Aneh! Saham- Saham Ini Loyo Padahal Labanya Segunung, Ada Indofood

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
02 April 2024 09:50
foto : Ist/indofood.com
Foto: Ist/indofood.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham konsumer besar PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan telekomunikasi raksasa Tanah Air PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) terpantau masih loyo, padahal bisnisnya diuntungkan di bulan Ramadhan.

Faktor apa yang mempengaruhi? Apakah masih menarik diakumulasi?

PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Sejak awal tahun hingga hari ini, Senin (1/4/2024), harga saham INDF masih berada di zona merah atau terkoreksi 1,55%. Selama sebulan harga sahamnya juga merosot lebih dari 4%.

Faktor yang menyebabkan harga saham INDF belum bergerak atraktif datang dari kinerja keuangan yang tidak sesuai ekspektasi. Pada kuartal akhir tahun lalu laba bersihnya anjlok 38% secara tahunan menjadi Rp1,06 triliun.

Anjloknya laba terjadi karena ada kerugian nilai investasi pada entitas asosiasi hingga Rp2,43 triliun, paling banyak disumbang dari penurunan nilai wajar Dufil Prima Foods Plc, anak usaha Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) di Nigeria sebesar Rp1,81 triliun.

Turunnya nilai wajar anak usaha tersebut ditengarai karena krisis nilai tukar naira Nigeria yang ambles lebih dari 50% terhadap rupiah pada 2023.

Lemahnya kinerja INDF pada kuartal IV/2023 membuat kinerja kumulatif laba bersih sepanjang 2023 menjadi Rp8,15 triliun, hanya mencapai 89% dari konsensus sebesar Rp9,15 triliun. Kendati begitu, dalam basis tahunan laba bersih INDF masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 28%.

Prospek INDF ke Depan Gimana?

Terlepas dari gerak harga saham yang belum atraktif karena kinerja 2023 tak sesuai ekspektasi. Namun, INDF masih menyimpan prospek menarik karena daya beli yang meningkat pada tahun pemilu ditambah bulan Ramadhan, potensi biaya yang lebih rendah dari melandai-nya harga Gandum (-19,99% YoY) dan peningkatan harga jual CPO yang lebih menguntungkan. (+10,14% YoY).

Valuasi INDF Terdiskon

Menilai dengan valuasi price to book value (PBV) INDF saat ini dihargai 0,94 kali. Nilai ini di bawah rule of thumb 1 kali yang menunjukkan bahwa INDF masih murah. Bahkan posisi valuasi saat ini sudah berada di bawah -1 Standar Deviasi (STD).

Valuasi INDF menggunakan PBVFoto: INDF
Valuasi INDF menggunakan PBV

PT Telkom Indonesia Tbk

Selanjutnya, emiten telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) terpantau harga sahamnya masih loyo.

Selama seminggu terakhir, harga sahamnya sudah terkoreksi 10,51%, hal ini kemudian mengakumulasi penyusutan secara year-to-date (YTD) sebesar 11,65%.

Harga saham yang merosot disinyalir karena lemahnya kinerja pada kuartal akhir tahun lalu. Secara kuartalan, laba bersih yang diatribusikan pada pemilik entitas induk merosot dari Rp6,74 triliun pada kuartal III/2023 menjadi Rp5,01 triliun. Ini membuat Average Revenue per User (ARPU) TLKM turun dari Rp48.600/bulan pada kuartal III/2023 menjadi Rp46.500/bulan pada kuartal IV/2023.

 

Turun-nya ARPU ini kemungkinan besar dipengaruhi peluncuran produk baru Telkomsel bernama 'Telkomsel Lite'. Produk ini menawarkan harga yang terjangkau di Rp1,5 - 4,2/MB. Jauh lebih rendah dari rata-rata tiga operator besar saat ini di Rp2,7 - 3,8/MB.

Produk baru ini memang membuat kinerja kuartalan melemah, tetapi ini bisa menjadi terobosan bagi peningkatan brand awareness di segmen pendapatan rendah - menengah, terutama untuk anak muda.

Inisiatif ini juga diharapkan bisa menjadi pendongkrak bagi penetrasi fixed broadband. Terutama, setelah Indihome masuk ke pendapatan pada tahun lalu.

Sebagai catatan, secara tahunan pendapatan dan laba bersih untuk Telkomsel masih tumbuh positif. Pendapatan kotor tumbuh 15% yoy menjadi Rp102,37 triliun. Paling banyak ditopang segmen data yang tumbuh 7,6% yoy menjadi Rp78,47 triliun dan tambahan pendapatan dari indihome sebesar Rp13,22 triliun.

Masuknya indihome ke pendapatan Telkomsel pada tahun lalu bisa dibilang sebagai penopang bagi kinerja segmen voice dan SMS yang terdepresiasi lebih dari 30% dalam setahun.

Valuasi TLKM Murah, PBV Mendekati -2 STD.

Menilai secara valuasi TLKM saat ini terbilang sudah murah, menggunakan metrik Price to Book Value (PBV) berada di angka 2,54 kali. Nilai ini posisi-nya sudah semakin mendekati -2 Standar Deviasi (STD) yang berada di 2,42 kali.

Valuasi TLKM menggunakan metrik PBVFoto: TLKM
Valuasi TLKM menggunakan metrik PBV

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation