
Rekor Demi Rekor Tumbang, Siapa Sanggup Hentikan Laju Emas?

akarta,CNBCIndonesia -Sepanjang tahun 2024 emas mencetak rekor demi rekor. Kebijakan suku bunga di Amerika Serikat (AS) hingga dolar yang selama ini menjadi "musuh abadi" emaspun sudah tidak mampu menahan keperkasaan emas.
Harga emas pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (5/4/2024) menembus US$ 2.329,50 per troy ons atau terbang 1,75%.
Kenaikan tersebut membuat emas langsung mencetak dua rekor sekaligus yakni harga tertinggi sepanjang masa serta level psikologis baru di harga penutupan yakni di kisaran US$ 2.300.
Pencapaian tersebut juga memperpanjang catatan gemilang emas sepanjang Maret-April tahun. Sepanjang bulan tersebut, emas terus mencetak rekor demi rekor tertinggi sepanjang masa. Emas bahkan mencetak rekor dalam lima hari beruntun pada 27 Maret-3 April 2024.
Satu hal yang luar biasa dari pergerakan emas sebulan terakhir adalah bahwa emas tetap terbang meskipun bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih ogah memberi sinyal kapan akan berbalik arah dari "higher for longer" menuju pemangkasan.
Laju emas juga tidak terbendung meskipun dolar AS menguat dan imbal hasil US Treasury menanjak.Kondisi ini berbanding terbalik pada 2022-2023 di mana emas tidak berdaya melawan kesaktian kata-kata The Fed.
Emas justru tetap kencang meski dihadang "musuh-musuh" nya. Dalam catatan 2022-2023, berikut adalah empat musuh emas:
1. The Fed Tak Lagi Menakutkan Buat Emas?
Bagi emas, The Fed adalah "kryptonite" pada 2022-2023. Emas selalu ambruk begitu The Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga.
Perjalanan panjang emas pada 2022-2023 seperti kisah Superman dan Kryptonitenya. Superman yang memiliki kekuatan luar biasa selalu tak berdaya di hadapan Kryptonite, material yang mengandung elemen radioaktif dari planet asal Superman yakni Kripton.
Sebagai contoh,The Fed menaikkan suku bunga sebesar 425 basis points (bps) sejak Maret hingga Desember 2022. Dalam periode tersebut, harga emas sudah ambruk US$105,5 troy ons.
Kenaikan suku bunga 75 bps pada pertengahan Agustus 2022 membuat emas terkapar dan tidak bisa bergerak naik ke level atas US$ 1.700 per troy ons.
Kenaikan suku bunga 75 bps pada September 2022 membuat emas ambruk hingga jatuh ke kisaran US$ 1.600 per troy ons dan bahkan terancam masuk ke level US$ 1.500 per troy ons.
Kondisi berbeda justru terjadi pada 2024. Pelaku pasar semula berekspektasi The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada Maret tahun ini. Ekspektasi ini membawa emas terbang sejak akhir tahun.
Namun, yang ditunggu-tunggu pasar belum kejadian.
The Fed pada rapat bulanan Maret kembali menegaskan jika The Fed masih menunggu lebih banyak data untuk menurunkan suku bunga.
Sejak akhir Maret hingga April, Chairman The Fed Jerome Powell dan beberapa koleganya juga mengingatkan bahwa mereka masih akan menunggu data sebelum memangkas suku bunga. Inflasi AS memang masih alot dan bergerak di 3,2% (year on year/yoy) di Februari 204, naik dari 3,1% (yoy) pada Januari. pada Kondisi ini bisa berdampak semakin lamanya The Fed menahan suku bunga. Namun, emas tidak memperdulikan itu.
Sesaat Powell menegaskan komitmennya untuk bersabar menunggu data inflasi di acara the Stanford Business, Government, and Society Forum, Stanford Graduate School of Business, Stanford, California, Rabu (3/4/2024), emas tetap mencetak rekor.
