
Harga Emas Ambruk 1% Usai Buat Rekor, Sampai Kapan Turun?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terjun bebas setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Harga sang logam mulia diproyeksi masih bisa melemah ke depan.
Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (22/3/2204), harga emas ditutup di posisi US$ 2.164,15 per troy ons. Harganya melemah 0,76%. Pelemahan ini memperpanjang derita sang logam mulia. Emas sudah ambruk dalam dua hari terakhir dengan pelemahan mencapai 1%.
Pelemahan ini justru terjadi setelah emas terbang mengangkasa dengan membuat rekor baru.
Pada perdagangan Rabu (20/3/2024), emas mencetak rekor di harga baru US$ 2.185,96 per troy ons. Rekor baru ini hanya berselang enam hari setelah emas menembus rekor US$2.182,47 per troy ons pada 11 Maret 2024.
Harga emas bahkan sempat menembus level psikologis US$ 2.200 pada Kamis pekan ini sebelum melandai.
Dalam sepekan, harga emas menguat 0,40%. Penguatan ini menjadi kabar baik setelah emas ambruk 1,01% pada pekan sebelumnya.
Harga emas terbang pada Rabu dan sempat menembus level psikologis US$ 2.200 pada Kamis pekan ini setelah keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
The Fed memang tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada Kamis pekan ini (21/3/2024). Namun, The Fed mengisyaratkan untuk memangkas suku bunga. Kenaikan emas juga ditopang oleh memanasnya perang di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.
Namun, emas justru ambruk setelah mencetak rekor tinggi. Harga emas jatuh pada Kamis dan Jumat pekan ini. Pelemahan emas dipicu oleh kembali menguatnya dolar AS.
Indeks dolar menguat ke 104,004 pada perdagangan kemarin yang merupakan posisi tertingginya sejak 29 Februari atau hampir sebulan terakhir. Kenaikan dolar AS membuat pembeli harus membayar lebih mahal saat membeli emas sehingga menekan minat buyer.
Memudarnya ekspektasi pasar mengenai pemangkasan suku bunga pada Juni juga menekan harga emas.
Menurut Fedwatch Tool CME, saat ini para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 66,5% pada Juni. Proyeksi ini melemah dibandingkan 74% pada awal pekan ini.
Melemahnya permintaan emas dari India juga ikut menekan harga emas menjelang akhir pekan. Reuters melaporkan toko-toko perhiasan emas di India terpaksa harus memberi diskon karena pembelian yang menurun.
"Pembelian dari konsumen ritel nyaris tidak ada. Pembeli menahan diri dan hanya akan membeli jika ada diskon dan harga turun," tutur salah satu penjual di Mumbai.
Tokonya bahkan harus memberi diskon hingga US$ 38 per troy ons
"Penjual merasa cemas dengan masa depan penjualan emas di bulan-bulan mendatang," ujarnya.
Phillip Streible, dari Blue Line Futures, menjelaskan kendati melemah, harga emas diperkirakan tidak akan jatuh terlalu dalam selama proyeksi pemangkasan suku bunga masih ada.
"Selama suku bunga bergerak lebih rendah maka permintaan akan emas akan tetap ada dan ini membatasi pelemahan harga," tutur Phillip, dikutip dari Reuters.
Phillip memperkirakan titik support emas akan ada di kisaran US$ 2.150-2.145.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]