Breaking! Harga Emas Pecah Rekor Lagi, Tembus US$ 2.100

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
05 March 2024 06:40
Emas. (Dok. Pixabay)
Foto: Emas. (Dok. Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas masih bersinar terang hari ini, setelah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan kemarin di level US$ 2.114,99 karena meningkatnya taruhan penurunan suku bunga.

Pada perdagangan Senin (5/3/2024) harga emas di pasar spot ditutup menguat 1,52% di posisi US$ 2.114,99 per troy ons. Pencapaian ini merupakan harga penutupan level tertinggi sepanjang masa. Artinya, harga emas mampu mencetak rekor selama dua hari beruntun. Rekor tertinggi yang dicatat perdagangan kemarin mematahkan pencapaian pada akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat (1/3/2024) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2083,39 per troy ons yang menjadi catatan tertinggi sepanjang masa. Rekor tersebut mengalahkan catatan sebelumnya yakni US$ 2.077,16 per troy pada 27 Desember 2023.

Harga emas sudah pecah rekor sebanyak empat kali dalam kurun waktu tiga bulan terakhir yakni pada pada awal Desember 2023 di US$ 2.070,9 per troy ons kemudian pada 27 Desember 2023, Jumat pekan lalu, dan perdagangan kemarin.

Sementara, hingga pukul 06.23 WIB Selasa (5/3/2024), harga emas di pasar spot melemah 0,04% di posisi US$ 2.114,13 per troy ons.

Harga emas mencapai level tertinggi didorong oleh meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) pada  Juni 2024.

Emas melonjak sekitar US$ 50 per troy ons selama minggu lalu, didorong oleh belanja manufaktur dan konstruksi AS yang lemah, dan tekanan harga yang lebih lemah.

Emas dapat dengan mudah melampaui rekor tertingginya, menurut Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago kepada Reuters.

"(Ketua Fed Jerome) Powell berbicara dua kali pada minggu ini dan dia mungkin akan bersikap sedikit lebih dovish. Kita bisa melihat data ketenagakerjaan (AS) tidak ada pada hari Jumat, semua faktor yang akan membantu harga emas," tambah Streible.

Menurut CME Fed Watch Tool, pasar memperkirakan peluang 66% penurunan suku bunga Fed pada Juni 2024.

"Jika angka inflasi tetap terkendali, tren emas akan terus meningkat," ujar Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, kepada Reuters.

Harga emas akan menderita ketika suku bunga AS yang tinggi untuk mengendalikan inflasi meningkatkan imbal hasil aset pesaing seperti obligasi dan meningkatkan nilai dolar, sehingga membuat logam tersebut lebih mahal untuk dibeli dengan mata uang asing.

"Meningkatnya ketegangan geopolitik di seluruh dunia telah mengurangi minat short-selling, yang pada dasarnya memperkuat kredibilitas buy-on-dips emas saat ini," menurut catatan Ole Hansen, kepala strategi komoditas Saxo Bank.

Patokan harga emas London mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 2,098.05 per troy ons pada lelang sore Senin kemarin, melampaui rekor sebelumnya US$ 2,078.40 per troy ons yang dicatat pada 28 Desember 2023, menurut London Bullion Market Association.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation