
Ganjar Kalah di Jateng: Jokowi Effect Atau Karena PDIP Single Fighter?

Jakarta, CNBC Indonesia - Real count pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden (pilpres) menyajikan fakta berbanding terbalik antara PDI-Perjuangan dan pasangan calon (paslon) yang diusung PDIP yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Dari perolehan suara real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) hingga Minggu (25/2/2024) pukul 13:00 WIB menunjukkan PDI Perjuangangan (PDIP) memperoleh suara 12.286.852 atau 16,43%. Perolehan suara tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan partai lain.
Namun, paslon Ganjar-Mahfud justru ada di posisi terbawah dengan perolehan suara 20.742.480 atau 16,8%. Ganjar tertinggal dari Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (58,82%) dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (24,38%).
Berbanding terbaliknya suara PDIP dan Ganjar-Mahfud tidak hanya di level nasional tetapi juga di Jawa Tengah yang selama ini menjadi kandang banteng-julukan PDIP.
Data KPU menunjukkan DPIP adalah Raja di Jawa Tengah dengan perolehan suara 3.539.083 atau 27,34%. Perolehan suara di Jawa Tengah bahkan setara dengan 28,8% suara PDIP di tingkat nasional.
Sebaliknya, Ganjar-Mahfud memperoleh suara 6.930.164 atau 34,31%. Suara Ganjar-Mahfud kalah jauh dibandingkan dengan Prabowo-Gibran yang mampu memenangi pertarungan sementara di Jawa Tengah dengan suara 10.709.225 atau 53,01%.
Jokowi Effect Berandil Besar Menangkan Prabowo-Gibran
Pengamat politik dari Trias Politika Strategis Agung Baskoro dan AdiPrayitno, Direktur Parameter Politik Indonesia menjelaskan suka tidak suka kemenangan Prabowo-Gibran salah satunya karena ada dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia menjelaskan approval atau kepuasan masyarakat Indonesia terhadap kinerja Jokowi sangat tinggi sehingga membantu pasangan calon (paslon) nomor urut 2.
"Insentif yang didapat Prabowo-Gibran kan suka atau tidak suka itu dapat dari endorse istana. Selama masa kampanye dibuktikan ikut turunnya beliau ke lapangan dan melakukan blusukan dan melakukan aksi persuasive untuk menarikminat pemilih," tutur Agung, kepada CNBC Indonesia.
Dia menambahkan latar belakang leluhur Prabowo dari Banyumas dan Gibran dari Solo juga ikut menopang kemenangan kedua paslon.
Sementara itu, Adi Prayitno mengatakan ada keberpihakan Jokowi dalam pilpres. Program Jokowi yang memberikan bantuan sosial mendekat kampanye juga berdampak kepada perolehan suara Prabowo-Gibran.
"Jokowi dinilai berpihak kepada rakyat dan rakyat yang mendapat bantuan sosial itu mengasosiasikan kepada Jokowi. Jadi kalau mau jujur mengapa suara Prabowo-Gibran kuat yak arena ada faktor Jokowi yang tidak bisa dibantah. Sangat dominan," ujarnya.
Menurutnya, kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi dan banyaknya pendukung Jokowi, terutama di daerah.
"Setelah Jokowi memutuskan politiknya ke Prabowo-Gibran maka banyak pendukung beralih dari Ganjar ke Prabowo," imbuhnya.
Kedekatan antara Presiden RI Joko Widodo atau yang sering disapa Jokowi dengan Menteri Pertahanan sekaligus Capres Prabowo Subianto menjadi perbincangan hangat untuk memberikan peluang besar terhadap kemenangan paslon 02.
Kedekatan diantara keduanya memberikan dampak positif yang luar biasa. Kedekatan-kedekatan tersebut memang kerap tergambar belakangan ini saat Prabowo selalu menemani Presiden Jokowi dalam acara kunjungan kenegaraan hingga blusukan.
Tak hanya selalu hadir dalam acara kunjungan kenegaraan, Prabowo pun menjadi satu dari sekian banyak menteri di Kabinet Indonesia Maju yang selalu mendapatkan panggilan ke Istana Negara oleh Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga selalu mempercayakan berbagai arahan hingga dukungan kepada lingkup kerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.
Jokowi memang memiliki aura positif bagi siapapun yang dekat dengan dirinya. Hal ini terbukti dari pemilu yang pernah diikuti Jokowi yang tak pernah gagal dan selalu menang, mulai dari Pilkada Solo untuk jabatan Walikota Surakarta tahun 2005 hingga Pilpres menjadi Presiden dalam dua periode saat Pemilu 2019.
Dari lima Pemilu yang pernah diikuti oleh Jokowi, ia selalu menang dari para lawannya.
PDIP Berjuang Sendirian?
Agung menambahkan tim koalisi Indonesia Maju yang mendukung Prabowo-Gibran juga solid. Hal ini berbanding terbalik dengan koalisi yang mendukung Ganjar- Mahfud.
Seperti diketahui, Prabowo-Gibran maju dengan dukungan koalisi gemuk mulai dari Partai Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), hingga Partai Demokrat.
Sementara itu, Ganjar-Mahfud didukung oleh PDIP dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Perindo, serta Hanura.
"Koalisi Ganjar ini kan PDIP berjuang sendirian," imbuhnya.
Agung mengatakan figur-figur tokok yang ada di koalisi Tim Kampanye Nasional (TKN) juga ikut turun ke bawah mulai dari habib Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahyadi Pekalongan, mantan Kapolri Sutarman, mantran Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo.
"Figur-figur ini penting untuk menopang elektabilitas karena mereka itu turun ke bawah. Ini berbeda dengan PDIP yang sepertinya bekerja sendirian di koalisinya dibanding PPP Perindo Hanura. Ini kan kelihatannya super teamnya siapa, supermannya siapa," imbuh Agung.
"Koalisi TKN ini super team sementara PDIP itu superman," ujarnya.
Dia juga menambahkan Ganjar beberapa kali melakukan blunder seperti pernyataannya yang tidak mendukung penyelenggaraan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Senada, Adi Prayitno mengatakan koalisi Ganjar-Mahfud kurang solid karena partai pendukungnya justru harus berjuang keras lolos dari ketentuan parliamentary threshold.
"PPP Hanura Perindo kan struggling sehingga perhatiannya terbelah. Di luar PDIP semuanya berjuang lolos ke parlemen," tutur Adi.
CNBC Indonesia Research
