Harga Batu Bara Jeblok Lagi Karena Impor India Bakal Loyo

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
19 March 2024 07:20
An Indian laborer smiles as she takes a break from loading coal into a truck in Dhanbad, an eastern Indian city in Jharkhand state, Friday, Sept. 24, 2021. A 2021 Indian government study found that Jharkhand state -- among the poorest in India and the state with the nation’s largest coal reserves -- is also the most vulnerable Indian state to climate change. Efforts to fight climate change are being held back in part because coal, the biggest single source of climate-changing gases, provides cheap electricity and supports millions of jobs. It's one of the dilemmas facing world leaders gathered in Glasgow, Scotland this week in an attempt to stave off the worst effects of climate change. (AP Photo/Altaf Qadri)
Foto: Seorang buruh India tersenyum ketika dia beristirahat saat memuat batu bara ke dalam truk di Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ditutup melemah dan kembali ke level US$120 per ton. Pelemahan ini terutama disebabkan oleh proyeksi berkurangnya permintaan impor dari India.

Menurut data  Refinitiv, pada perdagangan Senin (18/3/2024), harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak April ditutup pada level US$127,75 atau turun 1,81%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi pada akhir pekan lalu sekaligus menyeret harga batu bara turun ke bawah level psikologis US$ 130.

Sentimen negatif terutama datang dari India. Kementerian batubara federal India berhasil melelang 13 tambang batubara komersial, dalam tahap lelang kedelapan dan kesembilan, dalam upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor.

Dari total 13 tambang yang dilelang, delapan di antaranya adalah tambang batubara termal dan lima tambang batubara kokas yang berlokasi di Madhya Pradesh, Benggala Barat, Maharashtra, Chhattisgarh, dan Jharkhand.

Madhya Pradesh memiliki empat tambang batubara termal dan satu tambang batubara kokas yang dilelang dengan akumulasi cadangan sebesar 1,30 miliar ton, negara bagian lainnya masing-masing memiliki satu tambang batubara termal. Lima sisanya merupakan tambang batu bara kokas, dengan Jharkhand memiliki jumlah tambang terbanyak yang dilelang dan akumulasi cadangan sebesar 756,71 juta ton.

Sejak peluncuran tambang batubara komersial pada  2020, total 104 tambang batubara telah berhasil dilelang dengan kapasitas produksi sebesar 226 juta ton/tahun. Setelah beroperasi, tambang-tambang tersebut akan meningkatkan produksi batubara dalam negeri secara signifikan, sehingga menjadikan negara tersebut mampu melakukan swasembada batubara.

Melalui pertambangan komersial, produsen diperbolehkan menjual batubara kepada pembeli mana pun tanpa batasan harga tertinggi, namun sebagian pendapatannya harus dibagi dengan pemerintah negara bagian masing-masing. Saat ini, tidak ada pembatasan penjualan dan/atau pemanfaatan batubara dan tidak ada kriteria kelayakan teknis atau finansial untuk mengikuti lelang tambang batubara.

Pada periode April-Februari tahun fiskal 2023-24, produksi batubara dari tambang captive dan komersial meningkat 27,06% (year on year/yoy) menjadi 126,8 juta ton.

Pengiriman batubara dari tambang captive dan komersial pada periode ini juga meningkat 29,14% (yoy) menjadi 128,88 juta ton.

India memproduksi 880,72 juta ton batubara pada periode tersebut, naik 12,14% (yoy). Negara ini menargetkan produksi 1,1 miliar ton batubara pada akhir tahun fiskal (April-Maret).

India adalah konsumen batu bara terbesar di dunia setelah China. Kendati produksinya terus meningkat, India tetap mengimpor karena besarnya kebutuhan.

India mengimpor 237,20 juta mt batu bara pada periode April hingga Februari tahun fiskal 2023, naik 7,77% (yoy) menurut data dari S&P Global Commodities at Sea. India memperkirakan pangsa batubara impornya akan turun di bawah 15% dari total konsumsinya pada tahun fiskal 2025, menurut CAS.

Namun, meskipun pemerintah menekankan peningkatan ketahanan energi dengan melelang lebih banyak tambang, hanya sedikit tambang yang saat ini beroperasi karena proses pembukaan lahan yang lama dan kesulitan dalam proses pendanaan asing. Selain itu, kesenjangan antara output dalam negeri dan lonjakan permintaan masih tetap ada meskipun produksi India meningkat dalam beberapa tahun terakhir, sehingga impor perlu dilakukan, menurut para pelaku pasar.

India juga telah menetapkan target produksi sebesar 186,63 juta ton batubara dari tambang batubara komersial dan captive pada tahun fiskal berikutnya dan pada akhirnya meningkatkan produksi menjadi 383,56 juta ton pada tahun fiskal 2030.

Sementara dari China, produksi batubara China pada periode Januari dan Februari turun 4% dari tahun sebelumnya karena masalah keamanan membatasi produksi di pusat produksi batubara terbesar tersebut.

China, produsen batu bara terbesar di dunia, menambang 705,27 juta ton batu bara dalam dua bulan pertama tahun ini, menurut Biro Statistik Nasional pada  Senin, turun dari 734,23 juta  ton pada periode yang sama pada 2023.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation