Deretan Saham Untung dan Buntung Saat Suku Bunga BI Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25% pada April 2024. Suku bunga deposit facility naik ke posisi 5,50% dan lending facility sebesar 7%.
Keputusan tersebut tepat dilakukan BI untuk menyelamatkan nilai tukar rupiah yang kini tengah tertekan kurs dolar AS.
Keputusan BI menaikkan suku bunga itu akan mempertebal pasokan dolar di Indonesia, setelah neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 surplus tinggi. Neraca ekspor-impor Indonesia per Maret 2024 meningkat menjadi sebesar US$ 4,47 miliar dari Februari hanya US$ 830 juta.
Untuk itu mekanisme pertahanan yang dilakukan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui kebijakan moneter hawkish itu sudah pas saat ini. Apalagi, Bank Sentral AS juga masih berupaya mengendalikan tekanan inflasi di negaranya dengan kebijakan suku bunga tinggi.
Sehingga, Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI Rate menjadi 6,25%. Keputusan ini merupakan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 23-24 April 2024.
Kenaikan suku bunga BI dapat berdampak positif dan juga negative terhadap pergerakan harga saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), terutama pada emiten-emiten yang memiliki bisnis rentan terhadap kenaikkan suku bunga.
Saham-Saham Diuntungkan Saat Suku Bunga Naik
1. Saham Perbankan
Saham menjadi salah satu sektor yang dapat terdampak positif ketika suku bunga naik. Ketika suku bunga naik, maka simpanan tabungan dan deposito juga akan meningkat karena imbal hasil yang lebih menarik. Hal ini menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat yang memilih investasi yang konservatif seperti instrumen deposito.
Meningkatnya simpanan tabungan dan deposito masyarakat dapat berdampak terhadap positif terhadap dana pihak ketiga (DPK) perbankan dan berdampak terhadap kenaikan terhadap Net Interest Margin (NIM) perbankan.
Namun perlu diketahui, bahwa sektor perbankan juga dapat berdampak negatif terhadap kenaikkan suku bunga. Ketika suku bunga naik maka bunga pinjaman akan terseret naik. Hal ini dapat berdampak pada daya pinjam masyarakat yang turun ketika suku bunga naik.
Selain itu, ketika suku bunga naik biasanya harga barang-barang kebutuhan dan lainnya akan meningkat. Jika banyak debitur yang mengalami kesulitan bayar karena tingginya harga barang-barang kebutuhan, hal ini dapat berdampak pada kredit macet.
Jika jumlah kredit macet meningkat maka berarti Non Performing Loan (NPL) perbankan juga akan meningkat. Hal ini akan berdampak buruk terhadap cadangan modal bank dan mengganggu operasional perbankan.
2. Saham Konsumer Dikresioner
Saham-saham di konsumer diskresioner juga dapat mengalami lonjakan karena peningkatan lapangan kerja, ditambah dengan pasar perumahan yang lebih sehat, membuat konsumen cenderung berbelanja secara lebih royal untuk pembelian di luar bidang kebutuhan pokok konsumen.
Industri yang ada di sektor consumer dikresioner adalah perhotelan, otomotif, onderdil, garmen, supermarket, media.
3. Saham Defensif
Saham-saham yang berada di sektor defensif biasanya juga menjadi incaran para investor di tengah kenaikan suku bunga. Karena ketika suku bunga naik biasanya beberapa sektor akan mengalami penurunan, sehingga saham-saham di sektor defensif biasanya menjadi alternatif untuk mengalokasikan dana para investor yang dianggap stabil pergerakannya. Selain itu, saham-saham defensif biasanya rajin membagikan dividen.
Saham-Saham Dirugikan Saat Suku Bunga Naik
1. Saham Teknologi
Sektor teknologi sangat berkaitan erat dengan sentimen suku bunga. Kenaikan suku bunga tentunya akan mempengaruhi cost of fund dari sektor teknologi. Sektor teknologi di Indonesia yang umumnya dari sisi penjualan meningkat tetapi belum memiliki laba (profit). Hal ini disebabkan karena beberapa emiten masih berada pada periode "bakar duit" dan promosi. Semakin mahal pendanaan, maka semakin tipis juga uang yang bisa dibakar, dan efisiensi akhirnya akan dilakukan.
Jika suku bunga naik tentunya akan semakin meningkatkan pendanaan dari Perseroan. Dalam hal ini beban-beban Perseroan akan meningkat karena tingginya suku bunga. Meningkatnya beban-beban tentu akan menggerus laba Perseroan, dan bagi emiten-emiten yang masih membukukan kerugian akan semakin sulit untuk membalikkan kerugian menjadi keuntungan ataupun laba.
2. Saham Properti
Sektor properti real estate juga merupakan salah satu sektor saham yang cukup mendapatkan tekanan dari kenaikan suku bunga acuan. Kenaikan BI Rate akan menekan permintaan konsumen non-primer yang lebih sensitif terhadap suku bunga. Hal ini akan mendorong turunnya penjualan properti pada perusahaan-perusahaan properti dan berimbas pada penurunan laba.
3. Saham Konstruksi
Tak berbeda jauh dengan properti, kenaikan suku bunga juga dapat meningkatkan beban-beban material pada sektor konstruksi sehingga dapat menggerus laba Perseroan. Terutama pada saham-saham konstruksi BUMN yang memiliki hutang besar. Kenaikan suku bunga dapat berdampak terhadap lonjakan hutang karena tingginya beban-beban atas bahan-bahan material yang semakin mahal.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC Indonesia Research