Bahkan saat pelaku pasar mulai pesimis jika pemangkasan suku bunga akan dimulai Juni 2024, harga emas tetap mencetak rekor juga.
Keperkasaan emas di hadapan The Fed inilah yang membuat pergerakan emas sangat istimewa sepanjang 2024.
2. Dolar AS Masih Kencang, Emas Juga Terbang
Fenomena lain yang terjadi pada 2024 adalah bahwa emas tetap menanjak meski dolar menguat. Kondisi ini berbanding terbalik dibandingkan 2022-2023 di mana emas selalu tak berdaya jika dolar perkasa.
Seperti diketahui, kenaikan dolar biasanya akan membuat pembeli emas berkurang karena pembelian emas dilakukan dalam konversi dolar AS. Kenaikan dolar membuat konversi mata uang ke dolar AS semakin mahal.
Nyatanya, emas tetap membuat rekor demi rekor sepanjang Maret-April 2024 meski pada saat yang bersamaan dolar juga menguat.
Sebagai contoh, dolar AS menguat tajam pada akhir Maret-awal April 2024. Indeks dolar AS terus berlari kencang sejak akhir Maret dan bahkan terbang ke level tertinggi hampir empat bulan ke posisi 105,019 pada 1 April 2024. Namun, harga emas tetap melaju kencang dan membuat rekor baru pada akhir Maret hingga 3 April 2024.
Kondisi ini jarang terjadi pada 2022 di mana ada fenomnea "super dolar" yang membuat emas merana.
Contohnya, dolar terbang tinggi hingga menyentuh rekor tertinggi dalam 20 tahun pada September 2022. Pada saat yang bersamaan, harga emas terpuruk ke terendah dua tahun.
3. Imbal Hasil US Treasury
Seperti halnya dolar AS, kenaikan imbal hasil US Treasuy pada 2022-2023 sering kali membuat emas terkapar. Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield US Treasury membuat surat utang AS menarik dan emas kurang bersinar.
Emas pun sering ditinggal investor karena mereka memilih menanamkan modal di US Treasury ketimbang emas.
Kondisi ini terlihat jelas pada Oktober 2023 di mana emas sempat tertekan karena kenaikan imbal hasil US Treasury yang terus menerus.
Perbandingan antara pergerakan emas (garis biru), indeks dolar (garis kuning), dan US Treasury (garis putih) bisa dilihat di bawah:
![]() Perbandingan gerak emas,indeks dolar, dan imbal hasil US Treasury |
4. Perlambatan Ekonomi Global
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global hanya tumbuh 3,1% pada 2023, dari 3,5% pada 2022. Perlambatan utamanya disebabkan oleh ketatnya suku bunga di tingkat global.
Dalam kacamata pergerakan emas, perlambatan ekonomi global bisa berdampak dua hal.
Jika perlambatan ekonomi menimbulkan ketidakpastian tinggi maka biasanya akan mendongkrak harga emas dalam sementara waktu. Perlambatan yang terus menerus pada akhirnya menekan permintaan sehingga harga emas pun melandai.
Kendati ekonomi global melandai dan diperkirakan stagnan di 3,1% pada tahun ini tetapi permintaan emas justru tetap melonjak.
Lalu, apa yang membuat harga emas terbang tinggi? Setidaknya ada tiga faktor utama yakni kondisi geopolitik di Timur Tengah yang terus bergejolak sejak Perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023. Faktor kedua adalah tingginya pembelian emas fisik oleh bank sentral.
World Gold Council (WGC) mencatat, bank sentral di dunia membeli emas sebanyak 1.037 ton pada 2023.
Faktor ketiga adalah harapan pelaku pasar akan pemangkasan suku bunga. Kendati The Fed belum juga memberi sinyal kapan pemangkasan tetapi pelaku pasar masih optimis jika The Fed akan memotong suku bunga pada tahun ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
