunjukkan oleh Powell dalam tidak menaikkan suku bunga menjadi angin segar bagi pasar keuangan global, termasuk mata uang Garuda. Hal ini berdampak pada melemahnya DXY sementara rupiah menguat.

Di sisi domestik, pergerakan pasar keuangan dipengaruhi oleh angka inflasi Indonesia yang masih berada di bawah ekspektasi. Namun, inflasi masih tetap dalam koridor yang stabil dan terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi pada April 2024 mencapai 0,25% secara bulanan. Sementara itu, inflasi tahunan mencapai 3,0% dan secara tahun kalender sebesar 1,19%. Tingkat inflasi bulanan pada April ini turun dibandingkan bulan sebelumnya dan dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan bahwa inflasi pada April 2024 akan mencapai 0,33% dibandingkan bulan sebelumnya. Hasil polling juga memperkirakan inflasi tahunan akan berada di angka 3,08% pada April, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Tetap perlu diperhatikan bahwa tekanan jual asing masih cukup kuat, terutama setelah keputusan The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga di level yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pasar masih memperhatikan kondisi eksternal yang mempengaruhi pergerakan mata uang domestik.

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation