
Waspada! 3 Saham Ini Catat Pendapatan Nol Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Momen lebaran kadang menjadi ajang menghabiskan pendapatan karena tingginya aktifitas belanja dan liburan. Hal ini pun dapat membuat kantong bolong alias bokek, begitupun beberapa saham yang juga bokek karena tidak adanya pendapatan sama sekali.
Dirangkum dari Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat tiga saham yang mencatatkan pendapatan nol pada laporan keuangan tahun 2023.
Adapun saham-saham yang mendapatkan notasi khusus "S" atau masuk dalam efek pemantauan khusus nomor tiga yang berarti tidak membukukan pendapatan atau tidak terdapat perubahan pendapatan pada Laporan Keuangan Auditan dan/atau Laporan Keuangan Interim terakhir dibandingkan dengan laporan keuangan yang disampaikan sebelumnya.
1. PT ONIX CAPITAL Tbk (OCAP)
PT Onix Capital Tbk (OCAP) didirikan pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Piranti Ciptadhana Amerta dan telah beberapa kali berganti nama. Menjadi Onix Capital pada tahun 2011. Perusahaan ini merupakan perusahaan induk dengan 2 anak perusahaan langsung: PT Onix Sekuritas dan PT Onix Investama (yang memiliki satu anak perusahaan PT Menteng Medika Indonesia). Perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha investasi, khususnya pada bidang perantara pedagang efek dan jasa konsultasi di bidang kesehatan.
Pada laporan keuangan tahun 2023 Perseroan mencatatkan pendapatan nol rupiah. Hal ini pun menyebabkan Perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp5,97 miliar.
Diketahui Perseroan telah mencatatkan pendapatan nol rupiah sejak tahun 2021. Selain itu, saham PT Onix Capital Tbk (OCAP) masih tengah dalam kondisi suspen dan dikabarkan akan segera delisting atau berubah menjadi perusahaan tertutup (Go Private).
Adapun, OCAP tengah meminta persetujuan dari para pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada hari ini, Senin, (22/1/2024) untuk memuluskan rencana delisting saham tersebut.
OCAP kini memilki kriteria pemantauan khusus nomor 2,3,5 dan 7.
2. PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM)
PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM), sebelumnya dikenal sebagai Provident Agro, didirikan sebagai perusahaan patungan antara PT Saratoga Sentra Business dan PT Provident Capital Indonesia, didirikan pada tanggal 2 November 2006. Bisnis utama perusahaan adalah kelapa sawit sebelum mengalihkan fokusnya menjadi bisnis investasi pada tahun 2022. Ia berganti nama pada tahun yang sama. Melalui anak usahanya, perseroan berinvestasi di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), perusahaan pertambangan yang berlokasi di Bayuwangi dan Pulau Wetar.
Pada laporan keuangan tahun 2023, PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) membukukan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp3,14 triliun, hal ini lebih buruk dibandingkan tahun 2022 yang masih membukukan keuntungan neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp285,9 miliar.
Kerugian atas investasi tersebut mendorong Perseroan mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,3 triliun di sepanjang tahun 2023.
PALM sendiri hanya masuk dalam kriteria efek pemantauan khusus nomor 3.
3. PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk (JKSW)
PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk (JKSW) bergerak dalam bidang manufaktur dan perdagangan berbagai macam baja beton, termasuk baja polos batangan bulat, batang baja bulat yang mengalami deformasi, dan batang kawat. Didirikan di Jepang pada tahun 1947, dan didirikan di Indonesia pada tahun 1974. Operasi komersialnya di Indonesia dimulai pada tahun 1976, kemudian melakukan IPO pada tahun 1997.
Pada laporan keuangan tahun 2023, Perseroan kembali mencatatkan pendapatan nol rupiah, sama halnya dengan tahun 2022.
Hal ini pun mendorong Perseroan membukukan rugi bersih pada tahun 2023 sebesar Rp83,8 juta, lebih buruk dibandingkan pada tahun 2022 Perseroan masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp3,19 miliar meskipun pendapatan nol, namun didorong dari pendapatan sewa dan rendahnya beban-beban.
Demikian tiga emiten yang mencatatkan pendapatan nol rupiah pada laporan keuangan tahun 2023 dengan notasi khusus "S" atau kriteria nomor 3 dalam efek pemantauan khusus.
CNBC Indonesia Research
