PEMILU 2024

Prabowo, SBY, Jokowi: Siapa Paling Jadi Darling Investor Asing ?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
19 February 2024 08:15
Infografis/Edward Ricardo/Kinerja Emiten Baru 2019
Foto: Infografis/Edward Ricardo/Kinerja Emiten Baru 2019

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Tanah Air termasuk tahan guncangan politik pada setiap minggu berlangsungnya pemilihan presiden (pilpres). Transaksi perdagangan dari investor asing bahkan nyaris selalu mencatatkan aksi beli bersih atau inflow.

Catatan Historis Aliran Dana Asing Masuk Pasar Saham RI

Secara historis, sejak 2004 pada pekan berlangsungnya pemilihan Presiden aliran dana asing selalu deras masuk pasar saham RI. Aliran inflow paling tinggi terjadi pada 2014 lalu yang mencapai Rp9,14 triliun. Saat itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) memenangi pilpres secara telak atas pesaingnya Prabowo-Hatta Rajasa.

Sementara net sell pernah terjadi sekali pada pilpres 2009 sebesar Rp2,57 triliun. Waktu itu, IHSG juga merespon dengan terkoreksi sekitar 0,59%, tepatnya pada pekan pertama Juli 2009. Pada pilpres tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY)-Boediono sebenarnya memenangi pilpres secara telak tetapi ambruknya perekonomian global pada periode tersebut membuat kemenangan SBY tak mampu menahan outflow.
Sebagai catatan, pada pertengahan 2009, ekonomi AS dan global masih ambruk karena dampak dari krisis Subprime Mortgage.

Dari data di atas, khusus pada Pilpres 2024 dalam sepekan (12 - 16 Februari 2024) asing masuk lebih dari Rp8 triliun. Derasnya aliran dana asing masuk ke pasar saham RI terjadi lantaran keyakinan pasar terhadap hasil pilpres yang baik, ditambah dengan kondisi ekonomi Indonesia yang resilient.

Hasil Pilpres Satu Putaran Semakin Meyakinkan 

Terkait hasil pilpres yang baik pada tahun ini, merujuk pada real count oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang hasilnya menunjukkan kemenangan unggul oleh pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.

Berdasarkan update real count di laman KPU per Sabtu (17/2/2024) pukul 19.30 WIB, data nasional yang masuk sudah 66,61% dengan total 548.354 TPS yang menyerahkan datanya ke KPU, dari total 823.236 TPS.

Prabowo-Gibran unggul dengan 57,95% atau 49.747.461 suara yang memilih. Sedangkan paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berada di urutan kedua dengan perolehan 24,48% atau 21.013.738 orang yang memilih.

Posisi paling buncit adalah paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan raihan 17,57% atau 15.084.928 suara yang memilih mereka.

Prabowo-Gibran juga memimpin lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia. tepatnya ada 35 dari 38 provinsi yang ada. Dominasi paslon nomor dua semakin meyakinkan bahwa Pilpres tahun ini hanya akan berlangsung dalam satu putaran.
Hal ini karena sesuai dengan peraturan yang berlaku menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dalam Pasal 416 UU yang menyatakan, sebagai berikut :

"Untuk memenangkan Pilpres dalam satu putaran, pasangan calon (paslon) terpilih harus memperoleh suara lebih dari 50% dari total suara dengan minimal 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia"

Namun, perlu dipahami bahwa penghitungan suara di laman KPU masih terus bergulir alias dinamis lantaran perolehan suara yang masuk belum 100%.

Proses penghitungan suara diselenggarakan hingga 20 Maret 2024 dan akan menetapkan hasil pemilu paling lambat 3 hari setelah memperoleh surat pemberitahuan atau putusan dari Mahkamah Konstitusi (MK).

Ekonomi Indonesia Resilient

Kemudian, kondisi ekonomi RI terbilang resilient mengingat pertumbuhan ekonomi masih tumbuh positif. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Produk Domestik Bruto (BPS) kuartal IV/2023 tumbuh 5,04% secara tahunan (yoy). Hal tersebut kemudian mengakumulasi pertumbuhan PDB sepanjang 2023 menjadi 5,05% yoy.

Indikator lain yang menunjukkan daya tahan ekonomi RI saat ini, tercermin dari inflasi yang tetap terjaga dalam sasaran Bank Indonesia (BI) di rentang 2,5% - 3,5%. Posisi cadangan devisa juga masih di atas standar kecukupan internasional, dengan nilai US$ 145,1 miliar setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Kondisi ekonomi Indonesia terkini selengkapnya, bisa dilihat pada tabel berikut :

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation