
Bukti Nyata! RI Mampu Kalahkan China Berkat Proyek Kebanggaan Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia menjadi sorotan karena terus jatuh hingga menyentuh titik terendah sejak tiga tahun lalu. Indonesia pun dituding jadi 'biang kerok' karena tingginya produksi membuat sisi supply atau pasokan lebih tinggi daripada permintaan dan menciptakan surplus pasokan.
Pada Selasa (23/1/2024) harga nikel dunia kontrak tiga bulan tercatat US$16.306 per ton. Posisi ini adalah merupakan yang terendah sejak April 2021.
Surplus pasar nikel global diperkirakan akan terus meningkat. Pada 2024 surplus pasokan nikel akan bertambah menjadi 239.000 metrik ton, berdasarkan perkiraan INSG.
Kondisi kelebihan pasokan tersebut terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan surplus pada 2024 akan menjadi yang terbesar.
Supercycle Harga Nikel Dunia
Ketika Indonesia mulai fokus menggarap hilirisasi pada 2014, pasar nikel telah memasuki babak akhir dalam supercycle yang terjadi pada rentang 2009-2016.
Sejak 2006, pasar nikel telah mencapai tiga puncak yang merupakan supercycle. Siklus super pertama terjadi pada rentang 2005 hingga 2009. Sementara putaran kedua terjadi pada 2009-2016 dan saat ini yang sedang terjadi sejak 2017.
![]() Pergerakan Harga Nikel Dunia |
Pada putaran pertama, harga nikel mampu mencapai US$52.197 per ton pada Maret 2007. Penguatan harga nikel dipengaruhi oleh kebutuhan Cina terhadap stainless steel melejit hingga 15,4% dari volume produksi nikel dunia.
Pada saat itu, konsumsi China setara dengan dua per tiga dari total permintaan nikel dunia. Akan tetapi, posisi puncak tidak berlangsung lama dan harga nikel pun terjun seiring dengan krisis ekonomi dunia 2008.
Setelah terpuruk, pasar nikel cepat pulih seiring dengan pemulihan ekonomi dunia paska krisis. China masih memegang peranan penting dalam hal konsumsi dan produksi nikel olahan dunia.
Hal ini berlanjut hingga supercycle berikutnya. Permintaan dari China mendominasi dan menjadi booster bagi permintaan nikel.
Dalam dua tahun harga nikel meroket dari US$9.625 per ton pada Maret 2009 mencapai US$29.425 per ton pada Februari 2011.
Penurunan harga diiringi dengan surplus pasokan nikel dunia yang terjadi pada 2011 hingga 2015. Puncaknya pada 2013 surplus pasokan nikel mencapai 160 ribu ton.
Sejatinya permintaan nikel dunia terus meningkat dari awal abad milenium. Permintaan nikel melejit meningkat dari 1.123 juta ton pada 2000 menjadi 1.465 juta ton pada tahun 2010 atau meningkat 30%.
Akan tetapi produksi juga bertumbuh pesat akibat pertumbuhan ekonomi dunia. China menjadi 'dalang' utama produksi nikel olahan dunia.
Produk baru, nickel pig iron (NPI), mulai diproduksi di Tiongkok pada 2005 dalam berbagai bentuk dan kualitas. Produksi meningkat perlahan dalam beberapa tahun pertama tetapi pada tahun 2010 diperkirakan mencapai lebih dari 160.000 ton.
Setelah supercycle angkatan paska krisis moneter 2008, harga nikel kembali bangkit didorong oleh tingginya permintaan,
Pada 2020, permintaan nikel mencapai 2.385 juta ton atau naik 62,8% dibandingkan 2010.
Pertumbuhan permintaan nikel didorong oleh percepatan pertumbuhan penggunaan di China akibat pertumbuhan ekonomi. Saat ini China menyumbang hampir 60% permintaan nikel dunia dibandingkan dengan 5,5% pada 2000 dan 39% pada 2010.
Ditambah dengan permintaan dari kebutuhan green energy terutama sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik. Nikel sendiri adalah logam kritis bagi perkembangan energi hijau.
![]() Mineral Kritis Dalam Elektrifikasi |
Puncak dari harga nikel pada super siklus saat ini terjadi pada Maret 2022 ketika terjadi LME 'collapse' akibat aksi short selling Tsingshan Holding Group Co yang membuat harga melambung hingga US$ 100.000/ton.
Saat itu, perusahaan asal China sedang berjuang untuk membayar margin call dari bank dan pialangnya. LME sebagai bursa acuan dunia pun mengambil langkah mengejutkan dengan menangguhkan perdagangan hingga satu pekan.
Dalam Jangka Panjang Permintaan Nikel Meningkat Ciptakan Defisit Pasokan
Fitch Solution (2022) memperkirakan kondisi pasokan nikel akan mengalami defisit sebesar 154 ribu ton pada 2030. Defisit ini terjadi karena tingkat konsumsi yang lebih besar dibandingkan pasokan.
Pada 2030, Fitch Solution memperkirakan konsumsi global nikel sebesar 3,58 juta ton. Sedangkan produksi sebesar 4,43 juta ton. Kondisi defisit ini diperkirakan akan membuat rata-rata nikel pada tahun itu mencapai US$21.000 per ton.
Sementara itu tingkat defisit terbesar akan terjadi pada 2027 dengan jumlah 233 ribu ton. Di mana konsumsi nikel mencapai 3,2 juta ton dan produksi sebesar 3,1 juta ton. Fitch Solution pun memperkirakan rata-rata harga nikel global mencapai US$25.000 per ton.
Bagaimana Indonesia Memengaruhi Harga Nikel Global?
Pengaruh Indonesia terhadap nikel semakin besar seiring dengan pertumbuhan produksi nikel olahan dan pembangunan smelter.
Pabrik HPAL baru di Indonesia yang menghasilkan campuran endapan hidroksida (MHP) juga terus meningkatkan produksinya, dan konversi NPI menjadi nikel matte pun semakin meningkat.
Pertumbuhan smelter di Indonesia yang akan terus meningkat pada tahun tahun mendatang pun akan membuat peran Indonesia terhadap kebutuhan nikel olahan makin besar.
Saat ini produsen nikel olahan terbesar adalah China. Namun pada 2030, kontribusi produksi nikel olahan Indonesia akan menandingi produksi nikel olahan China.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)