Utang Menggunung, Sektor Ini Rawan Boncos Karena Dolar Tembus Rp16.100

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih bergerak di level terendahnya sejak pandemi Covid-19. Pelemahan rupiah ini bakal berdampak besar terhadap perusahaan yang banyak memiliki utang swasta.
Merujuk pada Refinitiv, nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (17/4/2024) rupiah ditutup di level Rp16.215/US$1 atau melemah 0,28%.
Pelemahan rupiah dipicu oleh sentimen global dan diperparah oleh meningkatnya kebutuhan dolar setelah libur panjang Lebaran.
Pelemahan rupiah secara berkelanjutan dapat berdampak buruk terhadap beberapa sektor yang memiliki porsi hutang luar negeri yang tinggi. Lantaran hutang luar negeri menggunakan kurs dolar AS, tentu hal ini dapat menjadi beban bagi sektor-sektor yang memiliki porsi hutang luar negeri yang tinggi.
Semakin tinggi hutang luar negeri, maka semakin besar biaya yang harus dikeluarkan suatu perusahaan.
Berdasarkan data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) periode Januari 2024, posisi utang luar negeri swasta menembus US$ 196,7miliar atau sekitar Rp 3.182,6 triliun. Dilihat dari sektor ekonomi, terdapat 17 sektor yang memiliki utang luar negeri terbesar yakni:
Pada posisi empat teratas diisi oleh sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas serta Pertambangan dan Penggalian.
Berikut beberapa saham yang masuk dalam empat sektor teratas.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)