CNBC Indonesia Research

Nih! Analisa Ambruknya Rupiah, Ada Efek Gugatan Pilpres di MK

Revo M, CNBC Indonesia
25 March 2024 13:54
Selamat Prabowo-Gibran, Presiden dan wapres 2024-2025, ini hasil final perolehan suaranya
Foto: Infografis/Selamat Prabowo-Gibran, Presiden dan wapres 2024-2025, ini hasil final perolehan suaranya/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) secara signifikan dua hari beruntun.

Dilansir dari Refinitiv, hingga Senin (25/3/2024) pukul 12:43 WIB, rupiah tercatat mengalami depresiasi sebesar 0,13% terhadap dolar AS di angka Rp15.795/US$. Sementara pada 22 Maret 2024, rupiah ambruk signifikan sebesar 0,77%.

Posisi saat ini juga merupakan yang terendah sejak 29 Januari 2024.

Di lain sisi, indeks dolar AS (DXY) melonjak tinggi dari 103,41 pada 21 Maret 2024 menjadi 104,36 pada intraday 25 Maret 2024.

Apresiasi DXY yang hampir mencapai satu poin hanya dalam dua hari perdagangan ini memberikan tekanan bagi mata uang Garuda.

Selain itu, faktor internal maupun eksternal pun dinilai menjadi penyebab tak berkuasanya rupiah di hadapan dolar AS.

Gugatan Permohonan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) ke MK

Dua pasangan calon presiden (paslon) sudah resmi menggugat hasil pemilu 2024 ke MK yakni paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandardan paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Tim capres-cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, telah mendaftarkan permohonan pada Kamis (21/3/2024) dengan nomor: 01-01/AP3-PRES/Pan.MK/03/2024. Mereka meminta pemungutan suara ulang (PSU) tanpa keterlibatan Gibran Rakabuming Raka.

Sementara itu, tim nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, mendaftarkan permohonan pada Sabtu (23/3/2024) dengan nomor: 02-03/AP3-PRES/Pan.MK/03/2024. Mereka meminta MK mendiskualifikasi pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Gugatan ini dapat memberikan sentimen negatif bagi rupiah karena investor menjadi takut dalam berinvestasi di tengah ketidakstabilan politik.

PMI Manufaktur AS di Atas Konsensus

Data terbaru dari AS menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat, dengan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur AS mencapai level tertinggi dalam 21 bulan, yaitu 52,5 pada Maret 2024. Hal ini mengalahkan perkiraan pasar sebesar 51,7, menurut perkiraan awal.

Angka tersebut menunjukkan peningkatan yang solid dalam sektor manufaktur, dibantu oleh peningkatan tajam dalam output dan lapangan kerja.

Selain itu, waktu pengiriman pemasok terus pulih dari gangguan pada rantai pasokan yang terlihat pada awal tahun, dan semakin pendek pada bulan kedua.

Kepala Bisnis Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, Chris Williamson mengatakan bahwa ekspansi lebih lanjut pada manufaktur dan jasa output sektor pada bulan Maret membantu menutup pasar AS kuartal perekonomian terkuat sejak kuartal kedua tahun lalu.

Inflasi AS Meningkat

Melansir data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat inflasi secara tahunan melonjak 3,2% untuk periode Februari 2024 dibandingkan bulan sebelumnya dan konsensus pasar sebesar 3,1%.

Sementara itu, tingkat inflasi bulanan naik menjadi 0,4% dari 0,3% sudah sesuai dengan perkiraan, dengan harga tempat tinggal dan bensin menyumbang lebih dari 60% kenaikan tersebut.

Di sisi lain, inflasi inti yang tidak termasuk barang-barang bergejolak seperti makanan dan energi turun menjadi 3,8% dari 3,9%, masih lebih panas dibandingkan perkiraan sebesar 3,7%.

Inflasi AS headline yang meningkat ini mengindikasikan bahwa target bank sentral AS (The Fed) untuk menurunkan inflasi ke level 2% semakin sulit tercapai.

Alhasil, potensi untuk pemangkasan suku bunga ke depan pun sulit untuk terjadi karena saat ini, fokus The Fed yakni ingin menurunkan inflasi hingga ke level yang sudah ditetapkan.

Jika The Fed tidak menurunkan suku bunga, maka DXY akan tetap berada di level yang cukup tinggi dan tekanan terhadap rupiah akan terus ada.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation