Macro Insight

Rupiah Perkasa, Dapat "Obat Kuat" dari Mr. Powell

Revo M, CNBC Indonesia
08 March 2024 14:05
Federal Reserve Chair Jerome Powell arrives to speak at a news conference after the Federal Open Market Committee meeting, Wednesday, Dec. 11, 2019, in Washington. The Federal Reserve is leaving its benchmark interest rate alone and signaling that it expects to keep low rates unchanged through next year. (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pernyataan bos bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell gemparkan pelaku pasar global. Terkhusus potensi pemangkasan suku bunga ke depan.

Powell dalam pidatonya yang disampaikan pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS pada Kamis (607/3/2024) mengatakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini, namun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.

"Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini," kata Powell dalam pidatonya pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR, dikutip dari CNBC International.

"Tetapi prospek ekonomi masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin." imbuhnya.

Salah satu kendala utama sulitnya pemangkasan suku bunga terjadi di AS akibat inflasi yang masih cukup membandel di atas target 2%.

Untuk diketahui, tingkat inflasi tahunan di AS melandai menjadi 3,1% pada Januari 2024 menyusul kenaikan singkat menjadi 3,4% pada bulan Desember 2023.

Sementara inflasi inti tahunan tetap stabil di angka 3,9% (year on year/yoy), dibandingkan ekspektasi yang diperkirakan akan melambat menjadi 3,7% yoy.

Berbeda halnya dengan inflasi secara bulanan (month to month/mtm) yang justru meningkat 0,3% pada Januari 2024 atau lebih tinggi dibandingkan Desember 2023 yang tumbuh 0,2%. Kenaikan inflasi secara bulanan ini juga merupakan yang tertinggi sejak September 2023.

BLSFoto: One-month percent change in CPI for All Urban Consumers (CPI-U), seasonally adjusted, Jan. 2023 - Jan. 2024, Percent change
Sumber: Bureau Labor of Statistics

Kendati disinflasi terjadi namun terdapat beberapa kategori tertentu yang inflasinya masih relatif tinggi.

Indeks hunian terus meningkat di bulan Januari, meningkat 0,6% dan berkontribusi lebih dari dua pertiga secara bulanan di tengah kenaikan semua item. Indeks pangan meningkat 0,4% pada bulan Januari, seiring dengan indeks pangan rumah meningkat 0,4% dan indeks makanan jauh dari rumah naik 0,5% selama sebulan.

Sebaliknya, indeks energi turun 0,9% dalam sebulan karena sebagian besar penurunan tersebut terjadi akibat indeks bensin.

Sementara indeks untuk semua item kecuali makanan dan energi naik 0,4% pada bulan Januari.

Indeks yang meningkat padaJanuari mencakup tempat tinggal, asuransi kendaraan bermotor, dan perawatan kesehatan. Indeks untuk mobil dan truk bekasdan indeks pakaian jadi termasuk di antara indeks yang mengalami penurunan selama sebulan.

Menanggapi data inflasi yang ada saat ini Powell dan The Fed ungkap masih menunggu agar data inflasi semakin mendekati target.

"Kami menunggu untuk menjadi lebih yakin bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan di angka 2%. Ketika kita benar-benar mendapatkan kepercayaan tersebut, dan kita tidak jauh dari itu, maka akan tepat jika kita mulai mengurangi tingkat pembatasan," kata Powell saat menjawab pertanyaan tentang suku bunga dan inflasi di depan Komite Jasa Keuangan DPR.

Ekspektasi Pelaku Pasar

survei CME FedWatch Tool pada awal tahun, menunjukkan para pedagang berjangka bertaruh bahwa The Fed akan memulai kebijakannya pada  Maret dan terus melanjutkannya hingga bank sentral tersebut melakukan pemotongan enam atau tujuh kali pada tahun ini.

Namun per 8 Maret 2024 pukul 12:13 WIB, survei CME FedWatch Tool menunjukkan potensi awal pemangkasan suku bunga berada pada Juni 2024 sebesar 56,4%. Sementara itu, total pemangkasan suku bunga menjadi hanya sebanyak lima kali hingga ke level 4-4,25%.

CMEFoto: Meeting Probabilities
Sumber: CME FedWatch Tool

Euforia Nilai Tukar Rupiah Pasca Pernyataan Powell

Dilansir dari Refinitiv pukul 12:17 WIB, rupiah tercatat menguat terhadap dolar AS 0,32% ke level Rp15.600/US$ hari ini. Penguatan ini terjadi sejak 6 Maret 2024 yang naik 0,44% kemudian dilanjutkan keesokan harinya pada 7 Maret 2024 yang ditutup mengalami apresiasi sebesar 0,29%.

Posisi rupiah saat ini merupakan yang terkuat sejak 23 Februari 2024 di tengah pelemahan indeks dolar AS (DXY) sejak 1 Maret 2024.

Depresiasi yang terjadi terhadap dolar AS  secara signifikan tercermin  dari pergerakan indeks dolar (DXY) pasca Powell mengumumkan potensi penurunan suku bunga tahun ini.

DXY ambruk secara signifikan pada 6 dan 7 Maret 2024 dengan tercatat penurunan masing-masing sebesar 0,41% dan 0,53%. Indeks dolar jatuh karena investor melepas mata uang Greenback dan memilih untuk berinvestasi selain dolar AS atau instrumen berdenominasi non-dolar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation