Harga Emas Tergelincir, Lagi-Lagi Karena Amerika!

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
15 March 2024 06:55
Emas. (Dok. Pixabay)
Foto: Emas. (Dok. Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas mengawali perdagangan dengan penguatan setelah tersungkur pada perdagangan sebelumnya seiring dengan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) karena data inflasi Amerika Serikat yang lebih tinggi.

Pada perdagangan Kamis (14/3/2024) harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,62% di posisi US$ 2.161,01 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 06.12 WIB Jumat (15/3/2024), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,02% di posisi US$ 2.161,31 per troy ons.

Harga emas turun pada perdagangan Kamis setelah kenaikan indeks harga produsen (PPI) AS atau inflasdi di level produsen yang lebih besar dari perkiraan pada periode Februari mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Federal Reserve (The Fed), sehingga meningkatkan imbal hasil Treasury dan dolar AS.

Indeks dolar naik 0,56% di level 103,36, meninggalkan level psikologis 102. Kenaikan dolar terhadap para pesaingnya, membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya, sementara imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam lebih dari satu minggu di posisi 4,29%.

"Saya memperkirakan akan melihat tekanan berkelanjutan (pada emas), dengan semua data menunjukkan perekonomian AS kuat, pasar tenaga kerja masih kuat," ujar Chris Gaffney, presiden pasar dunia di EverBank, dilansir dari Reuters.

"Hal ini benar-benar membuat investor mempertanyakan seberapa cepat The Fed akan memutuskan untuk mulai menurunkan suku bunganya," tambah Gaffney.

Harga produsen (PPI) AS meningkat 0,6% pada periode Februari di tengah lonjakan harga barang seperti bensin dan makanan, yang dapat memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan kembali meningkat.

Sementara Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,2% pada periode Februari, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 3,1% yang sedikit lebih rendah dan lebih tinggi dari 3,1% pada periode Januari.

Inflasi yang lebih tinggi menambah tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi, sehingga membebani aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.

Menurut FedWatch Tool dari CME Group, para pelaku pasar terus bertaruh pada penurunan suku bunga pada Juni, memperkirakan peluangnya sekitar 60%, dibandingkan dengan 72% sebelum data CPI dirilis awal pekan ini.

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan kebijakannya minggu depan, namun fokusnya akan tertuju pada proyeksi "dot plot".

"Emas adalah lindung nilai ketidakpastian, lindung nilai inflasi dengan inflasi yang lebih tinggi dan lebih banyak ketidakpastian. Saya pikir hal itu memberikan landasan yang baik untuk penetapan harga logam mulia," tambah Gaffney.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation